Naskah sialan!
Tokoh fiksi sialan!
Lo semua sialan!
Gila? Ya, Danin memamg gila. Gadis itu memijat kepalanya yang bernyut. Matanya ia paksa terbuka, menatap leptonya yang hancur.
Mereka ikutan hancur gak, ya?
Danin memejamkan mata, saat pandangannya gelap sebuah adegan menakutkan berputar di kepala Danin layaknya sebuah film.
Di suatu tempat yang sangat gelap, ada sebuah jam gantung yang dibelakangnya berputar mesin roda waktu yang sangat besar, benda itu berputar sesuai garisnya. Normal. Namun, semakin lama ditatap, pergerakan mesin roda waktu itu berubah. Seperti benda yang rusak dan macet. Semua benda-benda yang tadinya menyatu dengan mesin perlahan berjatuhan, ada cairan hitam kental semacam oli mengalir di baliknya. Jeritam suara mesin rusak memekik pilu, jarum jam berkerit patah dan seutas rantai besi muncul dari sana. Dari sebuah lubang kecil yang perlahan membesar.
Lubang itu memancarkan cahaya, samar-samar mengeluarkan suara tawa. Tiga sosok laki-laki keluar dari sana, menyeret seutas rantai besi yang sangat besar. Mereka adalah, Teo, Ael, dan Lagsa yang memimpin. Mereka tertawa sembari terus melangkah hingga ujung rantai ikut keluar dari lubang itu, ujung rantai yang mengikat seorang gadis SMA berambut pendek.
Ikatan rantai yang sangat erat dan menyiksa. Terasa begitu menyayat dan menyakitkan. Gadis itu diseret layaknya peliharaan. Seorang gadis yang seperti...
Danin membuka mata, napasnya sesak, dahinya berkeringat dingin. Tangannya bergetar, perasaannya tiba-tiba kalut. Dia tersadar dari imajinasi yang menjebak di kepalanya. Imajinasi tak diundang yang nyaris membuatnya terperangkap dalam ketakutan.
Semua itu hanya gambaran yang tiba-tiba terlintas di kepala Danin ketika dia memejamkan matanya barusan. Seperti skenario terburuk yang sengaja membuat kepala Danin tercubit, saking terasa nyatanya.
Danin menjadi tawanan tokohnya sendiri. Seorang Penulis yang tidak peduli dengan kehidupan para Karakter yang dia ciptakan, berkahir menjadi mainan.
Layaknya sebuah karma bagi seorang Penulis yang sering melampiaskan emosinya ke dalam sebuah cerita. Menghancurkan kehidupan digaris dunia berbeda. Meski hanya sebuah fiksi, bukankah itu juga termasuk suatu kehidupan?
Ya, sama-sama hidup meski berada di dimensi yang berbeda.
Mereka ada di dunia khayal Danin, dan Danin ada di dunia ini. Mereka adalah tokoh utama dalam cerita Danin, dan Danin adalah tokoh utama dalam hidupnya sendiri.
Lalu, haruskah Danin percaya bahwa hidupnya ketiga cowok itu adalah karma untuknya?
Gadis itu terperanjat ketika pintu kamarnya diketuk. Sekali lagi Danin mengatur napas, menetralkan degupan jantungnya. Susah payah Danin menoleh ke arah pintu, "s-siapa?"
"Lagsa." ada jeda sebentar, "lo.. gak papa?"
Ah, masih ada ternyata.
***
"Kenapa sih Teo?!" Ael memilih duduk di dekat jendela, kesal karena Teo tiba-tiba manariknya ke tempat ini.
Teo melempar bantal ke wajah Ael. Keduanya berada di gudang rumah Danin, yang mereka renovasi menjadi sebuah kamar. Letaknya di lantai bawah. Ruangan itu juga sangat lebar dan luas, jadi cukup bila di tempatin tiga orang sekaligus.
"Akhir-akhir ini ada yang sering susah ngontrol diri." sindir Teo.
Ael mengangkat alis malas, dia yang selalu bersikap imut di depan Danin akan berubah 180° pada orang lain. Dalam arti lain, Ael hanya bersikap imut di depan Danin saja. Itupun, jika cowok itu bisa mengontrol dirinya sendiri. Karena, pada dasarnya yang paling dingin dan menakutkan adalah Ael.
"Gak usah nyindir. Gue tau, gue yang lo maksud."
Seharusnya, Danin sadar akan hal itu. Karena gadis itulah yang telah menciptakan karakter Ael sedemikian rupa. Wajahnya imut, sikapnya juga menggemaskan seperti anak kecil, tapi jika sudah terlanjur membenci sesuatu, Ael akan bersikeras menghancurkan sesuatu itu. Apapun caranya.
"Kalo lo gak mau bermasalah sama Lagsa, mending lo jauh-jauh dari Danin." Teo mengingatkan.
Ael tertawa sarkas, membuang batang permennya ke luar jendela yang sedikit terbuka.
Cowok itu menatap Teo. "Gue gak mau. Gak ketemu sama Penulis itu sehari aja gue udah gak tahan. Rasanya, semakin gue gak ada di dekat dia, semakin gue emosi dan pengen ngebantai saat itu juga. So, jangan larang-larang gue, selagi gue bisa, gue bakal kontrol diri gue sendiri." balas Ael tersenyum manis.
"Soalnya, Ael sayang banget sama dia. Ael gak rela, Penulis itu telantarin Ael gitu aja. Ael tuh gak suka, Teo." cowok itu berujar sok gemas.
Hal itu bukannya terlihat menggemaskan, bagi Teo Ael terlihat menyebalkan sekaligus menjijikkan.
"Lo emang yang tergila!" gumam Teo bangkit dari duduknya.
Ael tersenyum sebelah bibir, menatap kepergian Teo. "Gemoy gini, di bilang gila. Haha. Bodohnya Teo."
***
Penulis : MIMROSA
Tulis, 28 feb 2022-Bangkalan 29°C
Sebagian besar berawan
Terasa seperti 35°
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fictional Characters
ФэнтезиTiga tokoh pria dari novel karangan Danin hidup. Masalahnya, mereka sama-sama menuntut balas agar Danin menghidupkan kembali pasangan mereka. Terlepas dari semua kejadian itu, haruskah Danin mewujudkannya? Start : 01 Oktober 21 Finish : ©copyright 2...