Baby and Hammer

3.6K 418 125
                                    

"Awooo!" anak kecil itu melambaikan tangannya ceria. Dia lalu melempar palu besarnya asal sehingga hampir mengenai Supra, yang beruntungnya refleknya bagus.

"INI PALU SEGEDE GABAN DAPAT DARIMANA WOI!" tanya Supra yang terbakar emosi. Ya iyalah, mukanya hampir saja mencium palu segede gaban gimana nggak ngamuk. Ah nggak deng, emang dasar Supranya aja yang emosian.

"Eh lihat dong!" Sori merebut palu itu dari Supra. Mulutnya menganga takjub ketika memikirkan kenyataan bayi berumur sekitar tiga tahun itu membawa palu berat dan besar semacam ini.

Frostfire ikut merebut palu jumbo itu dari Sori. "Kok Emak gak pernah beliin mainan yang kayak gini pas gw masih bocil, yak?! Padahal kan gw mau!"

"Aa cini embalikan alunya!" anak kecil itu menarik-narik celana Frostfire yang masih mengangumi palu.

"Hah? Ngomong apa? Gw tuh gak ngerti bahasa alien."

"Ih embalikan unyakuuu!"

Frostfire mendekatkan telinganya ke bayi kecil itu. "Ngomong apa sih lu? Sudah gw bilang, gw tuh gak ngerti bahasa alien!"

"Emang kalo dia ngomong bahasa ayam kamu ngerti?" tanya Sori.

"Ya nggak sih."

"Cini! Cini! Embalikan alunya!" si kecil mulai terlihat kesal. Dia mencak-mencak dengan sebelah tangan meminta agar palu miliknya dikembalikan. Wajahnya merengut lucu dengan kedua pipi menggembung.

"Hmph!"

"Oh ngomong dong dari tadi," Frostfire ingin mengembalikan palu itu, namun dengan cepat Glacier merampasnya.

"Jangan dikasih lagi, Kak! Itu bukan mainan bayik!"

"Bukan, ya?" tanya Frostfire.

"Ya bukanlah!" sahut Glacier dan Supra kesal.

"Woah, santuy lah! Kenapa gw pula yang kena?!"

"Alunya Gental! Alunya Gental! Itu unya Gentaaal!"

Glacier baru sadar jika si kecil itu kini menarik-narik celana tidurnya. Dia sepertinya menginginkan 'mainannya' dikembalikan. Tapi Glacier sayangnya masih cukup waras untuk nggak memberikan palunya.

"Nggak boleh, kamu itu masih kecil. Kalo kena palu entar gepeng loh."

Si kecil itu menggeleng kuat, lalu kembali merengek dengan mata bulatnya yang besar.

"Da mauu! Itu alunya Gental! Unya Gentaaal!"

Si kecil itu kembali mencak-mencak di tempat.  Sekarang netra emas-rubinya berkaca-kaca, serta hidung dan pipinya mulai memerah menahan kesal.

"Alunya Gentaaal hiks ... embalikaan!"

"Duh, jangan nangis anak pintar. Kamu Kakak cariin mainan lain, ya?" Glacier masih berusaha menjauhkan palu itu. Dia lalu menyerahkannya pada Sori.

"Sori, simpan ini. Jauhkan dari si bayik."

"Oke, bos!" Dengan cepat Sori pergi membawa palu itu. "Hehehe, lumayan pinjem buat selfie nanti!"

"Huwaaa! Aluu Gentaaal! Unya Gentaaal! Huwaaa!" si kecil semakin gencar menangis. Glacier berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka.

"Cup, cup Adek jangan nangis~ Kamu kok bisa nyasar ke sini? Udah gitu ngancurin pintu kamarku pula?" Glacier menggendong si kecil untuk menenangkannya. Walaupun awalnya mendapat sedikit penolakan.

"Huwaa! Alu unya Gentaaal!"

"Bukan cuma pintu kamarmu, pintu rumah kita juga jebol gara-gara dia!" Supra menatap sengit pada si kecil. Kemudian dengan mata berkaca-kaca si kecil itu berteriak pada Supra.

"Nanak kawaan aa jaad!"

"Siapa yang lo bilang jahat, cil?!"

"Wow, sabar Sup! Sabar!" Sori dan Frostfire muncul di tengah-tengah.

"SABAR PALAMU!"

"KALEM WOI!"

"DIAM LO KAWAN AYAM!"

"EMANG GW KAWAN AYAM! MAU APA LO!"

"DUREN NYA, KAK! AYO DIMAKAN DULU!"

"MAU NGAPAIN LU KANG DUREN?!"

"Yee, sans bro! Udah dikasih gratis juga!"

Bayi yang digendong Glacier mendadak berhenti menangis. Matanya berbinar melihat pertarungan adu suara Frostfire dan Supra.

"Seru ya, Dek?" tanya Sori yang makan durian. Yang lalu di balas anggukan senang oleh si kecil. "Hm!"

Sori lalu membagi duriannya kepada Glacier serta si kecil itu. Mereka lalu makan durian dengan bahagia.

_____________

Tamat 😀

280222

Baby CareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang