Sudah beberapa hari terakhir, terutama selama dirinya berada di rumah sakit, Jungwon selalu merasakan pusing dan mual tak tertahankan saat membuka mata. Hal itu membuatnya terpaksa harus menutup mata lebih lama, walau hanya sekadar untuk mengumpulkan nyawanya yang bertaburan---dalam artian, belum terkumpul semuanya.
Biasanya saat bangun, ia akan disambut oleh ayah atau ibunya. Atau kalau di saat-saat tertentu, ada sang kakak yang duduk menemaninya yang asyik tertidur seperti tidak memiliki sopan santun---menurutnya. Ya, benar begitu bukan? Disaat keluarganya sibuk menunggui dirinya yang sakit, ia malah tertidur pulas seolah-olah waktunya hanya dipakai untuk tidur, tidur dan tidur saja.
Padahal kalau diingat-ingat, dulu ia tidak seperti ini. Bahkan saat sakit saja, ia masih memaksakan diri untuk mencari pekerjaan. Karena kalau Jungwon tidak melakukannya, memangnya dari mana ia bisa mendapat uang untuk membeli obat dan makanan?
Ah, benar juga. Dulu rutinitasnya hanyalah 'mencari pekerjaan'. Jarang-jarang ia bisa mendapatkan pekerjaan tetap. Rata-rata hanya menerimanya sebagai pekerja harian yang belum tentu besok masih diterima bekerja lagi di tempat yang sama. Tak jarang, ia harus mencari hingga ke kota sebelah---dengan berjalan kaki tentu saja---hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, dulu semuanya tak begitu terasa jauhnya. Karena ya, di pikirannya saat itu hanya bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan.
Melupakan masa lalu yang begitu pahit kalau diingat, Jungwon bisa menebak saat bangun, ia pasti akan mendapati ibunya yang duduk sambil mengusap pucuk kepalanya penuh kasih sayang dan kesabaran yang tiada dua. Jungwon kadang berpikir, apa ibunya itu tidak merasa lelah, ya, harus menungguinya setiap hari?
Akan tetapi, bukannya keberadaan sang ibu atau ayahnya, Jungwon malah mendapati seorang gadis muda yang entah usianya berapa dan siapa dia, Jungwon tak begitu tahu. Baru saja membuka mata, dahinya otomatis berkerut sambil mengingat-ingat. Apakah ia pernah melihat gadis ini atau tidak?
Gadis itu sendiri kini terdiam menatapnya dengan mata berbinar cerah. Entah apa yang ada di pikirannya, Jungwon tidak mengerti. Namun, tiba-tiba saja gadis itu menyunggingkan senyum senang, sembari berujar semangat, "Hai sepupu!"
Kaget? Jelas. Suara gadis yang dipikirnya akan terdengar lembut itu, ternyata begitu cempreng. Tidak tahu juga, sih. Mungkin telinganya saja yang sensitif, ditambah kepalanya yang masih terasa berdenyut sakit. Jungwon bahkan sampai bereaksi---lumayan---berlebihan, matanya berkedip refleks beberapa kali, sementara tubuhnya sedikit tersentak.
"Eh, aduh! Kaget, ya?" Si gadis yang menyebutnya sebagai 'sepupu' itu, menunjukkan wajah bersalah. Kemudian tangannya bergerak, mencoba menyentuh lengan Jungwon, lantas mengusapnya pelan. "Maaf-maaf, nggak sengaja. Gue---ah, sorry. Aku nggak sengaja, tadi."
Jungwon masih diam, tidak tahu harus merespons dengan apa. Kerongkongannya kering, tetapi masa iya harus meminta tolong diambilkan minum oleh gadis asing yang memanggilnya sepupu ini? Jungwon juga tak ingat, apakah ia melupakan sesuatu?
"Nggak apa-apa, kan?" tanya gadis itu dengan wajah paniknya yang begitu kentara. "Ada yang sakit? Aduh, apa napasnya masih sesak, ya? Gu---aku panggilkan dokter, gimana? Atau-atau, panggil Tante Eunha? Om Jun? Atau---"
"Ng-gak u-sah." Susah payah, Jungwon coba mengeluarkan suaranya. Kala si gadis menyebutkan nama ayah dan ibunya sebagai om dan tante, seketika Jungwon teringat sesuatu. Ah, apakah ini Jihan yang dimaksud ibunya waktu itu?
"Beneran?" tanya si gadis. "Atau, kamu mau minum?"
Tanpa menunggu respons dari si lawan bicara, gadis muda yang tak lain adalah Jihan, anak dari Daesoo dan Hyunbin itu segera meraih gelas berisi air mineral yang berada di nakas samping ranjang. Ia juga mengambil sedotan baru yang masih terbungkus kertas untuk memudahkan sang sepupu meminum airnya. Namun, karena kesulitan merobek kertas pembungkus sambil memegangi gelas, membuat Jihan kembali meletakkan gelas kaca tinggi itu ke nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] a Ghost-ing Me! [JayWon]
FanfictionBOOK 2 [BROTHERSHIP JAYWON FF AU] BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD pt.2/ ___________________________ "Apa ini salah satu alasan, kenapa Tuhan baru kasih gue kesempatan punya 'keluarga' setelah belasan tahun?" ---Pa...