08

656 91 4
                                    

Selesai makan malam, Sehun berdiri lalu memanggil Aeyn dan tak lama kemudian orang yang dipanggil sudah berdiri di depan meja makan.

"Kau dan yang lain boleh pulang." Ucap Sehun lalu hendak beranjak pergi dari situ.

"Tapi saya belum mengemas meja." Kata Aeyn menatap bingung Sehun.

"Biar Namjoon yang melakukannya."

Namjoon berhenti mengunyah makanannya dan lanjut mendengar apa yang Sehun katakan.

"Namjoon. Kau boleh mencuci piring kan? sekalian mengemas dapur. Soalnya ini sudah larut malam. Kau tidak kasian dengan Aeyn dan yang lain? mereka perempuan, bagaimana kalau terjadi sesuatu di jalan. Lagi pula ini sudah jam mereka pulang." Kata Sehun menatap Namjoon dengan seringai kecil di wajahnya.

Sehun sengaja menyuruh pembantunya masak 1 jam awal sebelum mereka pulang supaya Namjoon bisa mengerjakan semua setelahnya. Itu salah satu rencana balas dendamnya.

Namjoon mengangguk dengan ragu bukan kerana dia malas. Tapi takut semasa dia sibuk di dapur tiba-tiba Sejun terbangun.

"Kau betul boleh melakukannya Namjoon?" tanya Aeyn memastikan.

Namjoon tersenyum "tak apa nuna, nuna pulang saja. Serahkan semuanya kepadaku."

Aeyn mengangguk dan tersenyum kembali lalu pergi ke dapur belakang untuk memanggil yang lain.





- - -





Akhirnya setelah 30 menit akhirnya Namjoon siap membersihkan semua area dapur.

"Ini pertama kalinya aku membersihkan dapur sebesar ini. Bahkan dapur ini lebih besar daripada rumahku." Kata Namjoon mengehala nafas.

Namjoon melihat sekali lagi semua area dapur untuk memastikan semuanya sudah bersih dan rapi. Setelah itu Namjoon berjalan ke lantai atas ingin memasuki kamarnya dan tidur bersama tuan kecilnya. Itu yang dia pikirkan. Baru saja dia membuka pintu, tiba-tiba ada suara yang menhentikannya.

"Namjoon." Panggil orang itu.

Namjoon menoleh ke arah suara dan melihat Sehun keluar dari kamarnya tanpa atasan. Mata Namjoon langsung terpanah ke perut kotak milik Sehun.

'Wahh Tuan Sehun sudah mempunyai abs.. aku sudah lama menginginkan itu." Kata Namjoon dalam hati masih menatap perut kotak Sehun. Setelah beberapa saat, Namjoon tersadar dan langsung menampar pelan pipinya.

"A-ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Namjoon sedikit tergagap.

"Buatkan aku kopi." Jawab Sehun ketus. Setelah itu dia masuk ke dalam kamarnya kembali.

"Hahhh.. padahal aku sudah berniat ingin tidur di kasur empuk itu." Menghela nafas Namjoon menuju ke dapur untuk membuat kopi Sehun.

- - -

Setelah 5 menit, kopi yang Namjoon buat sudah siap dan dia membawa kopi itu menuju ke kamar Sehun.

Namjoon tiba di depan kamar Sehun lalu mengetuk pintu yang terbuat dari kayu jati tersebut, dan tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sosok Sehun dengan rambut yang basah dan acak-acakan. Sepertinya dia baru habis mandi.

"Kenapa lama sekali?"

"Maafkan saya Tuan. Ini kopinya." Namjoon memberikan kopi yang ia buat kepada Sehun dengan senyum terpaksa.

Sehun mengambil kopi itu dan langsung menyesapnya dan tiba-tiba ia menyemburkan kopi itu tepat ke arah muka Namjoon.

Apa-apaan ini! Namjoon yang sudah kesal dibuat semakin kesal oleh Sehun.

"Cuihh. Kau ingin membunuhku atau apa?! Ini terlalu masin!" Geram Sehun dengan muka yang sudah merah menandakan ia betul-betul marah saat ini.

"Masin? tapi setahu saya, saya menambahkan gula, bukan garam." Kata Namjoon dengan wajah kebingungan dan sedikit takut.

"Kau ingin bilang aku bohong dan menuduhmu begitu?" tanya Sehun menatap dengan tatapan marah ke arah Namjoon.

"Bukan begitu Tuan. Tap-"

"Aku tidak mau tau, buatkan aku kopi baru dan letak di meja ruang kerja ku di atas." Sehun menyerahkan cangkir yang berisikan kopi itu kepada Namjoon dan menutup keras pintu kamarnya.

Namjoon menghela nafas pelan dan ke dapur kembali untuk membuatkan Sehun kopi yang baru.

- - -

Raut wajah Sehun yang tadinya marah sekarang tersenyum lebar. Kalian harus tau, betapa serunya mengerjakan Namjoon.

Ya. Sehun yang menuang gula ke tempat garam. Walaupun dia sendiri yang harus merasakan kemasinan garam yang di dalam kopi tadi. Tapi tidak apa, garam itu tidak akan membuat dia mati atau ketampanannya hilang.

"Ini baru permulaan Kim Namjoon." Ucap Sehun dengan seringai di wajah tampannya.

- - -

Setelah tiba di dapur Namjoon langsung mencuci mukanya yang sudah melekit kerana terkena semburan kopi yang keluar langsung dari mulut Sehun. Walaupun dia tampan, tetap saja itu menjijikkan.

Namjoon mengambil tisu dan mengelap mukanya hingga kering lalu ia mengambil tempat gula yang ada di dalam rak. "Sudah sah-sah yang aku masukkan tadi adalah gula, kenapa bisa masin?" tanya Namjoon ke dirinya sendiri sambil menatap lekat ke tempat gula yang ia pegang saat ini.

Tanpa berfikir panjang, Namjoon langsung mengambil satu sudu besar 'gula' itu dan langsung melahapnya untuk membuktikan yang ia tidak salah. Dan ia bisa membezakan garam dan gula.

Tapi tak lama kemudian dia langsung memuntahkannya.

"Uekkk... Masin! ternyata yang dikatakan Tuan Sehun itu betul. Ini garam." Ucap Namjoon sambil mencuci mulutnya dan berkumur-kumur menggunakan air paip.

Namjoon mengambil tempat garam yang ada di dalam rak lalu menyicipnya sedikit. Takut-takut yang itu juga garam.

"Bagaimana bisa gula di tempat garam, dan garam di tempat gula." Namjoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari menatap gula dan garam yang ada di meja.

Setelah beberapa saat, dia teringat sesuatu "Oh ya! Tuan Sehun menyuruhku membuat kopi! Aku hampir lupa. Semoga saja dia tidak marah. Muka santainya saja sudah membuat jantungku ingin copot apalagi muka marahnya." Namjoon menggelengkan kepala dan cepat-cepat membuat kopi.

Setelah siap, Namjoon langsung menuju ke lantai 3, tempat ruang kerja Sehun berada.

Namjoon masuk tanpa mengetuk pintu kerana ia fikir Sehun masih di kamarnya. Tapi ia salah. Sehun sekarang sedang menatapnya seperti buaya lapar yang melihat mangsanya dan bisa dilahap bila-bila masa.

"Kau tidak tau sopan santun Namjoon?" tanya Sehun dengan suara beratnya.

"M-maafkan saya Tuan, saya tidak tau Tuan di dalam. S-saya akan keluar dan mengetuk pintu." Belum sempat Namjoon keluar Sehun memanggilnya dengan suara yang pelan tapi menakutkan. Kalian faham?

"Tidak usah. Bawa kopi itu kesini."

Namjoon mengangguk dan dengan cepat ia berjalan ke arah Sehun tapi sialnya dia tersandung kakinya sendiri dan kopi itu tumpah di atas meja Sehun.

Sehun berdiri dan memukul meja dengan keras.

"Sialan!"

Namjoon yang mendengar Sehun mengumpat menelan ludahnya dengan susah payah. Tiba-tiba hawa di ruangan itu menjadi panas.

Oh tidak. Sesiapa tolong selamatkan Namjoon.











[ To Be Continue ]

Falling In Love with the BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang