2.

3.1K 239 2
                                    

Kael melangkahkan kakinya dikoridor sekolah yang sepi, ia terlambat datang ke sekolah karena ia tadi sempat bingung dimana letak sekolahnya beruntung ia mengingat bahwa ada maps. Sialnya sekarang ia tidak mengetahui letak kelasnya, 12 Ips 1. Kael hanya berjalan tanpa arah dan tujuan.

Bruk!

Kael menunduk menatap gadis yang baru saja menabraknya saat gadis itu keluar dari toilet. "ANJ LO KALO JALAN- bang Kael?" Pekik gadis itu setelah mengangkat pandangannya.

Kael mengerjap menatap gadis yang menatapnya penuh semangat. Gadis itu sangat cantik, dengan hidung mancung, bulu mata lentik, dan terakhir bibirnya yang kecil itu. "Bantuin berdiri bang." Ujar gadis itu, Natta dengan mata mengerjap lucu.

Kael mengulurkan tangannya yang disambut antusias oleh Natta. Setelah ia berdiri dengan benar, Natta langsung memeluk Kael erat. "Natta kangen sama abang." Gumam Natta.

"Hiks k-kak Kael." Kael menoleh menatap gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang jauh dari kata baik.

Apa dia Elfi? Pikir Kael meneliti penampilan gadis itu, Elfi itu memang bar-bar namun juga cengeng dan penakut. Kalau dilihat-lihat Elfi ini memang cantik, kulitnya yang seputih susu, bibir tipis, hidung mancung, jangan lupakan tingginya yang melebihi adiknya.

"Lo bully dia?" Tanya Kael pada Natta yang sekarang mencengkeram erat seragam Kael, ia takut Kael akan memarahinya lagian kenapa Elfi keluar disaat yang tidak tepat sih.

"N-ngga bang, dia aja dari sananya udah dekil gitu." Elak Natta menggelengkan kepalanya didada bidang Kael.

"Bohong! Hiks lo tadi bully gue." Pekik Elfi tak terima.

Kael merogoh sakunya, ia memberikan uang seratus ribuan tiga lembar pada Elfi. "Seragam." Ujarnya bermaksud bertanggung jawab atas kelakuan adiknya.

Elfi menatap uang itu dengan amarah, dia mendorong tangan Kael, menolak. "Gue ngga butuh uang lo kak! Gue cuma minta bilangin sama adek lo biar ngga cari masalah sama gue." Ucap Elfi dengan amarah tertahan.

"Sorry." Ujar Kael lalu menarik tangan Natta dengan kasar.

"Lepasin gue bang, g-gue minta maaf." Panik Natta berusaha melepaskan cekalan tangan Kael.

Kael mendudukan Natta dibangku taman, entah bagaimana ia bisa sampai disana. Natta menunduk takut tak berani menatap Kael. "Jangan diulangi!" Tegas Kael.

Natta mendongak dengan mata berkaca-kaca juga bibir bergetar. "T-tapi Natta ngga suka lihat Johan sama dia apalagi abang juga deket-deket sama dia." Ucapnya dengan satu tetes air mata yang lolos dipipinya.

Kael mengepalkan tangannya menahan sesuatu yang sulit untuk Kael pahami. Kael mencengkeram dagu Natta kasar. "Intinya jangan diulangi kalo lo ngga mau gila." Kata Kael penuh penekanan.

Natta hanya mengangguk walaupun dia tidak berjanji untuk tidak mengulanginya. "Jangan nangis! Cengeng." Sentak Kael.

Bukannya berhenti menangis, adiknya itu malah mulai mengeluarkan suara isakan. "Gue bilang jangan nangis!" Kesal Kael pada antagonis satu ini yang sayangnya sekarang menjadi adiknya.

"Jahat hiks bang Kael lebih belain hiks manusia jahanam itu daripada gue." Ucapnya disela isakan tangisnya.

"Lo yang ganggu Elfi." Ucap datar Kael, padahal dirinya sendiri yang jahanam kenapa menyalahkan orang lain? Siapa yang sering mengganggu siapa?

Awas aja lo Elfi, lihat lo udah rebut abang gue. Batin Natta dengan amarah menggebu.

Natta berdiri memeluk lengan Kael dengan manja. "Abang mah belain Elfi mulu." Kesalnya.

ShakaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang