Bab 21 : Tangisan Alif

22.6K 3.1K 77
                                    

28 Februari 2022.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ambil baiknya buang buruknya ya. Bantu koreksi kalau ada salah💗

 Bantu koreksi kalau ada salah💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 21 : Tangisan Alif

***

Setelah Syam salat maghrib berjamaah di masjid yang dilewatinya sepulang kerja, kini ia pulang ke rumah Alma, bukan ke apartemen.

Syam pun sengaja tak mengabari istrinya. Ia tahu apa yang dilakukannya ini tidaklah benar, tapi ia juga belum siap jika Tisha harus mengetahui yang sebenarnya.

Hari sudah menjelang malam. Namun orang yang sedari ditunggu tak kunjung datang. Perasaan resah Syam dan Alma semakin menjadi-jadi membuat hati sama sekali tak bisa tenang. 

"Kenapa kamu izinkan Vanya bawa Alif pergi?"

Almaira Mahika angkat bicara memecah suasana hening disebabkan keterdiaman masing-masing. Ia sudah tak tahan lagi melihat Syam yang hanya diam tak berkutik apapun selain berdiri bersandar di tembok sambil melipat tangan di depan.

"Gimana kalau sesuatu terjadi lagi dengan Alif, hm?"

"Alif gak akan kenapa-napa, Ma."

"Kalau begitu kenapa kamu keliatan khawatir? Takut Alif pulang bawa trauma lagi?" sergah Alma meninggikan nada bicaranya. Wanita paruh baya itu tidak bisa lagi mengontrol emosinya.

"Kita gak boleh berprasangka buruk sama Vanya, Ma. Bisa aja Vanya—"

"Berubah?" Alma menyela cepat. Syam mengangguk samar, tapi mimik wajahnya sama sekali tak menunjukkan adanya keyakinan.

Alma tersenyum kecut. Wanita itu berdiri mendekati posisi putra semata wayangnya. Alma sebenarnya enggan marah-marah karena hanya akan membuang-buang tenaga. Namun masalah ini tidak bisa ia selesaikan dengan berdiam diri.

Di matanya, Syam telah melakukan kesalahan besar.

"Sekarang Mama mau tanya." Alma menarik napasnya, meski terasa sulit seraya memejamkan matanya. Dadanya teramat sesak saat mengingat masa lalu.

"Kapan terakhir kali Vanya dateng ketemu sama Alif?"

Syam menggeleng dengan wajah melas. "Ma, kita gak perlu bahas—"

"Mama tanya harusnya kamu jawab!" potong Alma berang.

Syam menunduk merasa bersalah. Ia lantas menjawab pertanyaan sang Mama dengan suara yang lembut tak pernah meninggi sekalipun hatinya ingin.

"Enam bulan yang lalu, tepat saat Alif ulang tahun."

"Lalu, apa yang Alif dapatkan setelah dia pulang sama Vanya?"

Lidah Syam kelu untuk menjawab. Ia mengangkat kepalanya menatap Alma dengan pandangan memohon. Syam enggan membalas, ia tak tega melihat mamanya kini telah berderai air mata tanpa suara.

HISYAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang