Jisoo meletakkan buku dimeja nakas disamping tempat tidur. Lalu ia menuju ruang kerjanya yang berada disudut kamar. Jisoo kemudian membuka laptop dan menyalakannya. Setelah itu, Dia membuka aplikasi pelacak untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh Yeri. Beberapa hari ini Jisoo jarang sekali melakukan pengamatan terhadap Yeri dikarenakan tiba tiba ia mendapatkan perjalanan dinas diluar kota menggantikan Irene yang sedang sakit.
Jisoo pikir walaupun ia berada diluar kota, dia tetap bisa mengawasi Yeri dari jauh. Seperti yang ia lakukan biasanya. Tetapi, sayang perjalanan dinas kali ini membuat dia tidak bisa beristirahat sedikit pun. Klien kali ini tak mau memberi negosiasi dengan mudah. Malah mempersulit keadaan. Sempat menjadi perdebatan antara perusahaannya dengan perusahaan kliennya.
Tetapi, bukan Jisoo namanya jika tidak dapat mengatasi semua itu. Semua masalah teratasi dengan baik olehnya.
Jika tidak mempertaruhkan nama perusahaan dan nama Irene sendiri, mungkin Jisoo sudah menyumpah serapahi orang itu.
Jisoo benar-benar tidak cocok didunia bisnis. Apalagi, saat itu Jisoo tidak benar-benar bisa fokus karena Irene dan Yeri. Apalagi jika teringat ucapan Jennie mengenai keadaan Sooyoung yang tiba-tiba bisa saja emosinya yang terpendam meledak.
Pikiran Jisoo terpecahkan, disatu sisi dia memikirkan tentang adiknya, Yeri. Disisi lain dia memikirkan Irene yang sedang sakit dan selalu menyimpan segala kerumitan hidup sendirian. Bukannya Jisoo tak pernah peka dengan dengan keadaan Irene.
Tetapi, Irene bersikeras baik-baik saja dan tak ingin Jisoo melanggar kode etik pekerjaan yang selama ini Jisoo inginkan. Belum lagi Sooyoung berubah jadi pendiam.
Selama ini Irene selalu meminta maaf padanya karena Jisoo harus merelakan pekerjaan impiannya. Padahal, Jisoo memasuki dunia bisnis karena keinginan dirinya sendiri yang tak ingin ketiga kakaknya kesusahan. Bukan karena paksaan.
"Astaga, sampai kapan Unnie berhenti menyalahkan dirinya sendiri?" ucap Jisoo lalu meminum hot choco.
Mata Jisoo fokus menatap layar laptop. Mengamati keberadaan dari adiknya itu. Jisoo mengernyit heran ketika melihat Yeri tidak lagi berada di apartemennya.
Apakah musim sudah berubah menjadi musim panas? Setau Jisoo, Yeri sangat malas jika keluar dari mansion ataupun apartemennya, jika cuaca diluar sangat dingin.
Jisoo mengecek kalender di meja kerjanya. Kalender di mejanya menunjukkan bulan Maret memasuki April. Jadi, walaupun sudah memasuki musim semi. Tetapi, cuaca masih terasa begitu dingin bagi mereka.
Jisoo juga mengecek handphonenya, tetapi tidak ada informasi dari nayeon mengenai adiknya itu.
Firasat Jisoo kali ini benar benar tidak enak, ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Jisoo langsung menelepon nayeon.
"Nayeon-a, kau sedang dimana? Yeri sedang menuju pantai, apa dia memberi tahumu akan pergi kesana?"
Jisoo berharap bahwa nayeon akan menjawab jika Yeri sudah memberi tahu niatnya untuk pergi kepantai. Jisoo takut akan pikirannya sendiri. Jisoo takut bahwa Yeri tak memberi tahu nayeon akan kepergiannya itu.
"Pantai?" jeda Nayeon beberapa saat. "Dia tidak ada mengatakan apapun hari ini, Yerim hanya bilang bahwa dia akan berada di apartemennya selama dua puluh empat jam," ucap nayeon.
"Sialan," ucap Jisoo yang frustasi.
"Wae? Ada yang salah?" tanya nayeon yang heran mendengar makian tertahan dari Jisoo.
"Yerim Dia pergi kepantai, sudah dulu, aku mau memberitahu yang lain."
"Mwo? Pantai?" teriak Nayeon melengking diseberang sana, ia mengerti apa yang dimaksud oleh Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗿𝗮𝘁𝗲𝗿𝗻𝗶𝘁𝗲 𝗩𝗲𝗹𝗼𝘂𝗿𝘀 𝗡𝗼𝗶𝗿 | END
Fanfic𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐬𝐢𝐤𝐮. 𝐁𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐞𝐰𝐚𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐦𝐮 𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤𝐤𝐮. Belum di revisi Rank yg pern...