Nyeongaaaaan, jangan lupa vote dan komen ya... Biar lebih semangat up nya. Thank youuu
"Nugu?" Tanya Yeri diambang pintu sambil bersedekap dada. Yeri tidak benar-benar tidak mengenali orang itu. Hanya saja, ia ingin memberi pelajaran terhadap orang itu."Yerim-a, Mianhae." Sesalnya. Ia sangat menyesal dengan sikapnya selama ini. Dengan kacaunya keadaan Jennie. Ia sadar, apanyang dikatakan oleh Sooyoung. Jika ia masih bersikap seperti ini. Melarikan diri dari segala masalah, bisa-bisa ia akan kehilangan Jennie atau adiknya yang lain.
"Maaf, tapi sepertinya anda salah rumah, namaku Yeri bukan yerim."
"Bae Yerim, jebal.."
"Surprise." Ucap Wendy mencoba mengagetkan adik bungsunya. "Eh, kenapa nih?" sambung Wendy, Sekarang ia yang kaget melihat Irene yang memelas dengan yerim. Sedangkan Yeri, dia berdiri tegak dengan angkuhnya didepan pintu. Dan seolah tidak mengenali mereka?
"Maaf, tapi bisakah kalian membawa dia pergi? Dari tadi perempuan ini mengaku-ngaku sebagai Unnie ku. Orang tuaku sudah lama meninggal, dan aku anak satu-satunya dari orang tuaku. Aku tidak mempunyai Unnie, Oppa, ataupun Dongsaeng." Ujar yerim kepada perempuan berbibir love yang sedari tadi memandang yerim.
"Yerim, kau kenapa? kau marah? Maaf, Unnie baru sempat pulang," ucap seulgi sambil mencoba menggenggam tangan kecil adiknya.
"Kalian tuli atau apa? Kan sudah kubilang. Aku tinggal sendiri disini. Aku tidak punya saudara satupun." Jelas Yeri sambil menepis tangan seulgi dan berlalu begitu saja.
"Yerim." Panggil Jisoo.
Jisoo mengejar yerim yang tidak memperdulikan mereka sama sekali dan masuk kerumah begitu saja dengan wajah yang kesal. Jisoo menyesal meninggalkan keempat adiknya dimansion sebesar ini. Jisoo merasa jarak mereka sekarang begitu besar. Terkadang, via ponsel pun. Mereka merasa seperti layaknya orang asing yang sedikit canggung karena jarang bertemu.
"Yerim, dengarkan Unnie dulu." Jisoo mencoba menarik pelan tangan adiknya, tetapi gagal. Yerim menepis tangannya, dan langsung pergi dengan tergesa-gesa.
"Yerim, tunggu Unnie. Dengarkan Unnie dulu, Unnie mohon Yerim." Lirih Jisoo. Ia meremas kedua tangannya, menyesali perbuatannya selama ini. Mereka, kakak tertua, lebih mementingkan perasaan diri sendiri dibandingkan, perasaan keempat adiknya. Secara tidak langsung, mereka menelantarkan Joy, Rose, Lisa dan Yerim.
Bruk!!
"Yerim!" Teriak Irene. "Jennie, cepat kemari. Cepat Jennie."
Irene berlari menghampiri yerim yang tergeletak tak jauh dari tangga. Ia mengusap pelan pipi yerim. Berharap adiknya itu segera bangun. Yerim, pingsan didepan matanya sendiri. Tetapi, ia tak bisa berbuat apapun sampai kepala adiknya terbentur lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗿𝗮𝘁𝗲𝗿𝗻𝗶𝘁𝗲 𝗩𝗲𝗹𝗼𝘂𝗿𝘀 𝗡𝗼𝗶𝗿 | END
Fanfiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐬𝐢𝐤𝐮. 𝐁𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐞𝐰𝐚𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐦𝐮 𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤𝐤𝐮. Belum di revisi Rank yg pern...