Pukul 11 siang.
Rose duduk dengan gelisah, seorang diri, di rumah besar nan megah milik sang suami itu.
Bibi ART pergi ke supermarket untuk berbelanja, Jaehyun ada di kantor sedang bekerja dan Rose???
Ia hanya duduk tak melakukan apapun. Otaknya kini berpikir keras mengenai keputusan terbaik yang harus ia ambil.
"Rose, aku bakal dipindahtugaskan ke Makassar, Nino sama Ilo aku ajak ya?"
Pertanyaan Jennie yang menghubungi dirinya satu jam yang lalu terus terdengar di kepalanya.
"Kasihan Jennie, Nino sama Ilo bukan tanggung jawab dia ... tapi tanggung jawab aku," gumam Rose pelan.
Namun jika Rose membawa Nino dan Ilo kembali ke Jakarta ... bagaimana reaksi Jaehyun? Oh tentu saja, keduanya adalah anaknya ....
Hanya saja ... Rose merasa hal itu bukanlah ide yang baik.
Jika Rose menitipkan Nino dan Ilo ke rumah orang tuanya tampaknya juga bukan jalan keluar yang baik juga.
Hubungan orang tua Rose dan Rose tidak terlalu baik karena satu dua hal, terlebih Rose sudah durhaka dan mengatakan pada Jaehyun jika keduanya telah meninggal.
"Tuhan, apa yang harus lakukan?" gumam Rose pelan.
Terlebih jika ia ingat, tingkah Nino jika menyinggung sang ayah juga tidak terlalu baik, bagaimana jika Nino membuat Jaehyun emosi dan anak manis tak berdosa itu menjadi sasaran emosi Jaehyun?
"Nyonya," panggil bibi ART yang rupanya telah sampai di rumah.
Rose menolehkan kepala dengan sedikit terkejut, "eh, iya?"
"Tadi uang taksi yang nyonya kasih kebanyakan-"
"Ih, simpan saja, buat Bibi," potong Rose dengan segera, sebuah senyum muncul di wajah ayu wanita itu yang membuat bibi ART turut tersenyum.
"Jika begitu buat ongkos naik taksi kalau saya belanja minggu depan saja," ucap bibi ART.
Rose hanya tersenyum mendengar ucapan bibi ART yang begitu jujur, sungguh Rose setidaknya sangat bersyukur dengan kehadiran bibi ART yang baik hati ini, bisa jadi teman ngobrol Rose yang merasa kesepian.
"Saya pamit ke dapur ya, Nyonya."
Bibi ART pun beralih ke dapur dan Rose kembali pada kegiatan berpikirnya.
Namun, oh ... ???!
*****
Sesuai permintaan Jaehyun kemarin.
Malam ini, Rose akan turut hadir menemani Jaehyun ke sebuah pesta charity yang entah diadakan oleh siapa, Rose juga tidak peduli.
Jaehyun mengecek jam tangannya dan menyadari jika waktu tersisa kurang dari satu jam, mungkin sekitar 45 menit.
Pria itu menghela nafasnya, mulai merasa sedikit kesal karena ia sudah menunggu cukup lama untuk Rose bersiap-siap, mempersolek diri.
Langkah kakinya yang lebar kini terarah menuju kamar tamu yang kini menjadi kamar sang istri karena jelas mereka sedang pisah ranjang usai kejadian yang merusak dan mengusik rumah tangga.
Namun belum sempat Jaehyun mengetuk pintu, pintu itu sudah terlebih dahulu terbuka lebar, dan muncul lah sosok Rose kemudian.
"Maaf, aku harus bongkar koper yang lama buat cari gaun," ucap Rose saat menyadari kehadiran Jaehyun di depan kamarnya.
Di sisi lain pemuda itu hanya diam saja, mungkin saja terkesima melihat penampilan sang istri yang tampak cantik, oh jelas saja jika seorang nyonya besar itu cantik.
Pria itu pun tanpa kata berjalan meninggalkan wanita itu, Rose paham jika sudah tak ada banyak waktu lagi, maka dari itu tanpa tanya ia segera mengekor walau dalam hati ia merutuki suaminya.
Sungguh tidak pengertian, apa ia tidak lihat aku memakai high heels?
Rose pun menyusul Jaehyun ke depan rumah di mana mobil pria itu sudah terparkir di sana. Wanita itu sedikit terkejut saat Jaehyun masuk ke bangku supir.
Jadi ... mereka hanya akan pergi berdua saja?
Tidak biasanya begitu.
Rose masuk ke dalam mobil dan memakai seatbelt nya dengan segera.
"Kenapa tidak pakai supir?" tanya Rose disaat Jaehyun mulai melajukan mobilnya, melewati gerbang yang kemudian segera ditutup oleh dua orang satpam yang bertugas menjaga rumah.
"Karena aku mau nyetir," jawab Jaehyun singkat, menatap sang istri saja tidak. Oke, Rose pun tidak berniat membuka percakapan lagi.
Rose pun mengecek ponselnya, bertukar pesan dengan Jennie untuk menanyakan kabar Nino dan Ilo yang sangat ia rindukan.
Untuk saat ini, ia sudah memiliki ide bagaimana ia dapat membawa Nino dan Ilo ke Jakarta tanpa kedua anak itu harus bertemu dengan sang ayah.
Namun bisa dikatakan ide tersebut sedikit berisiko, tentunya risiko untuk Jaehyun kembali mengamuk membabi buta.
"Gimana ... kabar Nino sama Ilo?" tanya Jaehyun, memecah keheningan di dalam mobil mewah Rolls-Royce kebanggaan Jaehyun.
Rose menghentikan aktivitasnya di ponsel, meletakkan ponsel kembali ke dalam tas Saint Laurent pertama yang ia beli dari tabungannya saat masih menjadi wartawan.
"Mereka baik."
"Aku kangen mereka, apalagi Ilo, aku gak pernah lihat dia sejak dia bayi," ucap Jaehyun dengan nada suara yang begitu datar.
Rose bergeming, haruskah ia membalas ucapan Jaehyun atau diam saja? Tampaknya dua opsi tersebut sama-sama buruknya.
"Hm," respon Rose sekenanya.
"Aku mau ketemu anak-anak aku, Rose, aku mau ketemu Nino dan Ilo."
What a timing, duh!
"Jaehyun ... kita bahas ini nanti, oke?"
Balasan dari Rose seolah terdengar menyelesaikan masalah tetapi pada kenyataannya, Jaehyun terlihat sekali tampak tidak oke dengan balasan itu.
Pria itu kembali terdiam.
Suasana kembali canggung.
Sudah biasa.
*****
To be continued ...
Double update! Check the next chapter immediately! <3