25

1.1K 97 8
                                    

25. Sedikit demi sedikit, lama-lama I'm tired of this shit.

.
.

Apa yang harus Karin lakukan untuk membuat Arga sedikit saja peduli dengan hatinya? Jika saja mereka dapat bertukar peran, Karin ingin tahu apa yang akan Arga lakukan. Jika hari yang gila ini terjadi pada dirinya, apa yang Arga rasakan? Jika Arga merasakan hancur seperti dirinya, apakah akhirnya dia akan mengerti?

Karin mengepalkan tangannya, berusaha menahan diri untuk tidak menangis. Karin memberitahu kepada pikirannya yang kalut, memberitahu kepada hatinya yang rapuh, memberi tahu pada dirinya sendiri bahwa dia tidak ingin menangis.

Jangan menangis, jangan menangis.

Karin tidak ingin menjadi lemah. Dia sudah bertahan selama ini. Krisis bahkan pandemi saja dapat dia lewati. Tidak seharusnya dia kalah oleh sebuah sakit hati.

Sejak awal harusnya dia tidak perlu menggunakan hati. Harusnya Karin tidak usah terlalu berharap pada lelaki itu. Tapi Karin terlena saat Arga menawarkan bahunya.

Sial, Karin ingin mengumpat. Dia gagal mengendalikan hatinya. Karin merasakan sesuatu yang basah mengalir di pipinya. Dia menyentuh wajahnya. Sebuah air mata. Karin mendapati dirinya menangis. Dia kalah... Tidak, jangan. Karin mengusapnya kasar.

Jangan nangis, Rin. Dia memperingatkan dirinya sendiri.

Namun air mata itu justru menetes semakin deras dari sudut matanya setiap kali dia mengatakan untuk jangan menangis. Karin menggigit bibirnya, menahan sebuah isakan. Karin semakin membenci dirinya. Setelah hatinya, air matanya juga tidak mendengarkannya.

Karin memejamkan matanya. Lehernya terasa tercekat, bibirnya bergetar. Karin tidak dapat lagi menangis dalam diam. Ini terlalu menyakitkan untuk ditahan.

Karin menyentuh dadanya. Tidak pernah dia merasa hatinya sesakit ini. Rasa sakit memenuhi hatinya sampai rasanya akan meledak. Hatinya benar-benar hancur. Seakan dia tidak akan dapat menggunakannya lagi setelah ini. 

"Hiks.. hiks.. hiks..," Karin membiarkan diri menangis tersedu.

Karin lelah. Karin ingin berhenti berpura-pura. Kenapa dia selalu menerima rasa sakit? Kenapa dia selalu ditempatkan pada situasi sulit? Karin menginginkan sebuah hidup yang tenang. Karin ingin bahagia. Karin ingin merasakan cinta. Apakah dia terlalu serakah?

"Aku.. juga ingin merasa bahagia."

Sebenarnya bagaimana cara menjadi bahagia?

Orang yang Karin harapkan memberi kebahagiaan dalam hidupnya justru mematahkannya dengan cara yang paling menyakitkan. Maka jelas saja rasanya sesakit ini. Orang yang dapat memberinya luka paling dalam adalah orang yang paling dia cintai.

Malam ini, Karin menyerah. Dia akan menerima semua rasa sakit ini. Dia tidak akan menahan air matanya. Dia akan membiarkan dirinya menangis. Dan bisa jadi hanya akan berhenti ketika tubuhnya merasa lelah.

***

Hampir pukul 11 siang. Itu artinya Arga sudah mondar-mandir di depan pintu sekitar 30 menit. Dia hanya memandang khawatir ke arah pintu kamar yang masih tertutup, tanpa berani untuk mengetuknya.

Mereka memang tidak bekerja di akhir pekan, tapi biasanya Karin akan melakukan hal lain seperti bersih-bersih atau sekadar bermalas-malasan di depan tv.

Katanya Bahagia Itu SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang