XIV

686 49 6
                                    

Seungkwan membuka matanya dan mendapati tubuhnya berbalut kaos besar berwarna hitam, pasti milik suaminya. Seprai semalam juga telah berganti. Seungkwan perlahan bangkit. Nyeri di pinggulnya tidak sesakit semalam karena Vernon memijatnya tanpa henti.

Aroma kopi menyerang indra penciuman Seungkwan saat keluar dari kamar. Suaminya berada di depan kompor. Pria itu terlihat serius hingga tak menyadari kehadiran Seungkwan di sampingnya.

"Sayang," panggil Seungkwan.

Vernon yang tengah menggoreng nugget dan sosis menoleh. Senyumnya mengembang. Sebelah tangannya menarik pinggang Seungkwan hingga mepet ke tubuhnya.

"Masih sakit?" tanya Vernon sambil mengusap pinggulnya.

Seungkwan menggeleng.

"Duduk di sana, bisa? Kita sarapan." Seungkwan mengangguk.

Perlahan ia berjalan sedikit mengangkang menuju meja makan dan duduk di sana menatap dua cangkir kopi. Vernon datang dengan sepiring besar nugget dan sosis. Pria itu juga membawa mangkuk berisi saos.

"Enggak sakit duduk di kursi?" tanya Vernon sambil menyerahkan garpu.

"Sakit sedikit," jawab Seungkwan.

Vernon membawa istrinya berdiri lalu ia duduk dan menarik istrinya duduk dipangkuan.

"Gimana?"

"Lebih baik." Seungkwan tersenyum.

Vernon ikut tersenyum. Istrinya memang sangat manis. Tangan Vernon memijat pinggul Seungkwan selagi si empu memakan sarapannya.

"Hari ini mau kemana?" tanya Seungkwan.

"Ke cafe. Statik ku nge-stuck, udah janjian sama Shua," jawab Vernon sebelum menerima suapan sosis dari Seungkwan.

"Sampai jam berapa?" Seungkwan mengusap sisa saos di ujung bibir Vernon. Sejujurnya ia tak ingin ditinggal namun pekerjaan suaminya jelas lebih penting bagi masa depan mereka.

"Dua jam aja, Sayang. Mau titip sesuatu? Makan malam delivery aja kamu masih sakit," ucap Vernon. Ia meniupkan kopi Seungkwan.

"Donat selusin," jawab Seungkwan.

"Iya, Sayang." Vernon tersenyum menikmati wajah senang istrinya.

***

"Mungkin datanya ada yang miss, Non. Coba liat data sebelumnya. Ah! Ini coba tanya sekretaris mu minta dia hubungi bagian pemasaran. Ini miss." Joshua mengembalikan MacBook Vernon.

"Oke." Vernon segera menghubungi sekretarisnya.

"Jung, kenapa datanya miss? Minta bagian pemasaran kirim kembali datanya langsung ke email saya. Oh ya, tolong handle sebentar data penting dan minta langsung tanda tangan Seungcheol Hyung. Iya, terima kasih, Jung."

"Gimana?" tanya Joshua sambil menyeruput lattenya.

"Sebentar lagi dihubungi." Vernon fokus pada MacBook nya lalu melirik jam pada ujung layar.

"Aku balik, Josh, kasihan Seungkwan sendirian di apart."

"Kenapa juga gak dibawa sekalian? Gak suntuk dia di apart?" Joshua menopang dagu menatap Vernon yang sibuk menyimpan barang-barang nya.

"Dia gak bisa jalan," jawab Vernon berusaha memalingkan wajahnya yang memerah.

Joshua langsung sadar segera memekik hingga pelanggan lain menoleh ke meja mereka. Vernon mengusap wajahnya malu. Joshua heboh sendiri.

"Kalian udah ... gituan? Aw! Congrats! Gimana gimana? Ada kiat-kiat atau tips gitu gak?" tanya Joshua.

"Hush! Kamu belum boleh yang aneh-aneh," tolak Vernon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby Boo || VerKwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang