Apa yang dipilih oleh Sena adalah keputusan paling buruk yang pernah gadis itu pilih selama dirinya hidup tujuh belas tahun. Bagaimana tidak? Hidup bersama dan berbagi tempat tinggal dengan Aresa adalah pilihan terburuk yang tak pernah Sena kira sebelumnya. Cukup saja di sekolah dirinya terus diganggu Ares. Dan sekarang di rumah pun Sena juga harus terus bersama si penganggu ini.
He is so shitty.
Setelah menyusun beberapa barang terakhir yang ia punya di atas meja belajar, Sena mendudukkan tubuhnya di ranjang cukup besar milik kamar yang untuk beberapa waktu ke depan ia tempati. Gadis itu menghirup udara di sekitarnya, ia baru menyadari udara di kamarnya ini sangat menenangkan, sehat dan terasa bersih.
Karena menyadari hal itu, Sena memperhatikan setiap inci kamarnya, benar saja mata gadis itu tertuju pada sebuah alat yang terletak di sudut di dinding kamarnya. Sena tau alat apa itu karena di kamarnya yang dulu Sena juga punya alat itu, tetapi sudah beberapa bulan ini rusak.
"Kemarin waktu gue kesini belum ada deh perasaan, siapa yang naro nya di sini?" gumam Sena bangkit sembari berjongkok untuk melihat lebih dekat alat itu.
Sena sedikit terkejut, sudah beberapa minggu ini Sena memang ingin membeli lagi alat ini. Namun, ia belum berani memintanya pada mama ataupun papanya. Dan sekarang tanpa diminta alat ini ada di dalam kamar barunya, entah bagaimana caranya Sena rasa ia harus berterima kasih pada sosok pemberi alat ini, bentuk perhatian yang kecil seperti ini sudah cukup untuknya.
Air Purifier merupakan alat penyaring udara yang dapat mengeliminasi setidaknya 99,97 persen debu, serbuk sari, jamur, bakteri, dan partikel udara apa pun yang berukuran 0,3 mikron.
Sena adalah orang yang sangat menerapkan dan menjunjung tinggi personal hygiene pada lingkungan di sekitarnya. Terlebih pada hal dan tempat yang hampir selalu ia pegang dan tempati. Dia cukup perfectionist dengan kebersihan.
Sempat terlamun beberapa saat Sena kembali berdiri, gadis berambut pirang itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore. Artinya sudah hampir dua jam Sena berada di dalam kamar.
Dari arah bawah tak lama terdengar deru mobil yang baru saja memasuki pekarangan rumah. Sena yakin itu mamanya dan Aiyas. Hari ini adalah hari resminya Sena pindah ke sini, tetapi faktanya ia belum juga melihat batang hidung Ares.
"Permisi nona.." Tiba-tiba suara seseorang mengintrupsi dari arah luar disusul dengan suara ketukan pintu kamarnya.
"Iya?"
Sena membuka dengan cepat pintu, ia mendapati sosok wanita paruh baya, itu bi Marni asisten rumah tangga disini.
"Maaf non, bibi disuruh nyonya untuk manggil nona, nona Sena sudah ditunggu nyonya dan tuan di ruang keluarga." Kata bi Marni dengan sopan.
Sena mengangguk pelan, ujung matanya melirik sekitar. Tepat di depan pintu kamarnya ini adalah kamar Ares, gadis itu awalnya menentang bila ia akan tidur di kamar ini. Namun, setelah diberitahu bahwa ini lah satu-satunya kamar yang memenuhi standar untuk perkamaran yang Sena inginkan, Sena tak bisa menolak.
"Aresa kemana bi?" tanya Sena akhirnya.
"Den Joan belum pulang dari semalem non."
Mendengar jawaban itu sontak Sena mengernyitkan kening nya. "Semaleman gak pulang bi? Emang kemana?"
"Den Joan memang sering begitu non, dia sering keluar malem dan tidak pulang besoknya. Bahkan pernah waktu itu den Joan tidak pulang selama seminggu." Jelas Bi Marni.
Ingat bahwa dirinya diminta untuk memanggil Sena, bi Marni pun pamit undur diri dan meminta untuk Sena segera turun karena sudah ditunggu oleh Eris dan Aiyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐭𝐚𝐢𝐧𝐞𝐝 𝐆𝐥𝐚𝐬𝐬' 𝐑𝐨𝐬𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤
Teen FictionPernikahan yang dilakukan oleh kedua orang tua Sena dan Ares, membuat keduanya mau tak mau harus tinggal satu atap, dan Ares sangat mensyukuri karunia itu. • "Air sama minyak itu gak bisa menyatu karena sifat molekulnya yang berbeda. Kayak lo sama...