V

575 38 0
                                    

Aroma masakan tercium menggoda selera. Vernon baru selesai mandi dan mendapati istrinya sibuk berkutat di meja dapur. Ingin sekali membantu namun Vernon tidak ingin kejadian di rumahnya terjadi disini dimana ia membakar dapur saat membantu Mommy.

"Hansol."

"Iya?" Vernon mendekat kearah istrinya. Si cantik itu benar-benar menggemaskan saat mengenakan apron.

"Mau coba cicipi?" Seungkwan menyodorkan sendok kearahnya. Vernon mengangguk dan menerimanya.

"Bagaimana? Apa kurang garam?" tanya Seungkwan.

"Lezat sekali dan ya terlalu manis," jawab Vernon.

Seungkwan mengangguk lalu menambahkan garam ke dalam kimchi jjigaenya. Vernon hanya memperhatikan bagaimana Seungkwan cekatan membersihkan meja dapur sambil sesekali mengaduk masakannya.

Vernon tak tau bahwa mengakrabkan diri dengan Seungkwan rupanya semudah ini. Istrinya memang lebih dewasa hingga Vernon merasa nyaman namun Vernon juga ingin Seungkwan bersandar padanya. Vernon kepala keluarga disini seharusnya ia bisa melindungi Seungkwan bukannya Seungkwan yang melindunginya.

"Kenapa menghela napas?" Seungkwan menatapnya.

"Aku tidak terlalu baik, kan?" tanya Vernon.

"Apanya?"

"Aku."

"Ada apa sih?"

"Kau lebih tua dariku Seungkwan sedangkan aku masih anak-anak. Aku tidak tau apapun soal dirimu dan aku hanya menomorsatukan nafsuku, tak pernah bertanya kau nyaman atau tidak dengan perilakuku. Aku selalu seenaknya, iya kan?"

Seungkwan tersenyum dan mematikan kompornya. Tangannya mengusap rahang suaminya.

"Kenapa berpikiran seperti itu?" tanya Seungkwan.

"Karna memang seperti itu adanya? Mommy dan Father sebenarnya tak tega aku menikah denganmu. Aku masih labil sedangkan kau luar biasa sempurna bahkan Hannie Hyung juga sama sempurnanya denganmu. Aku hanya beban dihidupmu."

Seungkwan tersenyum. Suaminya memang masih kekanakan. Lihat bagaimana wajah sendu Vernon menatap dirinya. Lelaki itu dipaksa dewasa. Seungkwan tau itu karena itu ia berusaha membuat Vernon nyaman. Dirinya selalu dimanja oleh Appa dan Eomma. Seungkwan bisa merasakan perbedaan tekanan antara ia dan Vernon. Suaminya itu tidak bisa santai barang sejenak. Keadaan sebagai pewaris tunggal membuatnya harus belajar segalanya sekaligus. Bahkan saat anak-anak seusianya masih bebas berkeliaran di jam malam Vernon harus berkutat dengan dokumen memuakkan.

"Suamiku banyak pikiran, ya? Kenapa? Tugas kuliahnya berat, ya?" Seungkwan membawa Vernon duduk di kursi meja makan. Tangannya mengusap sisi wajah Vernon.

Seungkwan tak tau bahwa Vernon mudah sekali didekati. Saat pertama bertemu lelaki itu benar-benar kaku. Namun setelah menikah Seungkwan hanya menemui seorang anak laki-laki yang masih butuh bermain.

"Tidak. Semua aman," jawab Vernon.

"Aku ingin sekali membantumu dengan tugas kuliah namun jurusan kita berbeda. Terlalu bertolak belakang," ucap Seungkwan sambil tertawa.

Vernon dengan jurusan manajemen bisnisnya dan Seungkwan yang mengambil jurusan dokter hewan.

"Butuh peluk?" Seungkwan melebarkan tangannya. Dengan segera Vernon masuk ke dalam pelukannya. Lelaki itu terdengar menghela napas.

"Hansol aku tidak tau bahwa kita bisa dekat semudah ini, namun hubungan kita tidak mungkin selalu mulus. Dengan kamu yang bercerita membuat aku merasa menjadi pasanganmu seutuhnya. Komunikasi nomor satu dalam keluarga. Apapun yang kamu pikirkan tolong beritahu aku. Arachi?"

Baby Boo || VerKwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang