6.

1.5K 138 3
                                    

Natta menundukkan kepalanya tak berani menatap sang abang. Sedangkan Kael sendiri berdiri bersedekap dada menatap Natta tajam. "Jangan gangguin Elfi, Natta!" Tekan Kael membuat Natta diam-diam memutar bola matanya malas.

"T-tapi di-" Belum sampai Natta menyelesaikan kalimatnya, Kael sudah meraih dagunya sedikit kasar.

"Ngga ada alasan, lo dulu yang selalu gangguin dia." Potong Kael, ia menghempas dagu Natta kasar lalu berjalan menjauh dari sana.

Kael berhenti sejenak, ia sedikit melirik kebelakang dengan posisi menoleh ke samping. "Dan satu lagi, gue ngga mau denger lo bully Elfi lagi apalagi gara-gara masalah Johan." Ujarnya lalu benar-benar pergi dari sana.

Natta mengangkat wajahnya setelah kepergian Kael. Wajah berubah menjadi sinis seketika. "Dih, larangan adalah perintah abangku sayang." Gumamnya sebal, lalu ia pergi menuju kamarnya dengan kaki dihentak-hentakkan.

***
Esok harinya disekolah, Kael dibuat emosi oleh tindakan adiknya yang kini sudah menjadi bahan tontonan karena telah menyiram tubuh Elfi dengan kuah panas, hal itu membuat Elfi menangis sesenggukan karena merasakan perih ditubuhnya. "Rasain tuh! Mentang-mentang Johan sukanya sama lo ngga usah belagu ya anjing! Gue bakal rebut Johan dari lo, inget itu!" Ketus Natta, ia menendang kaki Elfi dengan sedikit tenaga.

Tak lama datanglah Johan dengan wajah menahan amarah, Johan mengangkat Elfi kedalam gendongannya lalu ia menatap Natta tanpa ekspreksi. "Bisa ngga sih sehari aja ngga bikin ulah? Gue cape sama tingkah lo yang kaya gini." Ucap Johan lelah, setelahnya Johan berjalan cepat meninggalkan area kantin.

Kael yang melihat Johan telah pergi pun menghampiri adiknya, ia menyeret tangan adiknya kasar. Kael membawa Natta ke kelas gadis itu, kondisi kelasnya sepi karena jam istirahat masih berlangsung.

Plak!

Natta memegang pipinya yang terasa perih, ia menatap tak percaya ke arah Kael. "Bang lo-"

"Diem." Desis Kael, dia menatap Natta dengan tatapan tajam bak pisau yang siap menusuk kapan saja.

"Gue udah peringatin lo semalem Natta, lo lupa sama kata-kata gue?" Geram Kael, sedangkan Natta sendiri menundukan kepalanya tak berani menatap Kael, ia kecewa dengan Kael yang berani main tangan padanya, ia sakit hati saat Kael lebih membela orang lain dibandingkan adiknya sendiri.

"JAWAB! BISU LO?" Sentak Kael dengan nada yang teramat tinggi.

Natta menggeleng pelan, lidahnya terasa kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. "Gue.bilang.jangan.ganggu.Elfi.lagi." Tekan Kael.

Natta mendongak dengan mata yang sudah dibanjiri oleh air mata, ia menatap Kael kesal "Selalu aja Elfi! Elfi! Elfi! Adek lo tuh gue atau Elfi sih bang? Hiks." Teriak Natta dengan dada bergemuruh, ia langsung berlari meninggalkan Kael disana.

"Shit!" Umpat Kael mengacak rambutnya frustasi, ia menendang meja sebagai pelampiasan.

Kael meninju tembok didekatnya hingga tangannya memerah. "Sial, sial, sial! Gue kelepasan." Teriak Kael penuh amarah, dadanya naik turun karena emosinya.

"Lo emang sialan sih kak." Sahut Rara diambang pintu. Gadis itu kesal lantaran melihat semua kejadian dimana sahabatnya ditampar dan dibentak oleh Kael

***

Diposisi Natta sekarang, ia sedang menangis dibawah pohon mangga yang ada di taman belakang sekolahnya. "Hiks Kael sialan, anjing tuh orang." Makinya sembari melemparkan kerikil-kerikil kecil yang ada didepannya ke sembarang arah.

Johan yang baru saja lewat dan tanpa sengaja melihat Natta menangis pun penasaran. Ia menghampiri Natta, bagaimana pun Natta tetaplah teman masa kecilnya yang pernah mewarnai sebagian kisah hidupnya.

ShakaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang