XXII

70 4 0
                                    

Matahari mulai muncul di ufuk timur. Pondok Ajak mulai diselimuti kesibukan dan suara aktivitas para eternals di dalamnya. Aleena dibangunkan Sersi dengan tergesa. Matanya masih setengah terpejam, gadis itu berusaha mengumpulkan kesadarannya saat Sersi dan Makkari menuntunnya ke kamar mandi.

"Uh? Ada apa ini? Ini masih terlalu pagi..." gumam Aleena.

"Ayo, kau harus mandi dan aku akan segera mendandanimu..." ujar Sersi sambil mendorong Aleena ke kamar mandi.

"Tunggu, ini ada apa? Ada yang bisa menjelaskan padaku?" ujar Aleena sambil berdiri di depan bathup dengan menahan tangan Sersi dan Makkari.

"Oh, Druig benar-benar belum mengatakannya padamu? Astaga pria itu..." ujar Makkari dengan bahasa isyaratnya. Aleena menanggapinya dengan wajah kebingungan sambil menggeleng.

"Bukankah kalian sudah lebih dari tiga tahun bersama? Kemarin, kalian sempat membicarakan tentang pernikahan, ya kan?" ujar Sersi sambil menyiapkan bathup yang diisi air hangat dan wewangian yang ditemukan Sprite di hutan.

Aleena sedang memproses kalimat Sersi. Perlahan dia menyadari sesuatu, bahwa Druig benar-benar serius kali ini. Ia menatap Sersi dan Makkari yang sibuk menyiapkan ini itu.

"Apa maksudnya? Dia akan menikahi ku? Hari ini? Kalian serius?" Tanya Aleena bertubi-tubi, tentu saja semua ini sangat mendadak untuknya. Wajahnya terheran-heran, berbanding terbalik dengan wajah Sersi dan Makkari yang sumringah.  Ia tak menyangka hari ini benar-benar terjadi. Tak pernah dibayangkan, Druig langsung menyiapkan semua ini, untuk menikahinya.

"Sudahlah, sana mandi. Masih panjang persiapannya. Kau tenang saja, sayang... semuanya sudah tertata." Makkari menenangkan Aleena, menuntunnya untuk segera mandi.

Selama berendam dan mandi, Aleena masih memikirkan semua ini hanya mimpi. Ia tak pernah memaksa Druig untuk menikahinya. Juga tak pernah berimajinasi akan menikah dengan keadaan mendadak begini. Namun, semuanya sudah disiapkan. Sersi, Makkari, Phastos, bahkan Sprite ikut membantu. Druig tak pernah membicarakan rencananya yang ini, membuat Aleena semakin merasakan kecemasan, senang, tegang dan bercampur lega. Status hubungannya dengan Druig kini akan menjadi lebih serius dan terikat.

Selesai mandi dan berendam. Aleena memakai bathrobe lalu berjalan keluar kamar mandi. Melihat Sersi dan Makkari yang sibuk merapikan gaun, veil, dan tiara dari ranting dan dedaunan yang dihiasi bunga begitu indah. Aleena masih mematung di depan kamar mandi menatap kesibukan mereka berdua. Tentu saja ia tak terkejut Makkari menggunakan kecepatannya untuk menyiapkan semua itu, dibantu dengan Sersi yang juga menggunakan kekuatannya. Mmebuat Tiara yang indah dari ranting dedaunan dan bunga. 

"Astaga, kenapa kau berdiri saja di situ? Kemari, Al..." ujar Sersi, menggandeng tangan Aleena yang masih dalam keterkejutannya.

"Kalian yang membuat gaun ini, dalam semalam?!?" tanya Aleena menatap terpana ke gaun putih sederhana yang terlihat indah. Gaun yang tertutup sesuai dengan selera Aleena. Bahan yang jatuh seolah-olah akan membalut tubuh Aleena dengan pas. 

"Tentu saja tidak, sayang! Kingo yang membawakan ini semalam. Tentu saja dengan pesawat jet pribadi yang mencolok itu." jawab Sersi sambil membantu Aleena memakai gaun itu. Ia menuntun Aleena ke depan meja rias untuk duduk, lalu bersama Sersi menata rambut Aleena dan juga merias wajahnya.

"Druig menghubungi Kingo saat kita sedang mengobrol di kamar. Lalu langsung meluncur kemari sambil bersikeras untuk membawa gaun ini sebagai hadiah pernikahan. Syukurlah, sangat cocok kau pakai," jelas Sersi sambil merias wajah Aleena.

"Kingo cerewet mengomeli Druig karena semuanya serba mendadak, tapi tetap membantu semalaman." tambah Makkari. 

"Astaga... apakah aku merepotkan kalian?" tanya Aleena, merasa tak enak karena semuanya ikut membantu acara yang sangat mendadak. Ia tak tahu apapun dan tak ikut membantu apapun.

Be With You | Druig's FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang