05:nyari angin

101 39 6
                                    

suara ketukan pintu terdengar kala asya masih memandangi layar ponselnya,menunggu notif pesan dari langit yang tak kunjung masuk.

"buka atau gua dobrak?!" asya terperanjat kaget mendengar suara itu. ia bahkan bangkit dari posisi rebahannya.

"aw sakit bu!" terdengar ringisan bima dari luar pintu kamar asya.ibunya pasti menjewer pria badung itu, seperti biasa.

asya segera beranjak menuju pintu,tidak lupa ia menatap ke cermin terlebih dahulu.mencoba membuat mimik wajah yang menyeramkan.

"oke,cukup mengintimidasi" gumamnya lalu membuka pintu kamarnya

"mau ngapain lu?!" tanya asya kepada pria yang telinganya masih dipelintir oleh ibunya

"lepasin bu, biar asya aja yang hukum!" ujar asya dan sang ibu mejauhkan tangannya dari telinga bima

ibunya asya punya alasan mengapa dia mempelintir telinga pria badung itu, tadi pagi dia tak sengaja menginjak pot tanaman milik ibunya asya sehingga membuat pot itu pecah.

"aku laporin ke papa ya,karena berani jewer anak kesayangan papa" ancam bima pada ibunya asya

"DASAR ANAK PAPA!" ucap asya sambil berteriak lalu menjambak rambut bima

"udah sya sakit nih anjir" 

"siapa suruh mecahin pot bunga emak gue?!"

"kan ga sengaja"

akhirnya asya pun melepaskan genggamannya pada rambut bima

hingga beberapa menit mereka berdiri dan tak ada yang bersuara,membuat suasana menjadi canggung.

"nyari angin yuk" ajak bima dengan menarik tangan asya tanpa basa basi

"ga ada minta maaf atau gimana kek ke emak gu---"

"OM! BIMA MINJEM ANAK NYA DULU YA!" teriak bima

mendengar suara sahabat anak kesayangannya itu ayahnya asya segera berlari menghampiri kedua remaja itu. matanya seperti memindai asya dari atas sampai bawah.

"pake jaket sama pake celana panjang,biar ga kedinginan!" cerocos ayah asya yang terdengar begitu posesif.

bima tentu tertawa.seperti biasa, ayah dari gadis tersebut selalu khawatir dengan anak semata wayangnya itu.walaupun ia tidak pernah melarang anaknya untuk bepergian bersama bima tapi perlindungan tubuh asya harus menjadi nomor satu.

"ayah hitung sampe 10,kalo engga nurut,gaboleh keluar!" mendengar itu bima langsung menarik tangan asya dan berlari menuju kamar gadis itu.

sesampainya didalam kamar, bima masih tertawa namun asya diam terpaku menatap tangannya dan tangan milik bima masih bertautan.

asya terlebih dahulu melepaskan genggamannya dan segera membuka lemari.

"balik badan!" titah asya dan segera dituruti bima

bukan karena asya akan berganti pakaian disana,namun didalam lemarinya terdapat pakaian dalam.sebagai seorang perempuan tentu ia malu jika orang lain melihat itu, walaupun sahabatnya sendiri tapi bima tetap lah laki-laki

setelah beberapa menit berlalu

"yuk" sejak asya terdiam dan berjalan terlebih dahulu. ia tak ingin bima menarik tangannya seperti tadi.

~~~

asya mengernyitkan keningnya dan tangannya begitu erat meremas jaket bomber milik bima. jalan yang mereka lalui sedikit memutar,ia bingung kenapa bima tidak memilih jalan yang lebih dekat yaitu melewati rumahnya zidan.

"kok muter sih bim?" tanya asya

"namanya juga nyari angin,ya keliling nya yang jauhan" asya mengangguk, temennya itu memang aneh,ia serahkan semua pada bima yang entah akan dibawa kemana oleh pemuda itu.

hampir setengah jam bima membawa asya mencari angin dan akhirnya gadis itu paham akan dibawa kemana dirinya.

ini adalah menuju kerumahnya rama si ketua osis.

setelah sampai.. mereka mengobrol singkat bersama rama si ketua osis.disana juga ada pacarnya,caca. dan sedikit terjadi kecanggungan setiap caca menyindir masalah kedekatan asya dan rama tempo dulu.walaupun bima menengahi,namun wanita tetaplah wanita.

jam menunjukkan pukul 10 malam,dan itu tandanya caca harus segera pulang.rama bersiap untuk mengantar pacarnya itu.

"tunggu bentar ya bro,gua anterin dulu tuan putri nih" ujar rama dengan mendelik ke arah pacarnya itu membuat bima tertawa,sementara caca hanya mendengus kesal karena digoda oleh pria pendek itu.

"kalo pas lu balik gua udah gaada berarti gua udah pulang ya" ucap bima setengah teriak

pintu rumah rama pun tertutup

asya kembali terdiam melirik kearah bima yang sedari tadi memasang raut wajah yang tidak biasa,pemuda itu terlihat banyak pikiran.bima pun lebih banyak diam,bahkan sedari tadi ia malah menonton pertengkaran rama dengan caca.asya bisa merasakan ada yang aneh dengan bima.

"bima leonardo.." mendengar namanya disebut dengan lengkap membuat bima terkejut dan menatap asya dengan panik.biasanya jika asya seperti itu, ia berada di keadaan darurat.

"lo ada masalah?" tanya asya membuat bima tersenyum kecil,tangannya langsung mengelus kepala asya,ia ingin menenangkan gadis yang nampak sedang mengkhawatirkannya.

"naya..dia minta udahan" bibir asya melengkung kebawah,ia tidak suka jika bima bersedih karena naya.

asya memeluk tubuh bima untuk menenangkan teman pria nya itu

setelah beberapa detik asya pun melepaskan pelukannya pada tubuh bima.

"bim,lu masih inget punya janji sama gue?" asya mengalihkan pembicaraan yang tentu saja membuat bima kaget bukan kepalang mendengar pertanyaan itu

bima beberapa kali mengerjapkan matanya,ia bingung harus menjawab apa. mungkinkah janji yang dimaksud asya adalah janji menikah ketika mereka semasa kecil

"lo janji buat ngajarin gue naik motor" ujar asya membuat bima tertawa lepas,sangat lepas.

pikirannya salah! benar saja, mana mungkin asya ingat dengan janji mereka.dan mungkin janji mereka seolah tak berarti saking seringnya asya mendengar janji-janji manis dari pria lain.

jangan lupa vote dan komen :D

Let her go || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang