X

446 35 0
                                    

Tuan Boo menatap pantulan dirinya di cermin. Ia benci keadaan ini dimana ia harus menyerahkan putranya pada orang lain. Istrinya masuk dan mencubit lengannya keras. Si bungsu juga ikut muncul dan memberikan kecupan di pipi sang ayah.

"Kenapa lama sekali, yeobo? Jeonghan makin gelisah jika kau lama." Istrinya sudah mulai mengomel.  Tuan Boo bersama si bungsu menuju kamar rias dan menemukan Jeonghan dengan rambut diikat setengah dan veil yang menutupi wajahnya.

Jeonghan menyampirkan veilnya dan tersenyum manis kearah ayahnya. Tuan Boo tak mampu menahan tangisnya. Kini rumah yang ia bangun dengan keringat akan sepi. Tak ada lagi tawa dan omelan istri serta anaknya yang akan memenuhi hari. Ia akan menua berdua bersama istrinya. Ia akan sangat merindukan mereka. Tuan Boo menarik lembut si bungsu dan Jeonghan kedalam pelukannya. Dikecupnya kening anaknya.

"Yeobo." Istrinya muncul dan menyentuh lengannya. Jemari lentik itu menghapus air mata dan mengecup bibirnya. "Jeonghan cuma menikah tidak perlu ditangisi."

Tuan Boo mengangguk. Ia meminta Jeonghan menggandengnya. Sang istri memperbaiki veil yang Jeonghan sampirkan dan kini menutupi wajahnya.

Dentang bel membuat Seungkwan dejavu. Kini bukan dirinya di altar melainkan sang kakak. Pria yang lahir lebih dulu darinya itu terlihat cantik dalam balutan jas putih. Suaminya di sisi hanya bisa menatap tak berkedip bagaimana Seungcheol mengecup mesra bibir Jeonghan di altar. Semua orang bangkit bertepuk tangan begitu pun Vernon dan Seungkwan.

Kini resepsi dengan tema outdoor berada di halaman rumah keluarga Choi Seungcheol. Halaman luas itu benar-benar dipenuhi seluruh tamu undangan. Jeonghan dan Seungcheol tak bisa duduk karena tamu terus berdatangan dari kolega mereka. Teman-teman Jeonghan juga datang.

"Selamat atas pernikahan Hannie Hyung," ucap Seokmin yang tiba-tiba muncul dihadapan Seungkwan.

"Jangan bicara denganku." Seungkwan mendorong tubuh Seokmin yang ingin memeluknya.

Vernon yang melihatnya hanya diam. Ia menyapa pria di belakang Seokmin yang tersenyum malu.

"Wae? Aku salah apa?" Seokmin masih nekat ingin memeluk Seungkwan.

"Kau menghindari kami berapa minggu dan muncul tanpa dosa di hadapanku. Pergi." Seungkwan kalah, ia didekap Seokmin yang tertawa.

"Maaf, Kwannie. Aku takut kalian bereaksi seperti ini bersamaan. Jadi aku mendatangi kalian satu persatu," ucap Seokmin.

"Kekasihmu itu temannya suamiku. Apa yang membuatmu takut?" Seungkwan mendorong Seokmin.

"Aish, sudah ngambeknya, Kwannie." Seokmin menggenggam tangan Seungkwan.

"Minta maaf yang benar dan perkenalkan pacarmu dengan benar."

"Arasseo. Nee Kwannie-ya maafkan aku yang terlalu pengecut berhadapan dengan kalian semua. Kau tau aku sudah minta maaf seperti ini sembilan kali dan ini yang kesepuluh. Kwannie-ya ini kekasihku, Hong Jisoo. Jisoo-ya ini Kwannie temanku," ucap Seokmin membawa bahu pria manis di belakangnya.

Seungkwan mendekap kekasih Seokmin. "Kenapa tidak pernah cerita Joshua-ya? Aku dan Vernon selalu mendengarkan."

"Seokmin terlalu takut menghadapi kalian," jawab Joshua dengan senyumnya.

"Kau tidak meraba teman suamiku, kan?" selidik Seungkwan pada Seokmin.

"Aku tidak ingat, Kwannie. Beberapa kali aku mabuk."

"Ya Dokyeom-ah!" Seungkwan memukul Seokmin kesal.

"Bercanda, Kwannie."

"Jangan kau sentuh Joshua sebelum kau dan dia sah, arachi?"

Baby Boo || VerKwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang