Prolog

452 22 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
Sandarkan hidupmu pada Allah.
Dia adalah sebaik-baik tempat meminta, juga tempat paling nyaman untuk bercerita.

Happy Reading🌹

Malam itu Kayla dan kedua orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga. Suasana hening menyelimuti mereka.

"Ekhem, Ayah akan segera menikahkan kamu dengan laki-laki pilihan Ayah, Kay." Ucap Angga membuka percakapan.

Kayla yang sedang fokus dengan ponselnya pun seketika menoleh dan membelalakkan matanya.

"Dih Ayah ngomong apaan sih, tiba-tiba ngomongin nikah. Aku kan udah besar Yah, udah bisa nentuin pilihan aku sendiri. Apalagi soal jodoh, jadi Ayah gak usah repot-repot nyariin pasangan buat aku." Bantah Kayla.

"Kalau kamu sudah besar kenapa bisa bergaul dengan orang yang salah? Hampir setiap hari kamu selalu pulang larut malam bahkan kadang nggak ingat pulang, kerjaannya cuma nongkrong gak jelas. Lalu hampir setiap minggu juga selalu ada surat peringatan dari sekolah. Dari awal tuh sebenarnya Ayah tidak suka kamu masuk sekolah itu, pergaulannya bebas banget. Walaupun Ayah disitu berperan penting sebagai donatur tapi Ayah pengennya kamu pesantren kayak Ayah dan Bunda Kay." Ujar Angga dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Ya atau minimal kamu masuk madrasah gitu." Lanjutnya.

"Iya Kay bener kata Ayahmu, Bunda juga nggak terlalu suka kamu masuk sekolah favoritmu itu. Ya memang elit sih, tapi minim ilmu agama nya." Tambah Ratih.

Kayla memutar malas bola matanya. "Bun, Yah, aku tuh gak suka pesantren atau madrasah apapun itu. Aku gak suka banget diatur-atur. Aku pengen bebas kayak remaja-remaja yang lain. Lagian aku masih muda, belajar agama mah nanti aja sih kalo udah tua."

"Astaghfirullah Kayla, istighfar kamu." Ratih terkejut mendengar perkataan anak semata wayangnya itu.

"Kali ini Ayah nggak main-main ya Kay, selama ini Ayah sabar sama kelakuan kamu yang nggak pernah berubah. Pokoknya Ayah akan menjodohkan kamu sama laki-laki pilihan Ayah." Kata Angga.

Lagi-lagi Kayla melebarkan bola mata nya.

"Ya ampun Yah udah malem gini nggak usah bercanda ah, gak lucu tau." Kayla terkekeh.

"Apa kamu liat Ayah sedang bercanda Kayla?!"

"Aku masih sekolah Yah, gila aja kali aku nikah pas SMA. Apa kata temen-temen nanti?"

"Sstttt Ayah nggak mau dengar alasan apapun. Pokoknya kamu tetap ayah jodohkan dengan laki-laki pilihan Ayah. Namanya Fahdan, dia lulusan Al-Azhar Kairo dan sekarang sudah menjadi seorang ustadz. Dia cucunya seorang Kyai, anaknya teman Ayah. Ayah yakin kamu bisa berubah dengan adanya Fahdan di hidup kamu." Ujar Angga menjelaskan.

Kayla langsung menoleh ke arah Ayah nya dengan sorot mata tajam.
"Dih, aku nggak mau! Apalagi sama Ustadz. Bukan tipe aku banget Yah, nanti dia mau ngasih aku makan pakai apa? Duit nya juga paling dari hasil ceramah keliling. Belum lagi nanti poligami dan lain-lain, udah ah aku nggak mau. Lagian emang masih jaman apa jodoh-jodohan kek gini?" Celotehnya.

"Fahdan bukan sekedar ustadz Kay, dia juga pengusaha muda sukses di Jakarta. Dia punya beberapa yayasan pesantren dan madrasah. Terus dia juga punya bidang usaha lainnya, seperti restoran, kafe, butik. Ayah rasa lebih kaya keluarga dia daripada kita. Jadi kamu tidak usah mikirin makan apa nantinya kalau nikah sama dia. Rezeki itu sudah Allah atur kok. Percaya sama pilihan Ayah Kay." Ujar Angga meyakinkan.

"Anak nya juga ganteng, baik, terus sopan lagi. Pokoknya Bunda yakin kamu nggak akan nyesel nikah sama dia Kay." Sahut Ratih.

Kayla mendengus,
"Ya elahhh mau dia punya restoran satu Jakarta pun aku gak bakal mau nikah sama ustadz. Lagian jangan gampang percaya sama orang-orang alim kayak gitu Bun, biasanya itu cuma kedok doang. Udah banyak kok di tv tv yang katanya ustadz tapi penipu, ustadz tapi narkoba, ustadz tapi ngelecehin cewek sana-sini, dan masih banyak lagi Bun."

Hijrah yang DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang