Esokan harinya sekolah dihebohkan dengan kedatangan kembali oleh sang queen bullying yang selama 1 minggu terakhir di skors. Murid-murid yang tadinya dapat bernafas dengan bebas tanpa beban kini menggerutu dalam hati, takut-takut mereka melakukan kesalahan atau salah kata dan berujung menyinggung queen bullying di sekolah mereka yang tak lain tak bukan adalah Asa.
Kini taman yang nampak sepi terlihat enam gadis yang saling berhadapan dengan tatapan membunuhnya masing-masing. "Apa lo liat-liat? Mau gue colok?" Tanya Natta ngegas.
Gadis dihadapan Natta kini tertawa meremehkan, "minimal kalo mau nyolok mata gue tinggi dulu biar nyampe." Ejek gadis itu, sesuai tebakan kalian bahwa gadis itu Asa.
Natta mengepalkan tangannya merasa terhina, baru saja tangannya akan terangkat untuk menjambak rambut sebahu milik Asa namun ia harus menahannya, tidak boleh emosi okayy? "Iri kan lo sama gue yang gemesin ini?" Balas Natta mengibaskan rambutnya sombong.
Asa berdecih, PD sekali makhluk dihadapannya ini. "Gemesin? Kerdil!" Bisik Asa tepat ditelinga Natta, gadis itu berlalu melewati Natta diikuti kedua temannya dari belakang.
Syaki, Sina, Rara dan Seira saling tatap saat berpapasan, mereka saling melempar senyum tertekan mereka. "ASA SIALAN! MENTANG-MENTANG KAYA JERAPAH YA LO BANGSAT!" Umpat Natta sembari melempar sepatunya dan tepat sasaran, sepatu itu mengenai tengkuk Asa yang membuat Natta tersenyum puas.
Tangan Asa mengepal menahan emosi, gadis itu berbalik menatap Natta tajam. Tak lama Asa tersenyum lebar sembari memungut sepatu Natta, gadis itu melempar sepatu Natta ke atas pohon hingga sepatu itu nyangkut disela-sela ranting pohon.
Asa tersenyum puas melihat sepatu musuhnya nyangkut di posisi pohon atas, begitu tinggi. "Selamat berjuang, bye!" Ucap Asa melambaikan tangannya santai, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
"Sialan! Asa bangsat!" Umpat Natta tak ada habisnya.
Rara menggelengkan kepalanya heran, sahabatnya yang satu itu selalu tak ingin mengalah dengan Asa namun selalu berujung begini. Entah kenapa Natta selalu tidak bisa menahan emosinya ketika bertengkar dengan Asa. "Lo sih masih diladenin." Ujar Seira santai.
"Nah, sekarang kalo udah nyangkut gitu siapa coba yang mau ngambilin? Gue sih ngga mau." Sambung Rara dengan senyum lebarnya.
"Kita ada urusan nih, duluan ya, selamat berjuang hahaha." Mereka berdua berlari saat Natta akan melemparkan sepatu sebelahnya lagi ke arah mereka.
Gini amat punya sahabat, sahabatnya susah bukannya dibantu malah diketawain. Natta mendongak menatap sepatunya yang tersangkut diranting pohon. "Gue ngga jago manjat pohon lagi." Gumam Natta bermonolog.
Gadis itu mendengus kasar, melepas sepatunya yang sebelah, ia perlahan memanjat pohon itu dengan was-was takut ia terjatuh dengan tidak elit. Sampainya di atas pohon, tangan Natta terangkat berusaha meraih sepatunya yang berada tak jauh dari posisinya. "Sial! Dikit lagi kenapa tangan gue ngga nyampe sih." Geramnya frustasi.
"Sabar Natta, dengan sabar pasti semuanya bakal lebih mudah." Gumam gadis itu menyemangati dirinya sendiri dengan senyum paksa terlukis diwajahnya. Gadis itu mengulurkan tangannya lagi keatas guna meraih sepatunya, dengan sebelah tangan yang memeluk batang pohon dengan erat dan sebelah lagi berusaha menjangkau sepatunya.
Natta merekahkan senyumnya saat berhasil membuat sepatunya terjatuh dari atas sana, namun tak lama senyum itu memudar tergantikan dengan ekspreksi panik diwajahnya saat kakinya tergelincir dan membuat ia harus terjatuh dari atas pohon, Natta memejamkan matanya bersiap untuk merasakan rasa sakit itu. "Argh sial, punggung gue!!!!" Pekikan itu menyadarkan Natta hingga ia membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakael
HumorIni tentang Gaelendra Afikri, lelaki pendiam dan irit bicara. Awal mulanya Gael menghadiri pengajian dengan kedua sahabatnya, karena mereka memaksanya untuk ikut. Sampai disana kedua sahabatnya malah ikut bergosip ria dengan salah satu ibu-ibu, dite...