3.

2.6K 213 14
                                    

Kael terbangun saat seseorang menepuk pundaknya, ia membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang laki-laki berkacamata menatapnya jengkel. "Lo kalo mau bolos ajak-ajak dong!" Seru laki-laki berkacamata itu.

Kael menjatuhkan pandangannya pada name tag laki-laki itu, Varenzie A.P. Kael ingat, laki-laki ini sahabat Kael yang bernama lengkap Varenzie Alga Putrawa, Varen ini cukup santai, friendly dan cuek.

Kael mendengus, menatap Varen malas. Badannya terasa pegal karena tidur dikursi taman itu. "Ngga penting." Ucap Kael sekenanya, toh benarkan? Kael saja baru mengenalnya.

"Adik lo tadi dijemur noh dilapangan sama Pak Yayan." Ujar Varen memberi tahu.

Kael mengendihkan bahunya acuh, ia menyampirkan tasnya dipundak lalu berdiri dan mulai melangkahkan kakinya. "Bukan urusan gue." Kata Kael.

Varen menggelengkan kepalanya heran, temannya ini sangat menjengkelkan. Varen menyusul Kael, ia merangkul Kael membibingnya berjalan menuju kelas. "Tadi gue lihat Elfi lagi digendong sama ketua osis." Ucap Varen.

Belum sempat Kael menjawabnya, seseorang terlebih dulu menabraknya, sial! Sudah dua kali dia ditabrak begini. "Sorry kak gue ngga sengaja." Cicit orang itu yang tak lain tak bukan ialah Elfi.

Kael mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Elfi. "Hati-hati." Ucap Kael dengan nada datar andalanya.

Elfi tersenyum manis, ia mengangguk kencang. "Gue mau ke kantin, lo sekalian bareng ngga?" Tanya Elfi menawarkan diri pada Kael.

Kael berfikir sejenak, ia menatap Elfi lekat membuat sang empu mengalihkan pandangannya salting. "Kael aja nih yang diajak, gue kaga?" Dengus Varen merasa diacuhkan.

Elfi menatap Varen sinis, lelaki menyebalkan itu! Ingin rasanya ia cekik hingga tewas. "Ngga, gue ngajak kak Kael doang!" Sewot Elfi.

"Ayo." Ajak Kael berjalan mendahului, Elfi pun langsung menyusulnya begitupun Varen yang menyusul dengan ogah-ogahan, ia sangat malas.

Varen mengambil duduk disebelah Kael, sedangkan Elfi duduk tepat didepan Kael. "Gue yang pesen." Ujar Kael berdiri, ia ingin tau sendiri makanan apa yang ada dikantin ini.

"Tumben lo, kalo gitu gue mie goreng jangan pedes-pedes sama es jeruk." Ujar Varen dengan senyum lebar yang terpatri dibibirnya.

Kini Kael menatap Elfi, Elfi yang paham pun menyebutkan pesanannya. "Gue bakso sama es teh aja kak." Ucap Elfi, tanpa basa-basi Kael langsung melenggang pergi dari sana meninggalkan Elfi bersama Varen.

"Tumben lo ngga diikutin sama Jono." Heran Varen, pasalnya Elfi ini selalu ke kantin bersama Johan. Semenjak dekat, mereka menjadi sering menempel satu sama lain.

Elfi memandang Varen kesal, dengan ketus ia menjawab. "Namanya Johan, Johan! Bukan Jono." Ujarnya penuh penekanan.

"Sama aja kali." Dengus Varen, setelahnya hening, mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri.

***

Tak lama Kael datang dengan ibu kantin yang membawa nampan berisi pesanan mereka. "Makasih buk." Ucap Elfi ramah pada ibu kantin.

"Ini kak duit gue." Elfi menyerahkan uang sepuluh ribuan kepada Kael.

Kael menggeleng. "Ngga usah." Jawabnya, lalu ia melanjutkan makannya dengan tenang.

"Eh kak." Panggil Elfi, Kael hanya menatap Elfi dengan alis terangkat sebelah.

Elfi mengusap tengkuknya tak enak. "Gue ntar boleh nebeng lo ngga? Johan ada rapat osis nanti, jadi ngga bisa anter pulang." Lanjut Elfi menatap Kael canggung.

Belum Kael menjawab, suara teriakan lantang adiknya terdengar. "NGGA! Ngga boleh." Tekan Natta menatap Elfi berang.

"Abang gue bukan barang pengganti yang lo pake saat barang berharga lo lagi ngga bisa digunain." Desis Natta kesal, bahkan saking kesalnya ia sudah mencengkeran dagu Elfi.

Kael memijat pangkal hidungnya keributan apa ini? Sedangkan Varen asik menikmati pertengkaran dihadapannya. "Maksud lo ngomong kaya gitu apa?" Seru Elfi tak terima.

Natta terkekeh sinis, ia menepuk pipi kiri Elfi dengan pelan. "Ternyata lo cukup goblok ya buat mahami kata-kata gue." Ucapnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Jaga omongan lo ya! Ngga usah ikut campur urusan gue bisa? Lo tuh nyari ribut mulu sama gue, iri lo?" Kesal Elfi membuat Natta tertawa terbahak.

"What? Iri? Iri sama lo ngga ada untungnya buat gue, gue lebih segalanya dari lo." Jawab Natta tenang, bahkan ia sekarang duduk dikursi sebelah Elfi dengan menopang dagunya menatap Elfi.

Elfi tersenyum miring, ia tertawa mengejek. "Ya lebih segalanya juga buat apa kalo ngga bisa dapetin cowo yang disuka? Makanya jadi orang tuh jangan jahat-jahat." Ejek Elfi membuat tangan Natta terkepal.

Elfi mengetukkan jari telunjuknya didagu samgil menatap Natta dari atas sampai bawah. "Well lo emang cantik, kaya, pinter tapi sayang banget semua itu ngga bisa buat narik perhatian Johan." Sinis Elfi.

Natta menjambak rambut Elfi kuat, ia tak tahan dengan adik kelasnya ini. "Lihat aja lo, gue bakal rebut Johan." Desis Natta.

"Natta cukup." Tekan Kael yang sudah tak tahan melihat pertengkaran didepannya.

"Tapi bang-" Natta menundukkan kepalanya kesal saat Kael menatapnya tajam.

"Balik ke kelas sekarang." Titah Kael mutlak.

Natta menatap Kael tak terima, namun nyalinya menciut saat Kael menatapnya bak leser. "Awas aja lo." Desis Natta menendang kaki Elfi lalu berlari kencang saat abangnya akan memarahinya.

Varen tertawa terbahak, sampai ia memukul meja dan memegangi perutnya. "Adek lo lucu banget Ka." Ujarnya disela tawanya.

"Diem." Desis Kael menatap Varen tajam yang membuat lelaki itu seketika terdiam.

Kael berdiri menatap Elfi dalam, ia menghela nafasnya. "Sorry buat kelakuan adek gue, dan sorry gue ngga bisa anter lo pulang." Ujar Kael tulus, lalu ia pergi dari sana dengan perasaan campur aduk, ada rasa tak terima dihatinya. Ia kesal, tapi tidak tau kesal dengan apa.

***

Saat ini Kael sedang makan sate di meja makan yang terletak tak jauh dari dapur. Ia sangat lapar, beruntung ia sempat membeli sate saat sepulang sekolah tadi. "Abang!" Teriakan membahana itu seketika membuat ia mendengus.

Natta yang baru datang itu memeluk Kael dari samping, ia mendusel manja kepada Kael. "Wah sate! Mau juga." Heboh Natta dengan mata berbinar.

Natta langsung mencomot sate milik Kael tanpa izin terlebih dahulu. "Ck sana!" Usir Kael.

"Makan sendiri." Ujar Kael menyerahkan satu porsi sate yang masih utuh, tadi ia memang membeli 2 porsi, satu untuknya dan satu untuk adiknya mungkin?

Tanpa babibu Natta langsung melahapnya dengan cepat. "Makasih abang." Ucapnya dengan senyum lebar hingga matanya menyipit.

"Oh iya mama sama papa kemana ya? Kok adek ngga lihat dari tadi." Tanya Natta tanpa menatap Kael, ia sangat fokus pada makannya.

"Luar negri." Jawab Kael seadanya.

Natta menganggukkan kepalanya paham. Natta mengambil tisu, ia membersihkan bibirnya yang terkena bumbu kacang dari sate yang dimakannya. Setelahnya ia menyandarkan punggungnya disandaran kursi. "Tau ngga sih bang, gue kesel banget gara-gara Elpi gue jadi makin jauh sama Johan, lagian Johan kenapa sih bang malah deket sama Elpi yang baru aja kenal, sedangkan gue yang deketin dia dari kelas sepuluh aja ngga dapet hasil." Cerita Natta pada Kael.

"Lo juga bang, malah suka sama Elpi. Elpi tuh ada apanya sih, orang biasa aja gitu disukain." Kesal Natta.

Natta tersentak kaget saat Kael memukul meja dengan keras, tapi tak apa ia sudah terbiasa. "Bisa diem?" Dingin Kael menyorot tajam adiknya.

ShakaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang