2018
= Pedalaman Amazon, Brazil =
Sebuah desa di tengah hutan Amazon, suasana tenang dan damai. Masing-masing orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Druig, sedang mengawasi kegiatan orang-orang di sana. Hingga beberapa orang menghampirinya.
"Druig, ada beberapa perlengkapan kebun perlu diperbarui. Alat-alat menjahit juga perlu diperbarui."
"Baiklah, akan kuantar kalian ke pasar. Jangan memisahkan diri dan asal berbicara dengan orang asing, mengerti?" ujar Druig. Ia pun mulai mempersiapkan beberapa warganya itu untuk berangkat ke distrik terdekat, membeli beberapa barang. Tujuh orang warganya ditunjuk untuk ikut.
Seperti biasa, mereka berbelanja ditemani Druig.
"Baiklah, akan kuantar kalian ke pasar. Jangan memisahkan diri dan asal berbicara dengan orang asing, mengerti?" ujar Druig. Ia pun mulai mempersiapkan beberapa warganya itu untuk berangkat ke distrik terdekat, membeli beberapa barang. Tujuh orang warganya ditunjuk untuk ikut.
Seperti biasa, mereka berbelanja ditemani Druig. Kerumunan pasar kemudian tiba-tiba terpecah, ada kegaduhan yang membuat orang berhamburan. Sebuah Geng Narkoba sedang membuat keributan, menculik orang-orang di desa itu. Tanpa Druig sadari, beberapa warganya terpisah. Mereka ikut diculik dan dibawa pergi. Druig baru menyadari saat akan kembali ke desanya.
"Kemana yang lain?"
"Sepertinya terpisah saat keributan di pasar tadi, bagaimana ini?"ujar seorang yang ikut ke pasar tadi kebingungan
Druig mendengus frustasi. Ia harus keluar dari desa ini untuk mencari lima orang yang hilang itu.
~~~**~~~
Sudah tiga bulan terakhir Aleena tenggelam dalam tumpukan berkas penyelidikan. Ruangan kerjanya berantakan, banyak cup kopi berserakan dan cup mie instan bertumpuk. Besok adalah hari sidang, untuk seorang petinggi di sebuah perusahaan yang diduga melakukan perdagangan manusia dan narkoba dibalik gemerlap bisnis Mall dan Agency selebriti. Semua bukti yang secara resmi ia dapatkan belum memuaskan. Ia selalu merasa akan ada celah untuk kuasa hukum terdakwa melawan.
"Sialan, kenapa seperti ada yang kurang?" gumam Aleena kesal sambil membanting berkas di tangannya.
Richard, asistennya mengintip dari balik computer dengan tatapan khawatir sekaligus takut.
"Itu sudah semua berkas bukti yang 3 bulan ini kita dapatkan bu, tidak mungkin ada yang kurang-"
"Kau tau siapa musuh kita besok? Kau pikir dengan bukti-bukti ini cukup? Hah?" potong Aleena frustasi.
Ia meletakkan kepalanya di tumpukan berkas sambil menghela nafas berat. Andai saja seniornya tidak sedang bertugas di wilayah lain. Kasus besar ini bisa mudah diatasi.
"Ada satu bukti yang harus ada, bukti itu memperkuat tuduhan kita soal perdagangan manusia dan narkoba milik Myujin Choi. Gudang atau tempat apapun untuk menampung orang-orang yang ia perjual-belikan. Kita tidak menemukannya dimanapun. Ini terlalu rapi, hanya pengedar narkobanya yang tertangkap. Itu saja terlalu mudah untuk ditangkap. Ini aneh." Aleena kini menyandarkan tubuhnya sambil menatap sebuah papan berisi analisis kasus. Foto-foto orang terkait terdakwa, beberapa korban yang melapor tercoret dengan tulisan "Hilang", untaian benang yang berkaitan dengan beberapa foto, lalu sebuah sudut kosong dengan tanda tanya besar. Di bawahnya tertulis "Markas Myujin Choi".
Dering ponsel memecah keheningan kantor itu, hanya barisan nomor terlihat di layar. Aleena menerima panggilan itu kemudian berjalan keluar kantornya.
"Sepertinya kau frustasi dengan kasus Myujin Choi." Ujar sebuah suara di seberang. Aleena hanya mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You | Druig's Fanfiction
FanfictionTernyata, ada baiknya aku tidak bisa membaca dan mengendalikan pikiranmu. Aku jadi bisa terus punya alasan untuk dekat denganmu. [Druig] Aleena Ambrose. Membaca memori orang lain tak selamanya menyenangkan, karena manusia selalu menyimpan traumanya...