Bonchap

454 52 13
                                    

Rasanya masih sama. Sama seperti kau masih berada di sampingku.


~

Sanzu menengadahkan kepalanya, menatap gumpalan awan putih. Menatap bunga-bunga cantik di sekitarnya. Laki-laki berkemeja putih itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju salah satu kursi putih guna mendudukkan dirinya di sana. Sanzu memejamkan matanya kala ia sudah mendaratkan bokongnya pada kursi itu, menghirup dalam aroma semerbak wangi yang dihasilkan oleh bunga-bunga cantik tersebut.

Sepersekian detik kemudian, laki-laki itu membuka kedua matanya kala mendengar ada suara seseorang yang sangat familiar baginya. Apalagi dengan tawanya. Seseorang yang saat ini masih ia cintai dan selamanya akan selalu ia cintai. Ya, seseorang yang dimaksud adalah Senji.

Sanzu menolehkan kepalanya, mengedarkan pandangannya ke sekitar guna mencari dari mana sumber suara itu berasal.

Sampai pada di ujung sana, netra kelamnya menangkap siluet dua orang yang tengah bergurau.

"Ayo tangkap aku! Kalau kau bisa, akan kuberi hadiah." Samar-samar suara Senji terdengar di telinga Sanzu.

"Eh? Menantangku, ya? Baik, siapa takut?" Suara pria ini yang Sanzu kenal membuat dirinya membeku seketika.

"Senji..." gumam Sanzu memanggil nama kekasihnya.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan, Sanzu segera bangkit dari sana lantas berlari menuju tempat di mana Senji berada. Laki-laki itu meneteskan air matanya lagi, merasakan kembali rasa sesaknya di dada.

"Senji!" panggilnya kencang membuat sang pemilik nama menoleh ke arahnya.

Senji tersenyum seraya melambaikan tangannya. Senyuman yang sudah lama tak Sanzu lihat, kini ia kembali melihat senyuman itu setelah bertahun lamanya.

Sanzu terhenti di hadapan Senji. Laki-laki itu langsung memeluk erat Senji seakan-akan tak ingin membiarkan perempuan itu pergi untuk kesekian kalinya.

"Aku merindukanmu, Sayang." ucap Sanzu parau.

Di sebelah Senji, seorang laki-laki berambut perak dengan warna kulit eksotisnya hanya terdiam menatap interaksi keduanya.

"Sanzu." Senji melepaskan pelukannya, menatap dalam kedua manik Sanzu.

"Jangan terlalu lama bersedih." Jari mungil perempuan itu mengusap lembut air mata Sanzu.

"Kau harus bahagia. Kau harus bisa membuka hatimu untuk menerima orang baru. Kau tidak boleh terlarut dalam kesedihan dan kau tak boleh hanyut dalam keterpurukan."

"Aku hanya mencintaimu. Kebahagiaanku itu adalah kau. Bagaimana aku bisa bahagia? Jika sumber kebahagiaanku saja pergi meninggalkanku."

"Jangan seperti itu. Kau bisa temukan kebahagiaanmu di dalam diri orang lain."

"Kau itu duniaku, Senji. Maka saat kau pergi meninggalkanku, maka saat itu juga duniaku runtuh."

Sanzu mengenggam erat kedua tangan Senji.

"Ayo pulang. Ayo kembali ke rumahmu." ajak laki-laki itu.

You Mean the World to Me || Sanzu Haruchiyo x femaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang