"Aw!"
Pekikan seorang gadis bergema kuat di toilet yang merupakan tempat ideal agar suara bergema. Gema adalah proses di mana suara akan berbaur menjadi satu, permukaan toilet yang keras dan halus akan memantulkan suara dengan baik, pantulan suara ini dikenal juga sebagai reverb.
"Punya mata tuh dipake dong! Jangan cuma jadi pajangan doang!" Gadis itu mengelus dahi nya yang tersantuk pintu toilet karena tiba-tiba terbuka saat ia hendak masuk kedalam.
"Sorry gue gak liat, lagian juga ngapain diem lama disitu, nutupin jalan." kata Sena dengan tenang.
Itu Debby, cewek yang masih bertahan menjadi pacarnya Ares hingga saat ini. Gadis itu mengernyit kan dahi nya aneh. "Helloo.. Gue berdiri disini ya berarti gue mau masuk lah. Bukan nya minta maaf, malah nyalahin orang!" ucapnya dengan nada tidak santai.
"Gue udah minta maaf tadi, lo gak denger?"
"Gak ikhlas, gue tau lo gak ikhlas Roseneath." Jawab nya sembari memutar kan bola matanya malas.
Saat ini istirahat kedua sedang berlangsung, sejak awal Sena berniat ke toilet ingin menghilangkan rasa kantuk dengan cara mencuci muka, tetapi bertemu dengan Debby malah semakin membuatnya mengantuk.
Perempuan itu pun mendekat kearah Sena. "Oh iya gue lupa lo kan anak gak tau sopan santun, gak pernah diajarin sama nyokap. Si Eris-Eris itu kan tukang godain papa Ares. Jadi wa- "
Plak!
"Jangan sebut nama nyokap gue pake mulut sampah lo. Nyokap gue terlalu berharga buat jadi bahan gunjingan orang kayak lo." Debby meringis, tetapi tersenyum. Gadis itu memegang pipinya yang terasa perih.
"Oh ya?"
"Sekali lagi lo sebut nama nyokap gue pake mulut busuk lo, gue gak akan tinggal diem." Sena berucap dengan nada mengancam.
"Aduh.. takutnya." jawab Debby dengan wajah yang takut dibuat-buat. Ia langsung masuk kedalam toilet meninggalkan Sena di depan toilet sendirian.
Sena terdiam dengan raut wajah memerah, ia kesal tapi juga ingin menangis. Gadis itu paling tidak terima bila kedua orang tuanya ikut terbawa dan menjadi bahan fitnah dari orang-orang yang tidak suka dengannya.
Diam beberapa detik di depan toilet, akhirnya Sena pergi dari sana. Gadis itu kembali ke kelas dengan wajah yang datar.
"Dari mana? Lama amat ke toilet." tanya Lisha. Sena menggelengkan kepala nya seraya mengambil buku catatan yang berada di atas meja Jihan.
"Bohong lo, gue tau nih pasti ada kejadian-kejadian dulu, iya kan?" tebak Lisha yang benar.
"Gak ada, udah deh gue pusing." katanya lalu duduk di kursi dan melanjutkan kegiatannya mencatat materi yang belum sempat diselesaikan.
Hening. Baik Lisha, Elana maupun Bulan sama-sama memilih diam, karena yang mereka tau Sena sangat tidak suka diberi pertanyaan beruntut.
Sena sibuk mencatat sementara ketiganya yang lain duduk di belakang Sena sibuk bercerita. Sena memang begitu, disaat teman-temannya mengobrol dan saling melempar candaan gadis itu hanya diam atau sedang mengerjakan sesuatu yang menurutnya sangat penting.
Sena seperti itu orangnya, tetapi ketiga temannya menghargai setiap tindakan yang gadis itu lakukan, lagipula apapun yang akan Sena lakukan mereka tidak bisa memaksa.
"Sen, ada Ares." kata Jihan menggoyangkan bangku Sena. Sena menghentikan tangannya yang sedari tadi menulis.
Pandangannya kini beralih ke arah pintu kelas. Mau apa pemuda itu datang ke kelas nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐭𝐚𝐢𝐧𝐞𝐝 𝐆𝐥𝐚𝐬𝐬' 𝐑𝐨𝐬𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤
Fiksi RemajaPernikahan yang dilakukan oleh kedua orang tua Sena dan Ares, membuat keduanya mau tak mau harus tinggal satu atap, dan Ares sangat mensyukuri karunia itu. • "Air sama minyak itu gak bisa menyatu karena sifat molekulnya yang berbeda. Kayak lo sama...