5.

1.7K 135 2
                                    

Elfi dan ketiga temannya berjalan beriringan sembari tertawa, mereka asik menertawakan aksi konyol Elfi yang mengerjai Johan saat disekolah. "Salah sendiri larang-larang gue, ngerasain kan akibatnya, gue dilawan." Ucap Elfi bangga.

Nisa menggelengkan kepalanya heran, temannya yang satu ini sangat jahil. Tadi sebelum mereka berada di mall, tempat mereka saat ini, Elfi sempat ditahan oleh Johan. Namun Elfi yang keras kepala pun tak mau kalah, dan berujung mengelabuhin Johan jika ia ingin berduaan di ruang OSIS, saat Johan sudah masuk ke dalam ruangan itu, Elfi buru-buru mengunci Johan dan pergi begitu saja.

"Tapi Fi, lo ngga kasihan sama Johan? Iya kalo ada yang ngeluarin dia dari sana, kalo ngga? Ini juga udah sore bentar lagi mau gelap." Ujar Adis menyuarakan kekhawatirannya.

Elfi melambaikan tangannya sebagai isyarat bahwa tidak apa-apa. "Udah lo tenang aja, biarin dia ngga seenaknya lagi sama gue." Jawab Elfi menenangkan.

BRAK!

Mereka menatap Ara, sang pelaku yang menggebrak meja. Ara menatap ketiga temannya serius. "Mampus! Gue hari ini ada janji sama Nando, gue duluan deh." Ucap Ara histeris, ia membereskan barangnya dan pergi dengan tergesa-gesa.

Adis menatap kepergian Ara hingga punggung Ara mulai menghilang dari pandangannya. "Nando tuh cowo dia yang ke berapa?" Tanya Adis sembari menatap jari-jarinya, ia menghitung cowo-cowo yang dekat dengan Ara dengan mengingat siapa saja cowo Ara.

"Kaya ngga tau Ara aja lo, dia kan buaya sejati." Sahut Elfi terkekeh.

"Sasimo ya sasimo aja kali, segala pake label buaya sejati lagi. Buaya itu setia, sedangkan temen lu sana-sini iya." Suara sinis itu mengalun ditelinga ketiga perempuan bersahabat itu.

***

"ABANG! ABANG!" Suara teriakan nyaring itu membuat Kael mendengus keras, ia menutup telinganya dengan bantal namun suara adiknya bahkan menembusnya.

Dengan kesal Kael membanting bantal itu, setelahnya dia berjalan dengan langkah lebar menuju kamar adiknya. "Apa??" Kesal Kael tanpa menyembunyikan ekspreksi marahnya.

Natta berdeham kecil, ia menautkan tangannya dibelakang punggung sembari menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kiri seperti anak kecil. "Minta duit." Cicitnya.

"Buat apa? Lo kan ada jatah sendiri." Dengus Kael.

Bibir Natta mengerucut kesal, ia menatap abangnya memelas. "Buat beli makan sama temen-temen, abang jangan pelit-pelit lah." Ujarnya menatap Kael bagai kelinci kelaparan.

Kael menghela nafasnya, ia merogoh sakunya mengambil dompet. Ia mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan menyerahkannya pada adiknya.

Natta menerima uang itu, mengangkatnya hingga sejajar dengan wajahnya. Ia mengamati uang itu dengan cengo. "Dua ratus ribu doang? Ini buat beli apa bang?" Ucap Natta menganga tak percaya.

Kael mengangkat sebelah alisnya bertanya, apa yang salah dengan uang dua ratus ribu? "Itu banyak, bisa buat beli makan tiga kali." Ujar Kael.

Natta baru saja hendak protes namun Kael buru-buru menyerobotnya. "Ambil itu atau ngga sama sekali!" Tegasnya menatap sang adik tajam.

Natta berdecak kesal, ia pergi menghentak-hentakkan kakinya meluapkan kekesalannya. Kael hanya menatap kepergian adiknya malas, ia merebahkan tubuhnya dikasur sang adik karena terlanjur mengantuk. "JAM 8 SAMPE RUMAH!" Teriak Kael tak terbantahkan.

"NGGA JANJI." Balas Natta membuat Kael mendengus, awas saja kalau bocah itu membuatbya repot.

Kael menggulingkan tubuhnya memeluk guling milik Natta dengan erat. "Emm, empuk." Gumamnya, kasur milik Natta lebih empuk daripada kasurnya membuatnya nyaman hingga terlelap.

ShakaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang