1.

4.1K 315 1
                                    

Brak!

Sebuah novel yang bersampul hitam dengan corak keemasan itu terbanting hingga menimbulkan suara yang keras. "Novel biadab." Umpat seorang pemuda yang membanting novel itu.

"Anjing lo, seenak jidat banting-banting novel gue, mahal nih." Teriak Eli sembari berlari memungut novel yang berjudul 'For Elfi' kemudian membolak-balikkan novel itu, memastikan tidak rusak sedikit pun.

"Kesel sih kesel, tapi jangan dibanting juga kali. Ini itu novel terbaik gue tau!" Ketus Eli, adik Gael.

"Terbaik?" Ulang Gael sedikit tidak percaya, pasalnya novel itu memiliki ending yang membagongkan.

"Iya anjir, lo malah seenaknya banting-banting novel gue." Kesal Eli, gadis itu berbalik pergi dengan menghentakkan kakinya kesal.

Gael mengendihkan bahunya acuh, ia merogoh sakunya saat merasakan hpnya bergetar. Ternyata pesan dari temannya yang menyuruhnya untuk menghadiri acara pengajian bersama.

Dengan wajah sedatar tembok andalannya, Gael menyambar peci dan sarung yang ada didekatnya. Gael mengendarai motor vespa milik Eli tanpa izin pemiliknya.

Tak lama ia sampai ditempat pengajian, dekat memang. Pengajian itu diadakan oleh RT sebelah, Gael mendatangi teman-temannya yang menunggunya ditempat parkir. "Lama banget lo El." Kesal Mafin.

Gael hanya mengangguk sebagai respon, mereka pun langsung menuju ke tempat pengajian sedang berlangsung. "Pap dulu cok kita." Seru Galang mengarahkan kamera Hpnya kewajah mereka bertiga, tak lupa background tempatnya yang sangat jelas.

Gael membuang muka saat kamera mengarah kepadanya. "Udah nih, kita balik aja nongki." Ucap Galang tanpa mengalihkan pandangannya dari Hp.

"Nanti aja dulu, belum dapet kotakan juga." Cegah Mafin, Galang menepuk jidatnya.

"Lupa gue, bentar lagi dateng mungkin." Ucap Galang.

Gael menunduk, kenapa ia memiliki teman seperti mereka berdua? Tak lama seorang wanita paruh baya datang membawa kotak putih dan es di gelas plastik. "Loh kalian, tante kira ngga dateng tadi." Ucap wanita itu sembari memberikan kotakan putih pada mereka.

"Ya dateng lah tan, cuma agak telat aja ini." Jawab Mafin, wanita paruh baya itu mengangguk dengan senyum ramahnya.

"Bagus, kalian ini sering-sering dateng ke acara kaya gini. Pemuda kaya kalian ini udah mulai langka, beda lagi tuh sama anaknya si itu hobinya mabok-mabokan." Wanita itu berbicara dengan memelankan kalimat terakhirnya.

Galang tersenyum bangga, dia merapatkan dirinya. Matanya memicing seperti akan mulai bergosip. "Katanya habis ngisiin perut anak orang ya tan?" Tanya Galang.

Wanita paruh baya itu melotot, ia melihat kanan dan kiri. Dirasa aman, wanita itu sedikit mencondongkan dirinya untuk mendekat. "Katanya sih iya, minggu depan mau dinikahin." Bisik wanita itu.

"Pengajian." Gumam Gael heran sembari menatap kedua sahabatnya yang sekarang malah asik bergosip dengan wanita paruh baya tadi.

Saat asik mendengarkan gosip dari ketiga orang didepannya, tiba-tiba hujan deras turun membasahi tubuh mereka. Pengajian itu memang diadakan diluar ruangan, angin berhembus kencang membuat orang-orang berlarian mencari tempat aman.

"Gila, perasaan tadi ngga mendung kenapa jadi tiba-tiba hujan gini?" Dumel Galang, mereka kini berlari menerobos hujan untuk cepat-cepat pulang.

Karena kencangnya angin membuat pohon disana akan tumbang. "Gael, minggir cok." Teriak Mafin.

Gael yang tak mengerti hanya diam tanpa menghiraukan perkataan Mafin hingga sebuah batang pohon menimpa tubuhnya. Tubuhnya serasa remuk, dadanya sesak untuk sekedar bernafas.

Pandangan Gael memburam, ia samar-samar mendengar teriakan sahabatnya yang memanggil namanya sebelum semuanya berubah menjadi gelap.

***

Suara gedoran pintu yang begitu keras membangunkan Gael yang tengah tertidur pulas, eh? Tertidur? Bukannya tadi ia tertimpa batang pohon? Sungguh memalukan. Gael membuka matanya, ia merasa asing dengan ruangan yang ia tempati.

Gael menatap ke arah pintu, suara gedoran itu semakin keras. Dengan waspada Gael berjalan pelan ke arah pintu, ia membukanya perlahan menampilkan wajah cantik wanita paruh baya. "Kamu itu ya Kael, buka pintu lama banget mama sampe capek ngetuknya." Omel wanita itu.

Gael hanya diam menatap wanita itu, ia bertanya-tanya siapa wanita itu. "KAEL! KAMU DENGERIN MAMA NGGA SIH." Marah wanita itu sembari menarik telinga Gael.

"Kael?" Gumam Gael heran, dia Gael bukan Kael. Gael pake 'G' bukan 'K' mungkin ibu ini salah orang.

"Ibu salah orang." Ujar Gael sembari berusaha melepaskan tarikan ditelinganya.

"Arenzy Shakael Prastyo jangan bercanda! Mama serius." Kesal wanita itu yakni Genza.

"Mama sama papa mau keluar negri buat ngurusin bisnis papamu, kamu jaga adek kamu! Awas aja kamu lukain adek kamu lagi." Ancam Genza dengan mata menajam.

Setelahnya Genza pergi meninggalkan Gael yang berdiri mematung diambang pintu. "Gue? Kael? Maksudnya?" Heran Gael mencerna semua yang terjadi.

Gael merasa aneh dengan semuanya, pertama-tama dia berada diruangan yang asing, kedua wanita paruh baya tadi memanggilnya Kael, ketiga dia merasa nama Kael tidak asing untuknya, keempat bukannya harusnya dia sudah mati?

Arenzy Shakael Prastyo, bukannya itu salah satu tokoh novel milik adiknya? Apa mungkin dia berada dalam tubuh Kael? Gael menggelengkan kepalanya menyangkal pemikirannya tersebut. Sepertinya dia sudah tertulah kegilaan Galang. Tanpa memusingkannya lagi, Gael kembali masuk dalam kamar.

Namun netranya tak sengaja menangkap bayangannya dicermin. Gael tidak bisa menutupi keterkejutannya saat melihat bayangan dicermin bukanlah dirinya. "Apa mungkin?" Gumamnya. Tapi apa boleh buat, mau tak mau dia harus percaya memang ini kenyataannya.

Novel 'For Elfi' sendiri menceritakan kisah percintaan gadis remaja yang bernama Elfida Kharisma Putri, seperti judulnya pemeran utamanya pun bernama Elfi. Elfi adalah gadis berkarakter bar-bar, lembut juga baik hati. Kisah cintanya bermula saat ia tak sengaja melemparkan bola basket hingga mengenai kepala kakak kelasnya, yakni Johan Pramanta sang pangeran sekolah di SMA Merdeka. Kala itu Johan kesal ia meminta Elfi mengompres jidatnya yang benjol.

Hingga dihari-hari berikutnya mereka selalu dipertemukan dengan kejadian-kejadian yang membuat mereka semakin dekat dan munculah benih-benih cinta itu, seperti dikebanyakan cerita, sang antagonis mengganggu kisah percintaan mereka, dia Arenza Nattanael Prastyo, teman masa kecil Johan sekaligus orang yang mencintai Johan. Natta yang cemburu melihat kedekatan mereka selalu mengganggu Elfi, dia kesal saat Johan menjauh darinya dan memilih Elfi.

Puncaknya ketika Natta sudah amat kesal karena Johan akan bertunangan dengan Elfi, Natta menggila dia melakukan segala cara untuk membuat Johan berada disisinya dengan memberi obat perangsang diminuman Johan saat mereka sedang berdua, saat itu Johan yang tau akan hal itu merasa geram, dia melarikan diri ke rumah Elfi dan terjadilah ekhm-ekhm. Endingnya Natta menjadi depresi dan ia melakukan bunuh diri.

Gael sendiri memasuki tubuh Kael, sang second lead yang mencintai Elfi dengan tulus sekaligus kakak dari sang antagonis. Kael berujung menjadi sadboy, namun ia mengikhlaskan sang pujaan hati bersama orang yang dicintainya, dia memilih melanjutkan kuliah diluar negri setelah kematian sang adik. Kael sendiri membenci Natta karena Natta selalu mengganggu dan berusaha menyakiti Elfi.

ShakaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang