IV

568 45 0
                                    

Pintu apartemen terbuka menampilkan ruangan dengan seluruh furniture berwarna hitam. Seungkwan menatap Vernon dibelakangnya yang tengah menyeret tiga koper besar.

"Ada sesuatu?"

"Tidak." Seungkwan masuk. Apartemen itu luas di dekat dapur ada pintu dan di seberangnya ada pintu lagi. Ruang tamu dan dapur dengan konsep open kitchen.

"Kau sendiri yang mendesain?" tanya Seungkwan.

"Iya."

Vernon ikut masuk. Ia mendorong pintu dengan kakinya. "Password rumah tanggal pernikahan kita dan ... Seungkwan ingin kamar yang mana?"

"Kita pisah kamar?"

Keduanya sama-sama terkejut dengan arti berbeda. Pipi Vernon bersemu. Apa Seungkwan ingin sekamar dengannya? Sedangkan Seungkwan terkejut karena mereka tidak sekamar karena Appa dan Eomma sekamar karena mereka suami istri.

"Saya rasa--"

"Kita bisa pakai aku kamu agar lebih akrab. Kita tidak selamanya harus bersikap formal," potong Seungkwan.

"Aku rasa kita harus mengakrabkan diri lebih dulu, jika Seungkwan sudah siap kita bisa sekamar," lanjut Vernon.

"Baiklah. Aku ambil yang dekat dapur saja."

Vernon mengangguk dan menyeret dua koper menuju kamar. Seungkwan hanya diam memandang punggung lelaki itu. Kakinya melangkah menuju dapur. Tempat untuk memasak itu benar-benar kosong.

"Hansol bagaimana besok kita berbelanja? Dapurku tidak ada barangnya sama sekali dan kulkas cuma terisi soda," ucap Seungkwan saat Vernon keluar dari kamar.

"Boleh. Atau Seungkwan ingin berbelanja sendiri? Aku benar-benar tidak tahu menahu soal dapur," ujar Vernon.

"Tidak. Kita harus berdua, bukankah kita harus mengakrabkan diri?"

Vernon mengangguk kaku. Ia bingung harus bertindak seperti apa. Ia masih anak-anak karena Seungkwan lebih tua darinya. Andai ia bisa setegas Seungcheol mungkin Seungkwan akan merasa aman dan nyaman disekitarnya.

"Aku lelah dan ingin mandi sebaiknya kita tidur malam ini untuk tenaga besok," ucap Seungkwan.

Vernon mengangguk menanggapi.

"Kemari."

Vernon membeku. Kemana? Seungkwan memanggilnya. Apa yang harus ia lakukan? Kenapa istrinya terlihat semakin cantik setiap detik?

"Hansol?"

"Iya?" Vernon menatap Seungkwan yang terlihat khawatir.

"Kemari."

"Kemana?" Vernon bingung.

Seungkwan tertawa. Lelaki yang berstatus suaminya itu benar-benar kaku. Kaki Seungkwan melangkah mendekati Vernon. Wah tidak disangka rupanya suaminya itu tinggi juga. Seungkwan menyentuh rahang suaminya dan Vernon segera membungkuk.

"Ucapan selamat malam." Seungkwan mengecup pipi Vernon. "Kita harus melakukannya setiap malam, hm."

Vernon terkejut. Luar biasa terkejut. Darahnya mengalir lebih cepat dan jantungnya berdegup terlalu kencang. Ia akan mati?

"Seungkwan!" Vernon mendorong istrinya dan mepet ke dinding. Bahunya naik turun dengan mata melotot horor.

"Ada apa? Kenapa pake dorong segala?" Seungkwan menyentuh bahunya yang sakit akibat dorongan Vernon beruntung ia tidak menabrak meja dapur.

"Kau bai- hmph!"

Vernon menerjang dirinya. Bibir keduanya bertemu dalam ciuman kasar. Vernon yang memulai. Seungkwan hanya bisa terpejam karena kasarnya permainan bibir Vernon.

Baby Boo || VerKwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang