8

143 18 4
                                    

BAB 8 : BERUBAH

"It's happened for reason"

Disinilah Khalisa sekarang, tanah air tempat kelahirannya setelah bertahun-tahun ia meninggalkan tempatnya tumbuh akhirmya ia kembali.Kembali untuk seseorang yang pernah ia tinggalkan begitu saja.Ia hanya pulang saat kedua orang tuanya meninggal, setahun yang lalu.

Khalisa turun dari mobil yang menjemputnya dari bandara.Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya masuk ke rumah besar dari keluarga Khalisa.

Derap langkah kaki Khalisa menggema di rumah besar yang terasa sangat sunyi.Sebagian barang-barang masih ditutupi kain putih agar terhindar dari debu.Hanya kamar dan dapur yang sudah dibersihkan oleh Mbok Nah, asisten rumah tangga keluarga Khalisa.

Kamar Khalisa ada dilantai atas, perlahan ia menekan gagang pintu kamarnya.Saat pintu terbuka hembusan angin yang berasal dari jendela balkon yang terbuka langsung menyambut Khalisa.

Khalisa meletakkan tas kecilnya di atas meja, dan mengistirahatkan dirinya di kursi balkon sembari diam menatap langit kota Jakarta yang sedang cerah-cerahnya.

"Nan, aku beneran pulang mau kamu nyuruh aku untuk gak dateng lagi aku tetep dateng" Gumam Khalisa sendiri.

·· ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Dengan langkah pasti Hanan masuk ke sebuah cafe dekat kantor.Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru cafe untuk mencari seseorang yang harus ia temui.Saat ia menemukannya ia langsung datang menghampiri.

"Hanan?"

Khalisa refleks bangun dan memeluk Hanan begitu saja, Hanan yang belum siap menerima pelukan Khalisa tersontak kaget dan mendorong Khalisa pelan.

"Cukup Khalisa, selesaikan sekarang.Saya sudah tidak mau berurusan dengan kamu"

Senyum Khalisa yang sedari tadi merekah kini hilang, ia kembali duduk diikuti Hanan yang duduk diseberangnya.

"Mau minum apa?" Tanya Khalisa.

Hanan menggelengkan kepalanya."Gak usah, langsung aja"

Sebelum bicara Khalisa menarik nafas dalam lalu ia hembuskan pelan dan menatap lurus kearah Hanan, berharap pria itu tahu kalau ia tulus untuk meminta maaf.

"Hanan, aku tahu aku salah ninggalin kamu begitu aja dan parahnya aku sama sekali gak hubungin kamu setelah itu.Tapi semua itu ada alasannya Nan"

Hanan tidak merespon sama sekali, ia memilih diam dan menunggu Khalisa melanjutkannya.

"Papa kukuh buat ngirim aku ke London buat fokus modeling Nan, kamu tahu sendirikan selama SMA aku harus mau ikut sekolah model sama Papa Mama.Semua kegiatan aku dipantau, disanapun aku dilarang sekedar ketemu sama temen cowok kecuali kerja.Yang menderita bukan cuma kamu Nan, aku juga.Iya aku salah aku gak bisa berdiri sama prinsipku sendiri, aku minta maaf"

Khalisa meraih tangan Hanan, anehnya tidak ada penolakan disitu."Perasaan aku ke kamu masih sama Nan, gak pernah berubah.Aku tahu masih ada aku dihati kamu.Tolong kasih kesempatan buat aku lagi Nan yaa.. uda gak ada lagi yang bakal ngatur aku"

Hanan melepaskan pegangan tangan Khalisa."Kamu tahu kan aku bakal nikah sama Alysha, aku gak bisa balik lagi sama kamu Lis.Rasanya masih sakit disini" Hanan mengusap dadanya.

Air mata yang sedari tadi Khalisa tahan runtuh begitu saja.Ia menutup wajahnya yang tengah menangis."Nan apa gak bisa kamu tinggalin Alysha demi aku? aku tahu kalian nikah tanpa ada perasaan Nan"

"Kalo kamu nekat nikah sama Alysha, aku siap hancurin itu semua Nan demi dapetin kamu"

Hanan bangkit dari duduknya tak peduli dengan Khalisa yang masih menangis."Maaf Lis, takdir aku bukan kamu"

·· ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Beberapa minggu kemudian...

Tidak terasa minggu depan Alysha dan Hanan akan melangsungkan pernikahan mereka.Meski begitu Alysha masih saja sibuk dengan pekerjaannya, alasannya kalau ambil libur kasihan sama customer.Tapi ya tetap saja Hanan menyuruhnya kerja dari rumah, biar butik Jihan yang handle.

Tin..

Alysha berlari kecil keluar dari rumahnya saat klakson mobil Hanan berbunyi.Kebetulan hanya Alysha saja dirumah jadi Hanan tidak perlu turun untuk berpamitan.

"Maaf ya tadi macet" Ucap Hanan saat Alysha masuk ke mobil.

Alysha memasang seat beltnya, tapi tumben sekali susah.Hanan yang menyadari itu langsung menyondongkan tubuhnya untuk memasang seat belt Alysha.

Jarak wajah Alysha dan Hanan hanya sebatas lima senti saja.Bisa Alysha rasakan hembusan nafas Hanan dikulit wajahnya.Bahkan Alysha bisa mencium parfum yang melekat ditubuh Hanan.

Layaknya Alysha, Hanan menghirup aroma parfum yang ada ditubuh Alysha.Sungguh memabukkan untuk indra penciuman Hanan.

"Ma-makasih" Ucap Alysha gugup.

"Sama-sama" Hanan mengusap pucuk kepala Alysha singkat sebelum akhirnya mereka pergi.

Sampailah mereka di salah satu restoran, rencananya mereka mau makan siang.Padahal kalau dilihat dari jamnya ini sudah lumayan telat untuk itu.

"Tumben mas kamu makan siang jam segini? tadi istirahat enggak makan pasti" Ucap Alysha.

"Iya, tadi aku harus ketemu klien dulu.Tapi gapapa sih kan jadi bisa makan bareng kamu"

Pesanan mereka datang, Alysha sudah mulai mencicipi hidangan yang ia pesan.Tapi Hanan hanya diam menatap pesanannya.Pikirannya masih melayang kemana-mana, lebih tepatnya pikirnya sekarang itu Khalisa.

"Mas kamu gak mau makan?"

"Hah apa Lisa?"

Hanan merutuki bibirnya yang mengeluarkan kata-kata itu.Untung saja Alysha tidak curiga karena namany mereka berdua hampir sama.A-Lysha dan Kha-Lisa, does it sound the same?

"Kamu gak makan? emang dilihatin aja bisa kenyang ya?"

Hanan hanya tersenyum.

"Kamu lagi gak enak badan? atau lagi banyak pikiran? kamu bisa cerita ke aku kok kalo emang bisa diceritain"

Hanan menggelengkan kepalanya pelan."Enggak kok aku gapapa, cuma lagi kepikiran aja minggu depan beneran nikah sama kamu"

Alysha hanya tertawa kecil."Emang kenapa?"

"Takut nanti salah ngucap nama kamu"

·· ─────── ·𖥸· ─────── ··

Alysha baru saja pulang setelah pergi makan siang bersama Hanan.Karena tubuhnya terasa capek sekali ia memilih untuk berendam di bath tub ditemani segelas wine yang Keano bawa kemarin.

"Aneh uda hampir seminggu Hanan manggil gue Lisa, padahal biasanya sayang atau Sya kalo enggak ya Alysha lengkap gitu" Alysha tengah melakukan panggilan suara dengan Jihan.

"Kan mana lo juga ada Lisanya kan Sya.Jangan negatif thinking deh lo gak baik mau nikah"

"Ya gimana lagi coba, mau gue bahas ke Hanan gue takut kali ntar di kira childish cuma masalah nama aja bikin ribet"

"Hahaha uda deh calon manten, pikirannya dibersihin dulu.Emang Lisa siapa sih Sya?"

"Ya nama gue, tapi ada temen gue namanya Khalisa  gitu dulu satu sekolah sama Hanan sama gue juga.Tapi setau gue Khalisa gak pernah ketemu Hanan lagi sih even dia uda balik ke indo"

"Yauda positive thinking aja"

Alysha mematikan panggilan telfonnya dengan Jihan."Tapi gue masih kepikiran aja, orang berubah pasti ada alesannya kan? Uda deh Alysha mau nikah tuh jangan malah negative thinking gini ah" Monolog Alysha sebelum akhirnya ia membenamkan wajahnya di dalam bath tub

TBC

saran yuk saran !!

𝙩𝙖𝙠𝙙𝙞𝙧 ; 𝙟𝙚𝙣𝙗𝙞𝙣 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang