14

847 62 0
                                    

"Minggir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minggir." Maya menendang kaki Karin yang menghalangi jalannya. Karin menggeser tubuhnya dan membiarkan sahabatnya itu untuk lewat.

Maya melepas sheetmask, lalu menepuk-nepuk wajahnya. Tangannya membuka pouch skincare, kemudian mulai melakukan night routine. Dia mengoleskan cream malam yang dibeli dengan harga yang Karin bilang tidak masuk akal. Sekali lagi dia menepuk-nepuk wajahnya agar kandungan dalam cream itu dapat bekerja secara maksimal.

Selesai melakukan skincare routine, Maya mengambil ponselnya yang tergeletak di atas ranjang. Pukul sebelas lebih, namun manusia satu di hadapannya ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan kamarnya.

"Heh, Rin." panggilnya.

"Apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Udah mau jam dua belas."

Karin menipiskan bibirnya. Dia tahu ini hampir tengah malam. Kan di pojok kanan ponselnya juga tertera.

"Nggak papa. Toh gue bukan Cinderella." Hanya Karin, yang masih sempat melontarkan candaan meski Maya sudah memasang wajah tidak bersahabat di depannya.

Maya melempar botol handcream ke arah Karin. "Tapi Lo istri orang, bego."

Sebenarnya Maya itu makhluk tahun berapa sih? Masih saja membahas hal kuno semacam itu.

"Ini Bali, May. Orang bebas mencari kesenangan 24 jam."

"Emang kesenangan apa yang bisa Lo dapat di kamar gue? Balik sana ke kamar lo!"

"May... gue stay di sini, malam ini aja ya?" Dia menatap Maya dengan pandangan mengiba.

Tapi Maya tidak menggubrisnya.

"May..." kali ini disertai kedipan mata beberapa kali.

"No!" Tolak Maya dengan tegas. Lagipula Maya sudah diwanti-wanti oleh Zenita dan Tante Rani untuk bersikap kooperatif. Bisa kualat dia kalau melanggar janjinya.

"May," Karin merengek di sampingnya. Bocah satu ini memang tidak pernah membuatnya mudah.

"May, Mey, May, Mey, ini Desember. Bangun lo!"

Maya menarik tubuhnya untuk berdiri. Mendorongnya keluar kamar. Karin hanya dapat melayangkan tinju ke udara saat Maya menutup pintunya begitu saja.

Pada akhirnya tidak ada tempat yang dapat dia datangi kecuali kamarnya. Dia sempat berpikir untuk memesan kamar lain. Namun kamar hotel sudah full booked di akhir tahun seperti ini. Sementara kamar tipe villa dapat mencapai 7jt semalam. Ada sih uangnya. Hanya saja jiwa irit yang sudah mengalir di tubuhnya seketika bergejolak.

"Kenapa nggak masuk?" Karin melihat Arga berdiri di sampingnya. Lelaki itu hanya mengenakan celana pendek, kaos santai dan sandal hotel. Bali dapat mengubah gaya berpakaian seseorang?

Katanya Bahagia Itu SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang