89. Tuduhan

621 79 30
                                    

Seisi kelas X A2 kini sedang dibuat heboh oleh berita kehilangan sejumlah uang yang dimiliki oleh salah satu siswa dengan seorang gadis bermarga Kwak sebagai sosok yang tertuduh dalam kasus ini. Namun, bukan di situ poin yang membuat heboh.

Semua bermula dari seorang siswa bernama Jang Woohyeok yang mendadak melaporkan kepada pihak sekolah perihal dirinya yang kehilangan uang sejumlah lima ratus ribu, ketika jam istirahat. Setelah dilakukan penyelidikan serta penggeledahan isi tas masing-masing siswa yang berada di kelas X A2, uang tersebut akhirnya ditemukan di dalam tak milik seorang gadis bermarga Kwak---salah satu siswi penerima beasiswa di Trijaya 2.

Merasa tertuduh, jelas saja Kwak Jinsoo bersikeras mengatakan jika dirinya bukanlah pelaku yang dimaksud. "Saya dituduh!" pekik gadis itu sambil terisak. "Tega sekali. Mentang-mentang saya orang miskin, kalian semua jadi menuduh saya?"

Rasanya, memang agak mendrama sekali, sampai-sampai, Haruto, Jeongwoo dan Junghwan seketika saling pandang sambil meringis prihatin. Ketiganya juga sesekali melirik ke arah Jungwon yang sejak tadi hanya diam dengan wajah datar. Tampak tak begitu tertarik dengan segala jenis drama yang terjadi di kelasnya.

"Nangis, tapi pas teriak suaranya bisa stabil gitu, ya, heran." Jeongwoo berbisik. Mode julid mulai menyala dalam jiwa remaja bermarga Park itu.

Mendengar yang dikatakan Jeongwoo barusan, Haruto tertawa kecil, sementara Junghwan menatap kedua sahabatnya itu dengan tatapan datar. "Pinter akting dia," ujar si Watanabe itu sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Tapi si Jinsoo itu keknya bener, deh." Junghwan mendadak bersuara. "Soalnya pas jam istirahat, dia kan makan di meja pojok. Dari sebelum kita ke kantin, dia udah ada di sana sampe kita kelar makan. Liat nggak, kalian?"

Jeongwoo mengangkat bahunya, acuh. "Lo belain dia? Suka, lo, sama dia?"

"Apaan sih, anj---"

"Udah, woy! Ribut aja lu berdua." Haruto buru-buru menengahi kedua sahabatnya itu. Berabe kalau sampai terjadi baku hantam. "Kita nggak usah ikut-ikutan, lah. Biarin aja. Bukan anggota OSIS juga, lu pada. Mending tidur."

Baru saja Haruto menyelesaikan kalimatnya, mereka sontak terdiam saat salah seorang anggota OSIS mendadak berujar, "Lewat CCTV, orang terakhir yang ada di kelas, itu Jungwon. Park Jungwon."

Seisi kelas langsung menatap ke arah Jungwon yang saat ini mengerutkan dahinya. Sementara itu, salah seorang anggota OSIS terlihat menghampiri Kwak Jinsoo seraya menatapnya dengan serius. "Sebelumnya, kamu ada masalah dengan Park Jungwon?"

Jinsoo menggeleng dramatis. "Nggak ada, Kak. Sama sekali nggak pernah. Bahkan kami nggak pernah ngobrol sama sekali," ujarnya seraya mengusap air matanya menggunakan tisu pemberian salah seorang siswi di sampingnya.

"Jungwon. Bener lo yang udah ambil uangnya Woohyeok dan menyimpannya di dalam tas Jinsoo?" tanya si ketua OSIS, Ahn Bomin dengan wajah serius.

Karena merasa tidak bersalah, Jungwon dengan santainya menyahut, "Buat apa? Apa untungnya buat saya ngelakuin itu?" Begitu katanya. Seisi kelas, termasuk Haruto, Jeongwoo dan Junghwan seketika terdiam.

Selama ini, mereka mengenal Jungwon sebagai sosok yang lebih banyak diam. Tidak ada kesan pembangkang sama sekali, apalagi dengan wajahnya yang terlihat polos itu. Jungwon juga dikenal sebagai siswa yang baik, terutama saat mengingat latar belakang keluarganya yang merupakan salah satu keluarga terpandang sepenjuru negeri ini.

Namun, apa yang baru saja dikatakan oleh remaja 16 tahun itu seketika membuat mereka bungkam. Tidak percaya kalau ternyata, putra bungsu keluarga Park itu akan seberani ini. Sangat bertolak-belakang dengan Jungwon yang selama ini mereka kenal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] a Ghost-ing Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang