Rumah Angker

19 5 4
                                    

Bab 1 


Nia berlari tidak peduli merasakan perih di kakinya sepatu hak tinggi terpaksa dia lepas karena menghambat larinya. Dua orang terus mengejar bahkan hampir saja mereka bisa menangkap Nia. Nia hampir tidak bisa bernafas dadanya naik turun. Entah apa yang terjadi kalau sampai mereka berhasil menangkap Nia. 


Nia terus berlari jalan di depannya semakin sepi dan dua orang itu terus mengejar. Nia hanya melihat sebuah rumah tua yang penuh dengan tumbuhan liar. Pikirannya hanya ada dua masuk dan menemui entah apa makhluk yang ada disana atau kembali dengan resiko tertangkap dua orang iblis yang berwujud manusia. Nia tidak punya pilihan selain terus melangkah maju dan menerobos masuk melalui celah rerumputan liar dia bahkan tidak bisa merasakan lagi apa yang terjadi dengan kakinya. Hanya ada satu pikiran Nia yaitu menyelamatkan diri


***


"Tolong.. Tolong.. ".Entah apa yang membuat para remaja tanggung tiba-tiba berlari tunggang langgang setelah mereka berhaha hihi dan membuat video di depan sebuah rumah. 


Rumah itu adalah sebuah bangunan yang kelihatan banyak pepohonan tumbuh menutupi halaman depannya. Pohon merambat juga memenuhi bagian tembok depan yang menambah kesan seram. 


Tidak ada yang tau pasti kapan rumah itu ditinggalkan pemiliknya. Ada sebuah kisah kalau konon rumah itu adalah rumah orang yang sangat kaya karena sengketa anak-anaknya saling memperebutkan akhirnya rumah itu ditinggalkan kosong karena kalau ada yang menempati maka pihak yang lain tidak Terima bagitu sebaliknya. 


Anak-anak sedang uji nyali membuat video di depan rumah itu hanya untuk bahan lucu-lucuan. Tapi akhirnya mereka lari tunggang langgang entah apa yang dilihatnya. 


Nia menyenderkan bahunya sebentar karena Sangat lelah. Bekerja di toko kosmetik seharian Mewajibkanya untuk terus berdiri belum lagi harus wara wiri membawakan barang yang dipesan pelanggan ke Kasir. 


" Apa kamu sudah siap, Nia? " tanya Wida sahabatnya yang juga berada satu toko dengan dia bedanya pada merk produk yang mereka jual. 

Toko tutup pada pukul sembilan malam. Banyak kendaraan yang masih lalu lalang tapi beberapa toko mulai tutup satu persatu. 


Nia memandang sepatu hak lumayan tinggi yang seharian di pakainya. Sebagai penjual harus mempresentasikan produk yang ditawarkan sebaik mungkin juga memperhatikan penampilan secantik mungkin. Lia tidak punya pilihan lain karena itu adalah satu-satunya pekerjaan yang menjanjikan ketika hanya memegang ijazah SMA. 


 Nia melepas sepatunya dan menukarnya dengan sandal jepit murahan yang lebih nyaman dipakai. 


"Baiklah.. Ayo." Nia terpaksa berboncengan dengan Wida karena keadaan dia yang masih belum mampu untuk membeli kendaraan sendiri, terlebih sekarang dia harus membantu perekonomian keluarga karena penghasilan Ayahnya tidak seberapa. 


Nia dan Wida memecah keheningan malam dengan suara motornya. 


"Maaf ya Nia sepertinya aku hanya bisa mengantarkan kamu sampai disini, soalnya mamaku minta dibeliin obat,masuk angin katanya jadi aku harus buru-buru." Wida menghentikan nomornya di jalan besar biasanya dia akan masuk sampai depan rumah Nia. 


  "Oke nggak papa kok makasih ya udah dikasih tumpangan." ucap Nia. 


"Halah kamu kayak sama siapa aja, ya sudah aku pergi dulu ya." Wida langsung membawa motornya menjauhi Nia. 


 Nia berjalan pelan karena dia harus berjalan kaki lumayan jauh masuk ke sebuah jalan yang lebih kecil untuk sampai rumahnya. Nia bisa melewati sebuah rumah yang sangat besar dan terkenal angker apabila ingin cepat sampai ke rumahnya. Dia terpaksa melewati jalan tersebut karena merupakan jalan Alternatif yang membuat rumahnya semakin dekat. 


 "Tolong.. Tolong.. " Para pemuda tanggung berlari tunggang langgang menyenggol Nia. Mereka berteriak seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan. 


  Nia sedikit merinding karena rumah yang akan dia lewati terkenal dengan rumah Angker tapi ada beberapa orang yang mendekati rumah itu dengan tujuan yang macam-macam, tapi mereka akhirnya kapok entah apa yang terjadi setelah itu tapi mereka tidak ada yang berani walaupun hanya sekedar mendekat. 


   Cerita simpang siur mengenai rumah itu semakin berkembang ada yang mengatakan rumah itu dihuni oleh makhluk halus ada juga yang pernah mendengar suara-suara aneh yang ada disana. Spekulasi tentang keberadaan penghuni rumah itu santer terdengar tapi tidak ada satu berita pun yang benar-benar ada buktinya. Mereka hanya mendapatkan informasi berdasarkan katanya. Pengalaman ini itu tapi tidak ada yang berani mendekati bahkan masuk ke rumah itu bahkan pencari rumputpun enggan untuk sekedar singgah. 


Nia bergidik ngeri ketika harus berjalan sendiri ketika melintas di depanya. Suasana malam yang semakin dingin membuat suasana semakin mencekam. Rumah itu sangat besar dengan pekarangan  yang sangat luas jadi mustahil bagi Nia untuk segera berlalu dari sana. Nia hanya berjalan perlahan mengikuti jalan aspal yang hampir rusak. Rumah Nia hanya beberapa meter dari rumah itu sehingga dia nekat melewati jalan itu agar segera bisa melepas penat dan melepaskan lelah setelah seharian bekerja. 


  Nia berpapasan dengan beberapa anak yang tadi berlari sekencang-kencangnya sambil merancau tidak jelas. Dia heran dengan apa yang terjadi di depan tapi dia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Nia harus segera pulang ke rumah dia juga merasa sangat lapar. Dia hanya mengingat akan senyum lucu dari adik kecilnya juga sambutan. 


  Nia tetap terus mempercepat langkahnya namun seperti tidak ada habisnya pekarangan rumah itu. Nia berpikir positif semoga saja apa yang dikatakan orang-orang tentang rumah itu tidak selamanya benar. Semoga saja Nia bisa sampai ke rumah dengan selamat. Malam malah semakin pekat suara bocah yang tadi berusaha uji nyali tidak terdengar lagi. Angin berhembus semakin kencang hanya suara malam yang mengiringi langkah Nia. Jalan semakin gelap gulita karena menurut warga sekitar sudah beberapa kali diberi penerangan namun anehnya semua lampu tiba-tiba saja tidak mau menyala bahkan sudah ada petugas yang ahli sekalipun. Akhirnya penduduk membiarkan begitu saja jalan gelap di depan rumah Angker mereka memilih jalan memutar. Ah seandainya Nia punya jalan lain tapi memutar dengan berjalan kaki hampir setengah jam membuat Nia bergidik dia sudah terlalu capek untuk berjalan lebih jauh lagi. Nia terus mempercepat langkahnya dan fokus dengan jalan di depannya lampu sedikit terlihat di kejauhan. Nia berjalan dengan sedikit berlari berharap bisa segera keluar dari situasi itu. Berjalan malam sendirian bagi seorang wanita muda bukan hal yang nyaman sekalipun Nia menanamkan dalam dirinya bahwa tidak ada yang akan terjadi. Nia berlari karena dia juga sedikit merasakan auta yang tidak enak bulu kuduk tiba-tiba merinding dengan cepat. Nia berusaha tidak menoleh ketika dia merasakan ada angin dingin berhembus di belakang tubuhnya. Nia berusaha mengabaikannya akan tetapi.... 

Bersambung.... 

Cinta Lelaki MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang