بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
|| Tandai ya kalo masih ada typo 🐝Setelah selesai pergi bersama Erika, Rengga pun tiba di rumahnya. Rumah yang begitu asri dengan bunga dan beberapa tanaman di halaman depan.
"Rengga pulang!" Seru Rengga sambil memasuki rumahnya.
"Kebiasaan ngga ngucap salam." Gerutu Erlina sambil bersedekap menyambut putra bungsunya.
"Hehe, Assalamu'alaikum mama."
"Wa'alaikumsalam, sampe jam segini abis dari mana aja?" Tanya Erlina sambil menyambut uluran tangan putranya."Abis main lah maa, biasa anak muda." Balas Rengga.
Erlina hanya menggelengkan kepalanya, putra bungsunya memang sedikit keras kepala.
"Papa belom pulang ya ma?" Tanya Rengga sambil meneguk segelas air mineral.
"Belum, mungkin sebentar lagi." Balas Erlina.
Lahir di dalam keluarga yang bisa dibilang berkecukupan membuat Rengga terbiasa dengan kemewahan sejak kecil. Papanya merupakan pemilik perusahaan properti di Ibu Kota, selain itu Arifin juga memiliki perkebunan kelapa sawit di daerah Kalimantan.
"Ga, kamu tuh rajin-rajin gitu bantuin papa di kantor. Besok kalo kamu selesai kuliah sambil bantu-bantu papa ya. Kan kamu penerusnya." Ucap Erlina sambil mengelus kepala Rengga yang duduk di kursi ruang makan.
"Iya maa." Balas Rengga.
"Assalamualaikum.." sapa Arifin yang baru saja pulang dari kantor.
"Wa'alaikumsalam.." balas Erlina dan Rengga bersahutan.
"Baru aja pulang Ga?" Tanya Arifin.
"Iya paa." Balas Rengga.
"Dari mana aja?" Tanya Arifin lagi.
"Main paa biasalah anak muda."
"Sekolah yang bener! Jangan aneh-aneh." Peringat Arifin yang hafal tabiat putra bungsunya.Rengga hanya menatap datar papanya itu. Arifin memang mendidik kedua putranya dengan tegas. Arifin kurang suka jika putranya menghabiskan waktu kuliahnya hanya untuk bermain dengan wanita.
"Rengga ke kamar ya maa..paa.." pamit Rengga sambil menyambar tasnya.
Sepeninggalan Rengga, Arifin dan Erlina hanya saling pandang.
"Semoga Rengga bisa menerima pilihan kita ya maa, apalagi Rengga dan Runa berada dalam satu universitas yang sama.." ucap Arifin sambil menatap langit-langit rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepertiga Malam [On Going]
Dla nastolatkówBagaimana Jika Dua Orang yang Merupakan Sahabat Akrab Memendam Rasa pada Seorang Pria yang Sama. Hari-hari di Bangku Kuliah Mereka Lalui Bertiga, Bahkan Ketiganya Begitu Dekat. Namun, Ternyata Takdir Berkata Lain. Ada Salah Seorang Diantara Mereka y...