04

156 15 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
“Jika sesuatu yang kau senangi tidak terjadi, maka senangi lah apa yang terjadi.”
(Ali bin Abi Thalib)

Happy Reading🌹


Sesampainya di rumah Kayla dan Fahdan bergegas masuk. Selama di perjalanan tadi tidak ada percakapan apapun yang mereka bicarakan. Mereka saling sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Wah rumah lo gede juga ya." Kagum Kayla.

Fahdan tersenyum, "Alhamdulillah, saya bangun rumah ini untuk masa depan saya, untuk istri dan anak-anak saya."

Kayla hanya manggut-manggut, tapi sedetik kemudian,

Lah gue kan istrinya ya? Berarti ini buat gue dong? Uuu cocwitt... dih apaan sih Kay gak usah aneh-aneh deh lo.

Fahdan menahan tawanya, ia tahu apa yang sedang dipikirkan Kayla.

"Assalamu'alaikum." Ucap Fahdan.

Mbok Ami langsung menghampiri mereka, "Wa'alaikumussalam."

"Mbok kenalin, ini Kayla istri Fahdan."

"Masya Allah jadi ini Gus yang namanya Ning Kayla, cantik banget ternyata." Mbok Ami tidak berhenti menatap Kayla.

Kayla tersenyum, "Makasih."

"Dan Kay kenalin ini Mbok Ami, asisten rumah tangga disini." Kayla mengangguk.

"Kalo Ning butuh apa-apa tinggal panggil Mbok aja ya." Ujar mbok Ami.

"Iya Mbok makasih, tapi sayangnya Kayla belum butuh apa-apa."

"Baik Ning, kalau begitu Mbok pamit ke belakang lagi ya Gus?"

"Iya Mbok."

"Kok dia manggil lo Gus sih? Perasaan nama lo Muhammad Fahdan Alfarizi, bukan Muhammad Fahdan Agus. Terus dia juga manggil gue Ning, padahal nama gue kan gak ada unsur Ning nya." Tanya Kayla polos.

Fahdan terkekeh kecil, "Gus itu panggilan khusus untuk seorang anak atau cucunya Kyai. Abi saya kan anaknya Kyai terus saya cucunya Kyai jadi orang manggil pakai panggilan itu. Kebetulan Mbah Yai saya dari Jawa, jadi kalau untuk laki-laki panggilannya Gus dan perempuan dipanggil Ning. Nah kalau dari Sunda biasanya dipanggil Ceng, dan kalau dari Madura dipanggil Lora."

"Oooh begitu, tapi kan gue bukan anak atau cucu Kyai."

"Iya memang, tapi kan kamu sudah nikah sama saya."

Kayla hanya manggut-manggut, "Jadi gue harus panggil lo Gus juga?"

"Ya terserah kamu, panggil sayang juga boleh."

"Yee enak aja, gue manggil lo Gus aja deh biar gak kena semprot lagi sama ayah."

"Ya memang Gus lebih baik kayaknya, daripada manggil nama kan gak sopan." Sindir Fahdan.

Kayla hanya mendengus.
Kini mereka berjalan menuju lantai dua. Setelah sampai, Fahdan langsung membuka salah satu pintu kamar.

"Nah ini kamar kita." Ucap Fahdan.

"Kita?"

"Iya kita, saya sama kamu."

"Dih ogah gue satu kamar sama lo."

Hijrah yang DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang