09

684 75 1
                                    

Sehun merasa sunguh puas setelah mengerjakan Namjoon beberapa menit yang lalu, tapi tak lama dia teringat yang ayahnya menelfonnya tadi siang untuk menyiapkan semua berkas penting sebelum dia pulang dari New York.

"Aku terlalu bersenang-senang selama dia tidak ada, dan sekarang semua berkas sialan itu menumpuk. Belum lagi besok ada rapat penting." Sehun menghela nafas dan langsung memakai pakaian tidurnya lalu menuju ke ruang kerjanya di lantai atas. Mungkin bagi sesetengah orang memakai pakaian tidur waktu bekerja akan terlihat aneh, dan Sehun tidak termasuk sesetengah orang itu.

Setelah sampai, Sehun mengambil semua berkas-berkas penting dan langsung mengerjakannya sebelum orang tuanya pulang 3 hari lagi. Jika dia menyiapkan semua sekarang, dia ada masa lapang untuk beberapa hari setelahnya. Walaupun dia tau berkas sebanyak itu tidak akan mungkin siap dalam masa satu malam. Entah apa yang dia buat selama orang tuanya tidak ada sampai semua berkas-berkas itu tertumpuk. Dan sekarang dia menyesal.

"Oh. Aku terlupa. Berkas untuk proyek besok belum siap sepenuhnya. Jangan sampai mereka membatalkan proyek besar ini. Bisa-bisa aku ditendang oleh ayahku sendiri.

Dia sudah mulai mengantuk, tapi kopinya belum juga sampai.

Dia lanjut mengerjakan berkas untuk proyek besok yang hampir siap sepenuhnya tiba-tiba pintu ruangannya terbuka menampilkan Namjoon yang bergumam entah apa yang dia gumamkan Sehun tidak peduli. Dan, kenapa dia masuk tanpa mengetuk pintu.

Kami saling bertatapan dan dia terlihat seperti terkejut dan takut.

"M...maafkan saya Tuan, saya tidak tau Tuan di dalam. S...saya akan keluar dan mengetuk pintu." Namjoon membalikkan badan hendak keluar tapi suara Sehun menghentikannya.

"Tidak usah. Bawa kopi itu kesini." Matanya sudah betul-betul berat sehingga dia harus menampar pelan pipinya supaya tidak tertidur. Mungkin dengan meminum kopi akan menghilangkan sedikit rasa ngantuknya.

Namjoon mengangguk berjalan cepat ke arah Sehun dan tiba-tiba kopi yang dibawa Namjoon tumpah di atas meja dan terkena semua berkas yang ada disana.

"Sialan! lihat apa yang telah kau buat!"

Namjoon terdiam dan menunduk takut tidak berani menatap Sehun walaupun sebentar  "M...maafkan saya, saya tidak sengaja." Sungguh Sehun benar-benar terlihat menakutkan sekarang.

"Apa denganmu meminta maaf berkas-berkas ini kembali pulih?" Sehun mengambil nafas lalu lanjut berbicara "Kau tau Namjoon. Kau adalah orang yang paling menyusahkan dan tidak berguna yang pernah aku temui."

Sehun mengatakan itu dengan suara yang pelan sangat pelan tapi entah kenapa itu terasa sungguh menyakitkan.

"Jangan menjual muka sedih mu itu didepanku sialan. Kau ingin aku merasa bersalah? hmm?"

Namjoon dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Sehun mau melanjutkan ucapannya tapi tiba-tiba dia terdengar suara Sejun yang menangis di lantai bawah.

"Ahhh! dasar bayi sialan! keluar dan diamkan bayi itu."

Tanpa diperintah 2 kali, Namjoon langsung keluar dari ruangan Sehun dengan cepat sebelum Sehun mengubah fikirannya.

Sehun yang geram menendang meja didepannya dengan kuat tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan di kakinya.

"FVCK!"



[ Falling In Love with the BABYSITTER ]


Sehun menuruni tangga dengan susah payah kerana kakinya yang masih sakit akibat menendang meja semalam.

Aeyn yang berpapasaan dengan Sehun di tangga langsung menyapanya "Selamat pagi Tuan."

Sehun hanya memandang Aeyn dengan tatapan datarnya dan lanjut menuruni tangga.

Aeyn ingin bertanya tentang kaki majikannya itu tapi dia sedikit was-was kerana sepertinya Sehun tidak dalam mood yang baik.

Aeyn menuju ke kamar Namjoon dan hanya melihat Sejun yang bergumam dengan bahasa bayinya di atas kasur. Tapi tak lama Namjoon muncul dengan muka dan rambut yang basah.

"Oh Namjoon.. kau baru mandi?" tanya Aeyn.

"Tidak. aku hanya mencuci muka, sikat gigi dan sedikit membasahkan rambutku. Aku bangun agak sedikit lewat tadi jadi tidak sempat mandi. Tuan kecil pula bangun lebih awal dariku jadi tidak mungkin membiarkan dia sendirian." Jawab Namjoon sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil di tangannya.

"Tuan kecil? nama panggilan yang imut.. ohh ya kenapa tidak memanggilku untuk membantumu menjaga Sejun sebentar selagi kau mandi?"

"Tidak apa itu sudah tugasku lagi pula kalau Tuan Sehun tau takutnya nanti dia malah marah ke nuna."

Aeyn tersenyum mendengar ucapan Namjoon. "Omong-omong Tuan Sehun terlihat sedikit pincang. Apa ada sesuatu berlaku semalam?"

Namjoon mengangguk kecil dan tersenyum "Aku menumpahkan kopi di atas berkas kerjanya. Dan dia marah. Tapi, soal kakinya aku tidak tau. Aku sungguh merasa bersalah sekarang." lanjut Namjoon menundukkan kepalanya sambil menghela nafas panjang.

"Namanya juga manusia Joon. Manusia itu tidak akan lari dari kesilapan.. Nanti kalau Tuan Sehun sedikit lebih baik, kau meminta maaf kepadanya." Kata Aeyn sambil menepuk-nepuk pelan pundak Namjoon.

"Terima kasih nuna."

"Tidak perlulah berterima kasih kepadaku." Ucap Aeyn tertawa kecil.

"Oh ya. Aku kesini mau menghantarkan mainan Sejun yang tertinggal di kamarku." Setelah memberikan mainan Sejun kepada Namjoon, Aeyn ingin pamit keluar tapi Namjoon menarik tangannya.

"Ada apa Joon?" tanya Aeyn bingung.

"Aku.. ingin bertanya sesuatu.."

"Tanya? tanya tentang apa?"

"Semalam.. sewaktu Tuan Sehun memarahiku.. Sejun tiba-tiba menangis di kamar dan.. Tuan Sehun memanggil Sejun dengan sebutan 'bayi sialan'.. Apakah Tuan Sehun membenci Sejun, nuna?" tanya Namjoon sedikit was-was.

Aeyn hanya tersenyum dan keluar dari kamar Namjoon meninggalkan si pria manis yang masih kebingungan.

- - -

"Maaf Tuan Sehun, tapi kami terpaksa membatalkan proyek ini dan kami memutuskan tidak berhubungan dengan perusahaan anda lagi."

- - -

"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!"






[ To Be Continue ]

Falling In Love with the BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang