(10)Character of Character's

99 35 7
                                    

Ay-ay!! Akhirnya update. Ini Bab terbaru💝 semoga aja masih ada yang nunggu dan setia baca cerita ini. Ehhe.

Biar gak kebingungan, saya sarankan baca ulang part sebelumnya, ya. Kalo bisa dari awal, soalnya udah saya revisi sedikit alurnya. Masalah typo, jujur masih banyak.

***

Danin terkesiap ketika pintu kamarnya diketuk. Susah payah dia menoleh, "S-siapa?"

"Lagsa." Ada jeda sebentar, "lo.. gak pa-pa?"

Danin membeku. Jantungnya semakin berdetak cepat. Nafasnya sesak. Kepalanya kembali terasa pening. Gadis itu terjatuh, dia tak dapat mengeluh. Nafasnya gusar, tubuhnya bergetar.

Mereka masih ada. Mereka gak bisa hancur!

Di sekelilingnya hening dan tenang, namun kepalanya terasa begitu ramai. Menjerit, membuatnya sakit.

Ini hukuman buat lo! Penulis amatir. Bocil SMA yang sok-sokan nulis Novel tanpa tahu aturan.

Ini karma buat lo! Kita adalah petaka di hidup lo!

Mulai sekarang, hidup lo yang kekanak-kanakan itu bakal menjadi sesuatu yang mengerikan.

You dare to create us, you must also be willing to accept the consequences.

Pintu kamar didobrak dan sesosok cowok dengan wajah khawatir muncul dibaliknya. Lagsa bergegas mendekati Danin, memegangi bahu gadis yang tengah meringkuk itu.

"Lo kenapa? Lagi dalam keadaan sadar, kan?" tanya Lagsa menambahkan sedikit guyonan.

Namun, bukan jawaban yang dia dapat. Melainkan tubuh Danin yang semakin begertar hingga perlahan terkulai lemas.

Lagsa menangkapnya. Tubuh kecil dan lemah itu terkulai tak sadarkan diri di kedua lengannya.

"Pingsan, nih?"

Tepat ketika Lagsa mengangkat tubuh Danin dan berniat memindahkan gadis itu ke tempat tidur, saat itu juga muncul Ael dan Teo diambang pintu.

"Lo apain, Momi gue?" Ael bersandar pada kusen pintu.

Lagsa menatapnya, lalu mengabaikannya. Melanjutkan tindakan yang sempat tertunda, dia memindahkan Danin ke atas tempat tidur.

"Gue peringatin, lo jangan lagi deh ngabain gue." Ael berujar datar, "lo tau kan, gue gak suka diabain."

Lagsa memutar tubuhnya, menatap Ael dengan sebelah alis terangkat. "Terus?"

Ael berkespresi masam, alisnya berkedut hendak meluapkan emosinya. "Lag–"

"Hei! Lo berdua bisa gak, sehari aja kalo ketemu jangan ribut?!" Teo berdiri di tengah-tengah, sudah sangat lelah menghadapi kelakuan kedua orang gila ini.

"Gue tau kalian berdua sama-sama gila. Tapi tolong, tujuan kita kesini sama, SA-MA. Jadi, bisa gak, minimal kerja sama. Paham?" Teo berujar serius, membuat keduanya bungkam.

Sama-sama tahu kepribadian masing-masing. Demi rencana, ketiganya rela mengubur karakter aslinya  supaya tidak memgancurkan alur yang sedang mereka rancang.

Kepribadian. Karakter. Seperti apa karakter mereka? Kenapa Danin sampai setakut itu pada ketiga tokoh fiksinya padahal genre novel mereka adalah romansa?

Pasti ada alasannya sampai membuat gadis itu pingsan dan mentalnya juga terkena.

Mereka nyata atau tidak. Mereka ilusi atau bukan. Di kehidupan Danin, mereka adalah petaka. Awal dari mara bahaya. Awal dari kehancurannya.

Segila dan setidak-waras apapun Tokohnya, Penulis itu jauh lebih gila dari karakter ciptaannya.

Sebaik dan semalaikat apapun Tokohnya, Penulis itu jauh lebih baik dari karakter ciptaannya.

Tokoh adalah cerminan Penulis. Kalau tokohnya gila, penulisnya jauh lebih gila.

Jika seseorang tahu kisah apa yang dialami Danin saat ini, maka seseorang itu pasti akan dengan lantang berteriak padanya, SEGILA APA DIRIMU?

Segila apa Tokoh ciptaanmu?

***

"Hoi, Nath? Patner lo kenapa jarang masuk?" Dea selaku sekretaris kelas mencoba mendapatkan informasi tentang Danin dari cowok itu.

Nath menoleh, menatap Dea malas. "Dia sakit. Lo tulis aja absennya sakit."

Dea menatap Nath curiga. "Lo gak bohong kan?"

"Dia beneran sakit. Kemarin sih gitu, gue udah coba cek rumahnya, tapi ke kunci. Jadi untuk sekarang, gue gak tau informasi dia gimana." Jelas Nath.

"Lo gak coba telfon? Lo gak khawatir terjadi apa-apanya sama itu cewek?" Dea sedikit merasa khawatir.

"Dia udah gede. Keknya bisa deh, jaga diri."

"Tapikan dia itu beda, Nath. Mamanya gak nelfon?"

Hampir semua teman sekelas Danin tahu kalau Nath adalah orang kepercayaan orang tuanya Danin. Gadis itu hanya punya satu seorang ibu yang etah itu ibu kandung atau bukan, yang jelas sosok yang mengaku ibunya itu selalu menghubungi Nath dan menitipkan Danin pada Nath.

Namanya Any. Nath tidak tahu nama panjangnya siapa, tapi Any tinggal diluar Negeri dan tidak tahu bersama siapa.

Setahun Nath, sosok Tante Any ini tidak pernah berbicara langsung dengan Danin. Bahkan telfon pun selalu melalui Nath. Biasanya, wanita itu akan menyakan kabar Danin setiap 24 jam.

Dan anehnya sekarang, sudah dua hari Any tidak menelfon dan menanyakan kabar Danin.

Nath tidak terlalu khawatir. Karena dipikirannya sekarang, mungkin Danin tidak ada di rumahnya, dan justru pergi bersama ibunya—Any.

Makanya rumah Danin terkunci, dan Any tak lagi menelfon nya.

"Ini aneh gak sih, Nath?" Dea sok berpikir kritis.

Nath menguap. "Emang lo pernah nemu sesuatu yang gak aneh kalo berhubungan sama Danin?"

Dea terkekeh. "Eh, iya juga ya?"

"Nath, gue tiba-tiba pemasaran sama tuh cewek."

"Jangan terlalu penasaran. Nanti lo dalam masalah." Peringatan Nath.

Dea jelas bingung. "Maksudnya?"

"Cewek itu ada pawang."

"Pawang?"

"Lo udah baca novel Danin?" Alih Nath.

"Novel yang mana?"

"Ketiga-tiganya."

"Enggak. Gue gak tertarik baca novel."

"Gue sebenernya juga gak. Tapi tiga hari ini, gue terpaksa baca, dan gue mulai sedikit paham sesuatu."

"Maksud lo? Lo jangan bikin gue penasaran deh Nath."

Cowok itu memejamkan mata. Seolah menyesali ucapannya. "Gak ada. Lupain. Gue ngarang."

"Hah? Lo kenapa sih? Aneh banget deh." Dea tertawa.

"Kalo lo ada info tentang Danin, lo infoin gue ya. Ditanyain Pak Walkel soalnya." ujar Dea.

Nath mengangguk.

"Dan, gue rasa gue kayaknya juga perlu baca novel cewek itu. Gue... suka teka teki." Bisik Dea. Menjauh pergi.

Nath mengangkat bahu acuh. "Yang jelas gue gak mau tau kalo ada sesuatu terjadi sama lo." gumamnya kecil.

***

My Fictional CharactersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang