05. Break Down

2.5K 546 19
                                    

Sesuai percakapannya dengan Jennie via telpon tadi pagi, Rose pun memutuskan berjalan keluar kamarnya untuk menuju kamar Jaehyun.

Jika benar suaminya sedang sakit, pasti ia akan menemukan bukti di dalam kamar Jaehyun. Kalau diingat-ingat dengan baik, di dalam kamar mereka terdapat ruangan terpisah yang menjadi ruang kerja Jaehyun di rumah. Ia punya lemari khusus berkas di sana.

Pastilah Jaehyun menyimpan sesuatu di sana.

Rose melihat sekeliling sebelum akhirnya ia meraih kenop pintu kamar Jaehyun yang rupanya ... terkunci.

Sial, apakah langkahnya akan terhenti bahkan sebelum mulai?

Rose hendak melangkah kembali menuju kamarnya saat ia melihat asisten rumah tangganya yang baru saja lewat setelah membersihkan dapur.

"Bibi, sini sebentar," panggil Rose.

Bibi itu pun segera mendatangi Rose, "iya, nyonya?"

"Saya lupa simpan kunci, apa boleh saya pinjam kunci kamar?" tanya Rose.

"Oh, boleh dong, masa nyonya mau masuk kamar sendiri saya larang," jawab bibi yang kemudian memberikan kunci serep kamar Jaehyun pada Rose.

"Terima kasih, Bi, nanti saya kembalikan lagi sama Bibi," ucap Rose  dan bibi ART itu pun berlalu, jangan heran mengapa bibi ART dengan mudah mempercayai Rose, seluruh ART di rumah ini hanya bekerja dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore saja bahkan libur saat weekend,  mereka dapat pulang ke tempat tinggal masing-masing seusai bekerja.

Tentu saja keputusan ini dibuar oleh Jaehyun yang tidak ingin waktunya dengan keluarga diganggu oleh orang lain. Nyatanya, waktu-waktu itu hanya berisikan suara bentakan, tangisan, jeritan dan suara-suara mengerikan lainnya.

Sungguh tidak ada harmonisnya hubungan keduanya setelah menikah.

Pintu pun ia buka secara perlahan dan Rose cukup tertegun saat melihat interior kamar ini masih sama seperti dulu, interior yang dirancang sendiri oleh Rose. Wanita itu berjalan perlahan dan memperhatikan satu-satu perabotan dan barang-barang yang ada.

Sungguh, tidak ada yang berubah.

Kecuali pada meja rias, dahulu sangat penuh dengan kosmetik dan produk skin care, kini kosong hanya terdapat sebotol parfum yang Rose tahu adalah milik Jaehyun. Wanita itu menghela nafas panjang.

Jujur saja, saat ini ia sedikit mengenang masa lalu, masa di mana hubungan mereka masih baik-baik saja, disaat mereka masih saling ... mencintai.

Apakah perceraian sungguh jalan terbaik?

Bagaimana dengan nasib anak-anaknya? Haruskah mereka tumbuh besar tanpa ayah? Walau ya, sebenanrnya sudah sedari awal mereka tumbuh tanpa kehadiran Jaehyun.

 Rose menghela nafasnya, ia lalu melangkah menuju lemari yang berada di sisi lain kamar itu seolah ia melupakan tujuannya datang kemari. Rose pun membuka lemari miliknya dan ia menemukan baju-bajunya masih berada di sana. Gaun-gaun pesta, blazer, kulot, jeans favoritnya, semuanya masih tertata rapi.

Termasuk gaun pernikahannya yang tergantung di sana.

Rose menarik keluar gaun pernikahan itu dan meletakkannya di atas ranjang berukuran king size itu. Sebuah senyum sedikit merekah di wajahnya, ia ingat dengan baik jika gaun ini dirancang sesuai dengan imajinasi Rose tentang gaun pernikahan impiannya.

Sungguh, begitu cintanya Jaehyun pada Rose dahulu hingga apapun yang Rose mau akan segera dituruti oleh Jaehyun.

Wanita itu pun segera menyimpan gaun nya kembali di dalam lemari, kembali mengingat tujuannya masuk ke dalam kamar ini. Ia segera berjalan menuju ruang kerja Jaehyun saat ia tiba-tiba melihat sebuah kertas yang teremas membentuk bola di kaki sofa kamar.

Sunny | Book 2 of "Sore"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang