Bagian 04; Jalan Berdua

2.5K 285 25
                                    

TW//CW; HARSHWORD.
__________

Pukul 19.00 KST

Seorang pemuda dengan setelan rapih, menggunakan pakaian berwarna putih dengan celana hitam legam serta kacamata yang dipakai sebagai pelengkapnya, pemuda itu tengah berada disebuah rumah yang ada di kawasan Gangnam.

Rumah itu milik kediaman Lee.

Pemuda itu tampak memainkan beberapa huruf di ponselnya, ia mencoba untuk menghubungi seseorang.

Panggilan Terjawab

"Jaem."

"Yoi, kenapa Ren?"

"Gue gak ngumpul dulu ya bareng kalian."

"Ohh iya, gak apa-apa santai aja."

"Thanks ya, hubungin yang lain juga."

"Siap Reren."

"Renjun not Reren."

"Aelah sama aja, udah ya gue tutup telponnya."

Renjun hanya berdehem saja, selang beberapa detik panggilan itu dimatikan secara sepihak.

Ia kembali menatap pintu rumah itu, diketuknya pintu tersebut dengan pelan. Menunggu si tuan rumah membukakan pintu dan menyuruhnya masuk.

"Iya bentar," Sahutan itu terdengar dari dalam.

Ceklek

Pintu besar itu akhirnya terbuka.

"Udah siap?" Tanya Renjun.

Yang ditanya hanya menggeleng, "Lo masuk aja. Gue mau ganti bawahan bentar," Ucapnya mempersilahkan Renjun untuk masuk.

Beberapa menit setelahnya, tepat pada pukul 19.15 pemuda yang Renjun tunggu daritadi akhirnya turun kebawah.

Oh damn. Dia terlihat cantik, manis dan menggemaskan. Surai hitam legam dengan potongan bowlcut itu membuatnya semakin lucu, tak lupa dengan setelan baju oversize yang membuat dirinya seperti tenggelam dalam baju itu. Bawahan yang berbahan kain tebal serta topi beruang sebagai pelengkap kemanisan pemuda itu.

Renjun menghampirinya, "Lo cantik."

"A-apansih! Gue cowok. Mana ada c-cantik!" Ketusnya membalas tak terima.

"Terserah, tapi kata gue lo itu cantik untuk seorang lelaki," Pernyataan itu lagi yang membuat pipinya merona.

Apa-apaan itu! Dia lelaki. Dia tak cantik. Dia itu tampan. Apa Renjun tak melihat ketampanan Haechan? Oh ayolah! Renjun sepertinya harus operasi lasik. Tapi bagaimana jika penyataan itu benar, Haechan tak habis pikir dengan itu.

"Haechan."

"Apaan?"

"Pipi lo kenapa?"

Yang ditanya segera memegang pipinya yang memanas, "Gak. Gue kedinginan doang."

"Perasaan kita belum jalan deh,"

Haechan memutar matanya malas, "Serah."

"Bercanda. Ayo sayang," Ajak Renjun yang mulai menggenggam tangannya.

Tangan yang menganggur tak lupa Renjun tenggerkan dipinggang Haechan, dia merengkuh pinggang pemuda itu dengan erat. Sangat manis.

Kedua anak adam itu meninggalkan perkarangan rumah, melesatkan mobil sport berwarna hitam ditengah ramainya jalan raya. Malam yang ramai dengan berbagai kendaraan yang lalu lalang, Haechan sesekali menoleh ke arah luar.

Dilihatnya berbagai gedung tinggi yang menjulang dan berdiri kokoh pada pondasinya, ada bermacam lampu yang menghiasi jalan agar tak gelap. Sungguh malam yang indah.

[✓] Beloved BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang