IX

738 48 3
                                    

Seungkwan meletakkan baskom kecil berisi air dengan es batu. Handuk kecil ia peras kuat ditempelkan pada kening Vernon. Suaminya demam. Sudah seminggu ia memiliki jadwal padat dan akhirnya tubuhnya menyerah. Seungkwan menelpon Wonwoo dan memintanya untuk tidak datang karena Vernon sakit. Bahkan telpon dari Jihoon karena hari ini mereka presentasi harus Seungkwan jawab dan mengatakan suaminya demam.

"Aku harus ke kantor. Mingyu ada di sana menunggu," ucap Vernon saat matanya terbuka mendapati istrinya.

"Kau sakit, sayang. Tidak bisakah baring sebentar hingga tubuhmu pulih," sahut Seungkwan. Ia ingin menangis karena kesal pada keras kepala Vernon.

"Tapi aku sudah janji, sayang. Tak enak pada Mingyu."

"Tapi kamu sakit, Bononie. Bilang saja pada Mingyu pasti dia mengerti," ucap Seungkwan.

Vernon mengangguk. Mengalah pada istrinya. Terakhir kali ia menolak tidur dan begadang dua hari menyebabkan Seungkwan mengamuk dan menangis hebat sambil mengomel. Jeonghan sampai harus datang untuk menenangkan adiknya. Vernon tidak ingin melihat malaikatnya menangis.

"Kamu bisa keluar, sayang," ucap Vernon.

"Kenapa? Aku diusir?" Seungkwan menatap tak percaya suaminya.

"Aku sakit dan aku gak mau kamu tertular," jawab Vernon.

"Cuma ada kita berdua di rumah dan cuma aku yang bisa jaga kamu, sayang." Seungkwan menangis. Ia benar-benar kesal dengan isi kepala Vernon. Ia tahu niat suaminya baik namun entah mengapa rasanya sakit sekali karena Vernon cenderung menjauhinya. Bahkan jika ia mengingat soal kamar mereka yang masih terpisah membuat Seungkwan sedih. Apa benar Vernon tak ingin menyentuhnya, tapi mereka masih sering berciuman walaupun Vernon tak ingin menyentuhnya selanjutnya.

"Kenapa, sayang?" Vernon bangkit dari baringnya. Melupakan sakit kepala yang mendera, ia memeluk Seungkwan.

"Aku salah, ya? Maafin aku. Jangan nangis, ya, sayang." Vernon mengusap punggung Seungkwan lembut.

"Jangan husir aku lagi, Bononie. Biar aku yang jaga kamu. Kenapa sih kamu selalu mau sendiri? Aku istri kamu."

Vernon terdiam. Inikah alasan istrinya. Tapi Vernon merasa tak pantas. Ia masih anak-anak dan terlalu manja pada Seungkwan. Vernon tak akan bisa sedewasa Mingyu yang Seungkwan idolakan atau bahkan setegas Cheol Hyung. Vernon merasa takut saat menyentuh Seungkwan karena takut nafsunya mengendalikan, ia masih labil dan tak ingin menyakiti istrinya.

"Maaf, sayang." Vernon mengecup dahi Seungkwan.

"Sekarang kamu tidur, ya. Biar aku yang jaga," ucap Seungkwan. Vernon mengangguk, ia kembali berbaring dan Seungkwan menempelkan lagi kompres nya.

***

Jihoon bersama Minghao duduk di sofa ruang tamu Vernon. Mereka mau tak mau berkunjung setelah tiga hari Vernon sakit. Tugas mereka bertambah dan mereka berdua tak bisa mengerjakannya sendiri. Vernon mengetahui beberapa hal yang tidak mereka tahu.

"Maaf menganggu Vernon, Seungkwan," ucap Minghao. Ia sebenarnya tak enak namun deadline sudah berada di depan mata.

"Tidak masalah. Vernon sudah lebih baik hari ini. Sebenarnya kemarin juga namun aku ingin ia benar-benar pulih."

Jihoon dan Minghao mengangguk. Vernon muncul, wajah lelaki itu masih agak pucat. Namun kegesitannya dalam bekerja masih sama seperti saat sehat. Tak butuh waktu lama laporan mereka selesai. Jihoon dan Minghao segera pamit agar Vernon bisa istirahat.

"Ji," panggil Vernon.

"Iya?"

"Sudah coba kau hubungi nomornya?" tanya Vernon.

Baby Boo || VerKwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang