Beberapa hari ini merupakan hari yang terburuk bagi keluarga Bae.
Kesalahpahaman antara Joy, Rose dan Lisa terhadap Yeri. Yeri pergi dari rumah. Rose dan Lisa menjadi seseorang yang pendiam dan sering melamun. Dan malam ini, Joy yang pingsan dan demam karna telah mengetahui kebenaran atas semuanya.
Penyesalan selalu datang terlambat. Itu yang dirasakan ketiga gadis Bae itu. Joy, Rose dan Lisa merasakan penyesalan yang teramat besar. Mereka merasa bodoh karna lebih mempercayai orang lain dibandingkan dengan adik kandung mereka sendiri.
Jennie memeras handuk kecil yang berfungsi sebagai kompresan untuk penurun panas Joy. Ia tadi terlalu panik ketika Joy ambruk dalam pelukannya. Salah satu kelemahan Jennie adalah ia terlalu takut dan panik jika salah satu adik atau kakaknya jatuh sakit.
"Panasnya belum turun?"
Jennie terperanjat ketika mendengar suara Irene. Melihat itu Irene hanya terkekeh kecil.
"Mian kalo Unnie mengejutkan mu. Kau tidur lah kekamarmu. Biar Unnie yang menemani Joy malam ini. Besok kau ada jadwal operasi kan?"
"Panasnya belum turun dari tadi. Aku juga sudah menyuntikkan obat penurun panas. Bisakah aku cuti saja Unnie?"
"Tidak. Utamakan keselamatan pasienmu. Joy hanya demam. Jangan seperti itu, kau juga tau siapa yang lebih membutuhkan penanganan dari mu"
Jennie mempout bibir kecilnya, seumur hidupnya, Jennie selalu merasa kesal menjadi dokter yang hebat disaat kakak atau adiknya sedang sakit. karena, jadwal operasi Jennie selalu saja padat. Dan ia tak bisa merawat saudaranya sendiri. Irene yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Sudah besar tapi masih seperti bocah ingusan.
"Kalo begitu aku akan tidur disini juga. Unnie tidur disebelah kanan, aku di sebelah kiri," jelas Jennie sambil menunjukkan tempat tidur Joy yang sangat luas. Bahkan hampir bisa menampung lima orang dewasa.
"Aku tidak menerima penolakan. Aku tidur disini atau besok aku cuti."
"Terserah mu saja. Aku ingin tidur. capek. Ingat kau harus bekerja besok Jennie-a," ucap Irene memperingatkan adiknya itu.
"Iya ... dasar Mak lampir bawel," sungut Jennie pelan.
"Aku masih bisa mendengarkanmu Jennie, tidurlah. Gnight."
Joy membuka matanya, hal yang pertama ia rasakan adalah pusing yang teramat sangat.
Joy mengerjapkan matanya. Mencoba memfokuskan pandangannya.
"Kau sudah bangun?" tanya Jennie yang sedang bersiap siap untuk pergi bekerja.
Jennie memang menunggu Joy bangun sebelum dia benar benar akan melakukan pekerjaan. Hatinya takkan pernah tenang jika belum melihat mata adiknya itu terbuka.
Jennie berjalan menuju tempat tidur Joy. Ia duduk disamping tempat tidur mewah itu. Dipegangnya dahi Joy yang sudah tak sepanas seperti malam tadi.
"Jangan seperti itu lagi, hmmm. Kau tau aku paling tidak suka melihat kalian sakit walau sedikitpun."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗿𝗮𝘁𝗲𝗿𝗻𝗶𝘁𝗲 𝗩𝗲𝗹𝗼𝘂𝗿𝘀 𝗡𝗼𝗶𝗿 | END
Fanfiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐬𝐢𝐤𝐮. 𝐁𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐞𝐰𝐚𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐦𝐮 𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤𝐤𝐮. Belum di revisi Rank yg pern...