XII

437 28 4
                                    

Setelah seminggu terus berkeliling Los Angeles akhirnya pasangan itu mulai kehabisan lokasi bagus di kota indah itu. Alhasil Vernon dan Seungkwan hanya jalan kaki sambil bergandengan menyusuri trotoar sambil mencari makan siang.

"Aku nggak mau makan yang berat, Yeobo," ucap Seungkwan sambil memperhatikan restoran yang mereka lewati.

"Ngopi aja," usul Vernon.

Seungkwan mengangguk. Mereka akhirnya masuk ke salah satu cafe dengan nuansa klasik. Aroma pekat kopi serta kue tiramisu memenuhi indra penciuman. Keduanya memesan ice americano dan dua potong cake. Seungkwan juga sedang mengamati etalase yang penuh kue dan berpikir akan memesan kue yang mana lagi.

"Thanks." Vernon menerima kartunya dan segera duduk di salah satu meja yang kosong.

Cafe ini sepertinya sangat terkenal sebab di jam makan siang hampir tidak ada meja yang kosong. Semua pengunjung menikmati suasana cafe. Cafe dengan interior terbuka ini menyebabkan angin mampu berhembus menyejukkan pengunjung. Dengan tone cokelat dan putih coffee shop ini terasa menenangkan. Vernon juga bakal menandai cafe ini sebagai tempat favorit.

"Excuse me-- Aw!"

"Sorry!"

"Oh my bad! Sorry!"

Ice americano yang Vernon pesan malah tumpah dan mengenai bajunya. Pelayan yang mengantarkan pesanan berkali-kali minta maaf padahal ia yang ditabrak seseorang. Orang yang menabrak pun telah minta maaf.

"I'll replace it."

"No-- Joshua?"

"Vernon!"

Seungkwan yang memperhatikan tiba-tiba ada adegan Teletubbies hanya bisa meringis malu. Dunia memang sempit hingga mereka bertemu dengan teman suaminya. Seungkwan ikut berdiri dan menerima pelukan dari Joshua.

"Please make their order again and I'll pay for it." Joshua menyerahkan kartunya dan pelayan segera pamit.

"Bajumu," ucap Joshua, ia benar-benar menyesal.

"Gak masalah," balas Vernon. Kaos yang ia kenakan berwarna hitam jadi noda kopi tidak terlalu terlihat.

"Jadi ngapain kalian di sini?" tanya Joshua. Mereka kembali duduk.

"Honeymoon," jawab Vernon menghasilkan jerit tertahan dari Joshua. Temannya itu tersenyum lebar.

"Dikey pasti senang kalau dengar ini."

"Dikey? Oh panggilan sayangmu untuk Dokyeom, hem?" goda Seungkwan.

Joshua mengangguk malu-malu. "Ah, lupakan! Jadi kalian sudah bulan madu? Kapan baliknya?"

Vernon dan Seungkwan tidak ada yang mau menjawab. Setelah diingat selama seminggu keduanya tidak ada saling menjamah. Jika Jeonghan tau bisa-bisa mereka bisa diamuk.

"Hem sepertinya belum, ya?" Tawa Joshua langsung pecah. Wajar masih canggung dalam hal seperti itu. Vernon juga rasanya masih terlalu muda. Ah, soal Vernon. Joshua ingat bagaimana resahnya pemuda itu saat tau akan menikah dengan seseorang yang lebih tua darinya. Vernon takut tidak bisa menjadi pemimpin yang baik di keluarga mereka hingga selama seminggu sebelum pernikahan pemuda itu tidak tidur.

"Masih mau jalan-jalan aja, ya? Aku bisa jadi supir kalian," tawar Joshua.

"Beneran?!" Seungkwan kegirangan.

Joshua mengangguk sambil mengusap puncak kepala Seungkwan.

"Thanks Bro," bisik Vernon.

***

Baby Boo || VerKwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang