Vote
Komen
Share
Bismilah.....
“Dugaan gue bener selama ini. Ada orang yang mau bener bener buat Syila celaka.” Lora menatap satu persatu teman temanya.
Mereka sedang berkumpul di rumah Aurel. Pukul 9 pagi mereka sudah berkumpul di sini, rumah Aurel. Mereka akan membahas sesuai obrolan mereka di rumah sakit yang sudah di sepakati bersama.
“Waspada guys. Mereka di sekitar kita. Tanpa di sadari musuh paling pintar adalah musuh dalam selimut.” Ucap Caca mermakna.
Raut wajah yang berbeda beda, tak dapat di deskripsi apa artinya. Ucapan itu membuat mereka berpikir satu sama lain siapa orangnya?
“Setiap gerak gerik kita selalu di awasi. Tanpa kita sadari semua, mereka udah terlalu jauh tau semuanya. Termasuk keputusan Syila.” Aurel menunjuk papan yang sudah lengkap dengan bukti serta informasi yang di dapatkan oleh anggotanya.
“Dia.” Tunjuk Aurel kefoto bertopeng serba hitam.“Benci sama kita. Ah lebih tepatnya Syila. Berbagi rencana jahat sudah tersusun rapih. Termasuk kecelakaan itu.”
“Dari sini..” Aurel menujuk foto itu lalu menjerat menunjuk sampai ke titik hancuran Syila nanti.“Sampe sini.”
“Dan gue berharap, semoga gak ada hal buruk nantinya yang akan terjadi.” Ujar Aurel penuh harapan baik.
Malam ini semua berharap nanti kedepannya tidak ada hal buruk yang terjadi di antara mereka.
*********
“Bisa ganti aja ga? Bosen gue makan bubur hampa kaya gitu.” Cibir Syila tak suka.
Arkan menghela nafas.
Baru satu suap bubur itu masuk kedalam mulut istrinya. Tolakan suapan kedua sudah di dengar lebih dari tiga kali.
“Gue mau pesen aja.” Syila meraih ponsel Arkan.
Semenjak keduanya mulai dekat, Black card, uang cash, bahkan sampai Uang di aplikasi onlinemya terisi dengan penuh. Arkan juga menyuruh Syila agar selalu memakai ponselnya ketika ingin membeli makan melalu ponselnya, singkatnya dirinya tidak mau uang istrinya terpotong hanya karena pesan makanan untuk dirinya dan Syila. Selagi ada Arkan semua akan aman.
“Boleh. Asal gak usah pesen yang pedes pedes!” Peringatan Arkan dingin.
Kedua bahu Syila merosot. Tatapan memelas di tunjukkan agar di perbolehkan kembali oleh suami posesifnya itu.
“Boleh pesen apa aja, semau lo. Asal gak yang pedes pedes. Karna gue gak mau lo tambah sakit.” Arkan mengelus tangan Syila lalu menciumnya lama.
nglek!
Syila menelan ludahnya sendiri. Sial! Mengapa Arkan semakin ke sini makin manis sekali? Memang akhir akhir ini sikap laki laki itu manis apalagi perlakuanya terhadap dirinya yang membuat melayang hingga menembus langit ketujuh.
Tersadar. Syila langsung memesan makanan untuk dirinya dan suami tercintanya itu. Sibuk dengan memesan makanan, berbeda dengan Arkan yang memandang istirnya itu tanpa mengalihkan ke arah lain. Semenarik itu untuk di pandang sayang untuk di lewatkan barang seditik pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝓝𝓲𝓴𝓪𝓱 𝓶𝓾𝓭𝓪 {𝓸𝓷 𝓰𝓸𝓲𝓷𝓰 }
RandomFollow akun wattpad author📌 Tidak semua cinta di balas dengan cinta yang begitu tulus. Dua pilihan Pergi Atau Bertahan? Jika memilih pergi, apakah ia mampu menghilangkan rasa cinta dan sayang itu? Lantas bagaimana jika ia memilih untuk bertahan...