10.

1.1K 97 22
                                    

Natta menunduk malu, ia menghindari tatapan dari sahabat abangnya itu. Sedangkan Kael sendiri dengan santai memainkan ujung rambut Natta yang sesekali ditepis kasar oleh Natta. "Apasih!" Ketus Natta memberikan tatapan maut pada Kael.

"Ekhm! Kalian utang penjelasan sama gue." Tegas Varen menatap keduanya datar, ia tadi berlari menyusul Kael namun sampainya ditempat kejadian ia hanya mendapati beberapa siswi yang menggosipkan kejadian tadi. Varen pun mencoba mencari Natta, takut-takut terjadi sesuatu terhadap adik sahabatnya ini, namun saat ia memasuki kelas Natta justru ia disuguhkan pemandangan yang mengejutkan, bahkan hampir membuat jantungnya melompat dari tempatnya.

Kael melirik Varen dengan dahi mengerut, "penjelasan apa lagi?" Tanya Kael heran, pria itu dengan tidak berdosanya mengecup bibir Natta gemas.

"Kurang jelas? Atau mau gue tunjukin yang lebih?" Tanya Kael dengan nada mengejek.

Varen sendiri sudah membulatkan matanya tak percaya, tak lama pria itu menggeleng dengan mulut menganga pertanda menolak tawaran Kael, bisa gila ia lama-lama.

"Udah gila lo!" Ketus Varen bergidik, ternyata tebakannya meleset, ia kira selama ini Kael menyukai Elfi namun justru, ahh sudah lah! Memang hanya Kael yang tau isi kepalanya.

Kael tak memperdulikan ucapan Varen, ia menyentuh dagu Natta lalu mengangkatnya agar mendongak menatapnya. "Kenapa?" Tanya Kael pelan.

Natta mendelik sebal, kenapa katanya? Gila! Kael memang sudah gila! Mau ditaruh dimana sekarang muka Natta? Ia benar-benar takut, malu, kesal semua menjadi satu.

***

Varen menyenderkan tubuhnya ke batang pohon yang kokoh, pria itu meneguk sekaleng soda yang baru saja dibelinya dari kantin. Varen tersenyum masam, "kenapa gue punya tiga sahabat, otaknya ngga ada yang bener? Emang gue yang paling waras." Gumamnya menghela nafas.

"Ngga bisa bayangin gimana kagetnya Rais sama Galen kalau tau hubungan Kael sama adeknya." Lanjutnya bergumam, pria itu menerawang membayangkan reaksi kedua temannya jika mengetahui fakta yang mengejutkan itu.

Varen meremat kaleng soda yang sudah tak ada isinya itu lalu ia melemparnya asal. "HUWAA FRUSTASI BEGETE GUEE!" Teriak Varen terdengar sangat frustasi.

"Aws sialan!" Desisan itu membuat Varen menghentikan aksi gilanya, pria itu menoleh ke sumber suara dimana seorang gadis yang sangat dikenalnya sedang mengusap keningnya dengan kasar.

Varen menelan ludahnya kala mata gadis itu tertuju padanya dengan tatapan tajam. "LO KALO FRUSTASI YA SANTAI DONG NGGA USAH LEMPAR-LEMPAR KALENG SEMBARANGAN!" Teriak gadis itu emosi.

Varen mengerjab linglung, benarkah gadis didepannya ini orang yang dia kenal? Pasalnya gadis yang ia kenal ini memiliki sifat yang ambisius, terlihat pendiam dan lembut namun sekarang? "Lo ngga salah bentak gue?" Tanya Varen tercengang.

Gadis itu yang tak lain tak bukan adalah Rara mendelikan matanya, "terus gue harus marah ke siapa? Lo yang lempar nih kaleng ya!" Ketusnya.

"Sorry Ra, gue ngga sengaja." Cicit laki-laki itu menundukan keplanya.

Rara berdecih kesal, tak menghiraukan Varen, Rara pergi dari sana meninggalkan Varen yang tengah melirik Rara dari ekor matanya. Setelah punggung Rara menghilang dari pandangan Varen, pria itu memegangi dadanya dengan nafas memburu.

Disisi lain Rara sendiri berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang lebar, sampainya di kelas, gadis itu mendudukan dirinya dengan kasar. "Kenapa lo? Ngga biasanya." Celutuk Seira heran.

"Kesel!" Ketus Rara sekenanya.

Seira menghela nafasnya, ia membiarkan saja toh Rara memang seperti itu jika kesal maka semua orang terkena imbasnya. "Tiap hari juga lo kesel, darah tinggi tau rasa." Gumam Seira pelan namun sayang masih terdengar oleh telinga Rara.

ShakaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang