012

455 55 2
                                    

Sekarang sudah tak sakit lagi, ya?
Kau terbang bebas, jauh di atas awan sana, meninggalkanku yang masih termangu di bumi ini.

~

Acara pemakaman Senji berjalan dengan lancar. Petinggi Bonten dan bawahan Bonten semuanya hadir saat upacara pemakaman jenazah Senji. Semuanya berjalan dengan baik. Namun tidak dengan perasaan Kakucho dan Sanzu. Kedua perasaan laki-laki itu sama-sama hancur. Amat merasa kehilangan sosok hangat Senji. Keduanya juga sama-sama tak bisa menjalani kehidupan mereka karena Senji tak lagi ada. Satu-satunya alasan mereka untuk tetap hidup dan memiliki semangat hidup adalah Senji, namun kini yang menjadi alasan mereka untuk tetap hidup telah pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.

Tak tahu bagaimana kedepannya jika Senji tak ada bersama mereka. Bahkan untuk menyambut hari esok saja mereka enggan. Kedua raga itu kini bagaikan hanya seonggok daging tanpa nyawa. Jiwa mereka seakan-akan ikut pergi bersama Senji meninggalkan masing-masing raganya.

Netra kelam yang terus memancarkan kesedihan yang mendalam, membuat siapa saja yang menatap matanya bisa merasakan betapa kehilangannya mereka. Pria yang berbeda yang menyanyangi perempuan yang sama. Pria yang berbeda yang merasa kehilangan akibat kepergian perempuan yang sama. Pria yang berbeda yang berjanji untuk melindungi dan menjaga perempuan yang sama. Mereka, Sanzu dan Kakucho adalah dua orang yang berbeda dengan perasaan yang sama. Sama-sama kehilangan, hancur, dan hampa.

Kehilangan adalah hal yang paling mereka benci.

Para bawahan Bonten sudah dahulu pergi meninggalkan pemakaman, sedangkan para petinggi Bonten masih berada di sana. Setia menunggu dua rekannya yang tengah terduduk lemah di hadapan batu nisan yang bertuliskan nama Kakucho Senji.

Keduanya hanya terus memejamkan mata rapat sembari merapalkan doanya dari dalam hati. Sedangkan air matanya terus mengalir deras membasahi wajah mereka.

Rindou menengadah menatap gumpalan awan berwarna gelap yang menyedihkan. Laki-laki yang memiliki marga Haitani itu mengerutkan dahinya sembari menatap Sanzu dan Kakucho yang masih berdoa.

Berapa lama lagi? Pikir Rindou terus-terusan.

Haitani Ran, laki-laki yang berbeda dengan marga yang sama itu melirik ke arah adiknya yang tepat berada di sebelahnya dengan tatapan mencurigakan, pasalnya Rindou tak mengalihkan pandangannya terhadap Kakucho dan Sanzu ditambah adiknya itu mengerutkan dahinya seperti merasa sebal dengan kedua makhluk yang ada di hadapannya itu.

"Psstt! Rin..." bisik Ran sambil menyikut lengan adiknya.

Rindou yang merasa terganggu dengan kakaknya itu lantas menoleh kesal.

"Apa?!" bisiknya namun sedikit membentak.

"Kenapa kau?"

"Apanya yang kenapa?"

"Kau kenapa? Menatap mereka seperti orang yang sedang kesal."

"Mereka lama sekali. Sampai kapan aku harus menunggu? Mereka sudah berada di sana selama 30 menit. Apa kaki mereka tidak kesemutan?"

"Jangan begitu, Rin. Kau saja tadi menangis selama 2 jam lamanya."

Mata sembab Rindou mendelik sebal ke arah Ran,  "Menyebalkan." gerutu Rindou.

You Mean the World to Me || Sanzu Haruchiyo x femaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang