Sudah sebulan Aira tinggal di rumah orangtuanya. Selana sebulan, tak ada perbedaan dengan dia dulu di kampung. Kerja di kamar, murojaah, dan aktivitas lainnya yang pasti hanya di dalam rumah. Selama sebulan, Aira tak pernah keluar dari pekarangan rumah sedikit pun. Bahkan saat mama meminta Calla untuk ajak Aira jalan-jalan atau Biand ke rumahnya agar main sama Arfan. Namun, Aira selalu memiliki alasan bahwa pekerjaannya menunpuk. Padahal kalau di lihat setiap hari, kerja Aira lebih banyak dihabiskan saat malam dibandingkan siang. Sampai mama dan papa curiga, bahwa anaknya itu sudah berubah menjadi manusia kalong.
"Ai. Papa dan mama mau ajak kamu makan malam keluarga di luar 3 hari lagi. Papa harap, Ai mengosongkan kerja malam Ai hari itu ya, Nak," pinta papa. Ai tak mungkin menolak kan bila itu makan malam keluarga, bukan jalan-jalan yang menurutnya mengurangi waktu untuknya menyelesaikan beberapa deadline.
"InsyaAllah Ai kosongin kerjaan Ai hari itu, Pa," balas Ai.
Papa dan mama sebenarnya agak heran dengan anaknya ini. Yang punya perusahaan real estate dan yayasan pendidikan itu sang papa. harusnya, papa yang lebih sibuk. Namun, anak gadisnya yang dia harap akan jadi guru tetapi belok ke kerjaan lain ini malah justru yang lebih sibuk. perkara makan malam saja harus buat janji. Ario terkekeh sendiri.
"Pa. Papa sehat?" tanya Aira dan mama bersamaan karena bingung melihat papa terkekeh.
"Oh, endak. papa sehat. hanya terlintas hal lucu saja," celetuk papa.
"dan Oh ya Ai. Agar kamu tidak kaget, saat makan malam keluarga itu, papa dan mama juga mengundang rekan kami. Kami ingin mengenalkan anaknya pada kamu," ucap sang papa.
Aira diam. "Laki-laki? Perjodohan?" tanya Aira tenang.
papa berdehem. Mama juga. Namun, mama lebih dulu membalas.
"Kenalan saja, sayang. Kalau kamu tidak mau, kamu bisa hanya temenan sama dia," balas mama.
"Oke, Mah," balas Aira tenang.
mama dan papa bernapas lega. Dia pikir, putrinya yang berusia 27 tahun ini akan menolak. Memang sudah jadi kebiasaan bahwa Aira duly suka sekali menolak perintah mama dan papa. Aira menolak sekolah di sekolah keluarga karena tidak ada sistem akselerasi. Menolak kuliah di kampus keluarga, lantaran memilih kampus negeri. Menolak tinggal di Jakarta dan memilih menemani nenek. Namun, nampaknya anak gadisnya ini sudah berubah sekarang. Semenjak pulang dari kampung, Aira jadi lebih penurut dari sebelumnya. Kecuali soal jalan-jalan ke mall atau nonton ke bioskop, atau ke rumah biand.
3 hari telah berlalu. Aira dan keluarganya kumpul di sebuah rumah makan keluarga masakan nusantara yang terlihat private.
Keluarga lelaki itu, juga sudah ada di sana. mereka datang berbarengan. Namun, seperti di beberapa novel yang pernah dibacanya saat SMA dulu, lelaku yang akan dikenalkan padanya datang terlambat. katanya, dia seorang Ceo muda menggantikan ayahnya.
huh... Aira hanya menghela napas. Ceo ya? Klise sekali. batinnya
'Semoga saja nggak ada drama lelaki ini adalah lelaki yang pernah ku kenal,' batin Aira.
Setelah mengatakan itu dalam hati. datang lelaki muda dengan postur tinggi tegap. Air tak bisa menyebut lelaki itu ganteng, karena menurutnya ganteng itu relatif. Namun versinya sendiri saat sekilas melihat, lelaki itu good looking.
"Maaf terlambat," ucapnya, lalu duduk di deoan Aira.
Lelaki itu melirik ke depan dan melihat Aira tengah duduk tenang dengan badan dan wajah tegap, tetapi matanya tertuju ke meja dengan mulut yang sepertinya mengucapkan sesuatu. Cantik. Itu kata pertama yang lelaki ity tangkap saat melihat Aira. Tipe gadis-gadis lulus kuliah ala korea, yang mungkin saja dia memang pecinta korea. meski, dapat lelaki itu lihat, bahwa gadis ini terlihat alim dengan jilbab melingar dadanya dan gamis satin polos warna peach.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira Pilih Siapa?
HumorAira Fatimah. Dia bagaikan sekuntum bunga yang cantik. Dia tak perlu tebar pesona pada sang kumbang agar datang, tetapi kumbang justru yang menghampirinya. Dia tak perlu mencari cara agar disebut cantik. Sebab cantik telah melekat dalam dirinya. Dia...