Yerim mondar-mandir didalam kamarnya. Memikirkan, apakah dia harus pergi menemui Unnie-nya atau tidak.
Dengan satu tarikan nafas, Yerim berlari menuju kamar Joy. Ia mengatur nafasnya, lalu menimbang-nimbang untuk masuk ke kamar Joy. Yerim merasa ragu.
Yerim membulatkan tekadnya, ia langsung memegang knop pintu kamar Joy. Dia yakin Rose dan Lisa ada didalam kamar Joy, melanjutkan quality time tadi yang sempat terganggu karena kehadirannya.
Yerim ingin menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi mereka. Yerim menahan senyum melihat Rose yang bercerita dengan semangat yang membara. Sedangkan, Joy dan Lisa sesekali menguap mendengarkan cerita Rose yang sama sekali tidak menarik. Karena, adiknya itu bercerita tentang makanan yang mereka sendiri tidak tau bentuknya.
"Unnie," panggil Yerim pelan.
Mereka menoleh sebentar. lalu, mereka kembali bercerita. Seolah-olah Yerim tidak ada.
"Unnie," panggilnya lagi. Yerim benar-benar diacuhkan oleh mereka.
"Apalagi yang kau inginkan, Bae Yerim?" jawab Joy.
"Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman diantara kita berempat, Unnie. Aku mohon, satu kali saja, dengarkan aku."
Lisa berdiri dari duduknya, lalu ia mendekati Yerim. Ia menatap tajam netra adik bungsunya itu. "Jangan membuang waktu, Bae Yerim. Kami, sama sekali tidak ingin mendengarkan apapun dari mulutmu."
"Unnie," panggil Rose, "Aku kembali kekamarku, saja. Mau melihat data bulanan restoranku," sambungnya lagi
"Arraseo."
Demi apapun, jika hubungan mereka baik-baik saja, mungkin Yerim akan menahan tangan Rose dan merengek-rengek pada ketiga Unnie-nya.
"Unnie, aku Mohon dengarkan aku satu kali saja." Yerim menatap netra Unnie-nya satu persatu, mencoba memohon dan mungkin sedikit merengek pada mereka. Dan berharap mereka mau mendengarkan apapun yang ingin ia ucapkan.
Tapi, yang Yerim dapatkan hanya kesunyian dan penolakan secara tidak langsung. Keluarga Bae benar-benar keras kepala.
"Unnie, aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Jika kau mendengarkanku. Aku janji, aku akan menerima semua keinginan kalian semua."
"Seumur hidupku, aku selalu menyayangimu. Apapun selalu aku berikan padamu, Yerim," ujar Joy yang mulai berdialog.
Yerim hanya diam mendengar ucapan Joy. Ia akui, semua perkataannya itu benar.
"Aku selalu berusaha membuatmu bahagia, aku selalu berusaha pulang kemansion agar kau tidak kesepian, walaupun tubuhku rasanya seperti akan remuk karena jarak tempuh dari tempat kerjaku ke mansion memakan waktu yang lama."
Joy menghela nafasnya dengan gusar. Ia benar-benar merasa frustasi dengan semua ini. "Aku tidak ingin, kau merasa sedih karena kami tinggalkan, Yerim. Selalu memikirkan dirimu lebih dari diriku sendiri."
"Setiap saat, apapun yang aku lakukan, aku selalu memikirkanmu. Kalo aku begini, apakah kau akan sedih? Apakah kau akan senang? Aku selalu mempertimbangkan keputusan dan memikirkan dampak dari keputusaku pada perasaanmu.Tapi, kau, malah melakukan hal yang tidak ku duga."
"Tadi kau bilang apa? Kau bilang kau akan melakukan apapun agar kami mendengarkanmu?" tanya Joy. Raut wajahnya yang menyiratkan kesedihan beberapa saat yang lalu. Kini berganti, wajahnya menyiratkan akan kekecewaan dan amarah.
Yerim mengangguk sambil tersenyum kecil. "Iya, aku akan melakukan apapun untuk Unnie," jawab Yerim antusias.
"Aku tidak ingin apapun." Joy terdiam sebentar sambil menatap Yerim.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗿𝗮𝘁𝗲𝗿𝗻𝗶𝘁𝗲 𝗩𝗲𝗹𝗼𝘂𝗿𝘀 𝗡𝗼𝗶𝗿 | END
Fanfiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐬𝐢𝐤𝐮. 𝐁𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐞𝐰𝐚𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐦𝐮 𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤𝐤𝐮. Belum di revisi Rank yg pern...