V

3.4K 261 12
                                    

Mark hanya dapat menerima saat jeno yang tengah menarik tangan nya itu berjalan menuju kamar mereka berada.

Ia sebenar nya tidak terlalu memperdulikan bentakan sang ayah tadi kepada nya dan dengan apa yang tengah jeno lakukan saat ini.

Tetapi di satu sisi mark dapat kembali merasakan perut nya yang mulai terasa sakit, tanpa berlama-lama lagi ia pun dengan cepat melepaskan gengaman tangan jeno kepadanya dan ia sejenak mulai berhenti dengan rintihan-rintihan sakit yang mulai terdengar.

"Akh!" mark meremas pakaian yang ia kenakan seraya mulai mengucapkan kata-kata yang cukup asing itu yang mark tahu dari buku tua tersebut, walau mark tidak yakin tetapi saat ia mengigatnya buku itu dapat menyembuhkan segala penyakit yang tiba-tiba saja menyerang.

Alih-alih membantu justru jeno hanya menatap mark tanpa terlihat nya rasa kasihan, hanyalah wajah datar tanpa ekspresi yang jeno pasang, bak adegan dalam tv jeno hanya terdiam dengan tenang seraya bersedekap dada melihat nya.

"je-jeno bantu- akh aku!" jeno lagi-lagi hanya terdiam seakan tuli ia mulai melangkah pergi begitu saja meningalkan mark yang mulai terjatuh di lantai dengan darah yang telah keluar membanjiri lantai, entah apa yang pria itu fikirkan sampai seakan tak ada rasa perduli nya sedikit pun terhadap mark yang jelas sebagai pasangan nya itu.

"AAkh!!, pe-perut ku!" mark semakin merasakan sakit mulai dari perut nya yang kini merambat keseluruh tubuh nya serta cairan merah kental itu yang terus saja keluar tanpa henti seakan mark telah keguguran, tatapi itu tidak mungkin bahkan mark dapat merasakan jika bayi nya di dalam sana itu kini sekan memaksa untuk keluar.

Mark tak dapat menahan lagi rasa sakit yang luarbiasa menyerang perut nya itu bakhan kali ini mark mulai pasrah akan apa yang ia alami, mau bagaimana lagi bahkan untuk berdiri saja ia sudah tidak kuat, dan untuk memangil kedua orang tua nya itu mungkin saja mereka akan menghiraukan nya teringat jika mereka masih marah akan insiden buku tersebut.

Tetapi di sisi lain tanpa mark sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya di balik kaca jendela yang berada tak jauh dari nya itu dengan topeng hitam yang menutu seluruh wajah nya.

.
.

"Kita tidak bisa melakukan ritual tanpa adanya buku itu!" ayah mark bersuara dengan wajah yang terlihat amat sangat emosi, di susul dengan lelaki asing itu yang ikut bersuara.

"Aku tidak perduli tentang hal itu, yang hanya ku perdulikan bagimanapun mark harus menjadi milik ku" lelaki itu berkata dengan santai seraya menyesap rokok menaiki kedua kakinya ke atas meja, tidak hanya itu ia bahkan menghembuskan asap rokok nya tepat di wajah ayah mark itu.

"Sabarlah sial!!" setelah itu pula merekapun pada akhir nya kembali terdiam dengan fikiran masing-masing, sampai tak berselang lama terdengar suara pintu yang terbuka membuat mereka serentak pun menoleh.

Dengan tiba-tiba datang nya tamu yang tak di undang tersebut membuat ayah serta ibu mark dan lelaki itu pun mematung dalam diam saat melihatnya seseorang dengan pakaian yang serba hitam itu menodongkan sebuah senjata api tepat ke arah mereka, terlebih lagi saat melihatnya keberadaan buku tersebut yang berada pada orang asing itu.

Mereka hanya terdiam untuk beberapa saat sebelum terdengar lelaki tadi yang baru saja berbicara itu harus kembali terdiam sesaat-

DORR!

Peluru dari sentaja api itu sudah menembus tepat di dahi lelaki itu, yang secara langsung dapat ketiga orang itu lihat termasuk sang pelaku penembak, bagaimana kini lelaki itu telah terbaring kaku di lantai dengan dahi yang telah berlubang.

Sontak membuat kedua orang tua mark semakin terdiam kaku bahkan dari keduanya tak ada yang berani hanya untuk mengerakan tubuh walau sedikit apapun, jelas mereka takut, khawatir, dan kaget secara bersamaan belum lagi rasa tak ingin mereka yang akan senasib dengan lelaki itu.

Orang itu pun kini mulai berjalan mendekat ke arah mereka seraya mengengam buku itu, menyodor kan nya langsung kepada ayah mark yang jelas tentu ragu untuk mengambilnya sebelum-

Dorr!

Senjata api berukuran yang lebih kecil dari sebelum nya itu pun kini telah berhasil melubangi mata dari ayah mark itu sebelum dirasa jika tembakan itu tak mampu membuat ayah mark mati secara langsung, sosok itu pun kembali menarik picu pistol itu yang kini beralih di mata yang satunya.

Tersisa ibu mark yang lagi-lagi harus di  sugukan dengan adegan menembak itu, melihat jika sang suami yang tengah dalam keadaan sekarat ia pun tanpa ragu bergerak cepat menghampiri nya.

"Ti-tidak ku-mohon" wanita itu berusaha membatu sang suami seraya berkata untuk bertahan, walau ia tau tak mungkin suaminya dapat bertahan lebih lama lagi bahkan tak berserang lama pria itu pun pada akhir nya hasur meninggal di saat itu juga.

Seakan muak dengan apa yang ia lihat sang pelaku tembak itu pun tanpa berfikir panjang lagi akhirnya menembak wanita itu juga, yang beruntung dalam satu kali tembak saja sudah langsung mati, membuatnya tak harus lagi membuang peluru pistol yang berharga mahal miliknya itu.

.
.

Mark hanya terdiam tanpa terdengar nya lagi tangisan serta rintihan sakit yang ia rasakan seperti sebelumnya, bahkan ia mengabaikan darah itu yang masih mengalir dari dalam tubuh nya, ia sudah tak perduli akan bagaimana keselamatan nya yang mungkin saja dapat hilang kapan saja itu termasuk anak yang berada dalam kandungan nya.

Mark terdiam sembari menatap tembok di depan nya, bayang-banyang akan kematian pun kini mulai datang dalam penglihatan nya, ia dapat membanyangkan betapa bahagianya nanti ia saat ajal yang sudah menjemputnya dari kehidupan aneh ini menuju suatu tempat dimana ia dapat melepas semua rasa sakit yang ia rasakan ini dan hanya akan hidup berdua dengan anak nya itu.

Sejujurnya atas semua yang orang tua mark lakukan kepadanya sejak kecil itu sudah membuat mark merasa ingin saja mati dalam hari itu juga, tetapi entah mengapa justru ia tetap hidup sampai sekarang, walau penuh dengan tekanan dan kekerasan yang ayah mark lakukan sesekali kepadanya.

"Apa kau ingin membunuh ku juga?" entah bagaimana dan sejak kapan mark mulai tersadarkan kembali dari lamunannya itu yang kini beralih menatap sesosok orang tadi itu yang telah beda di sampingnya.

Mark sadar akan tadi suara tembakan itu yang berasal dari arah ruang makan teringat kembali orang tua nya yang berada di sana dan saat ini melihat orang ini pun dapat membuat mark menyimpulakan nya jika sosok itu telah usai dalam membunuh mereka.

"lakukan saja jika kau mau aku tidak perduli" mark berkata dengan santai seraya mengusap perut nya seakan menungu orang itu mulai menembaknya.

Tetapi jauh dari apa yang mark telah tunggu justru orang itu mendekatkan dirinya dengan mark seraya berjongkok menyamakan dirinya dengan mark yang mulai di landa kebingungan dan rasa takut pun kini mulai mendatanginya.

Orang tersebut mulai mangangkat satu tangan nya menuju wajah mark yang sudah terlihat sangat kacau itu sebelum mengusap nya dengan lembut dan seakan penuh dengan kasihsayang.

"mengapa kau berkata seperti itu??" orang itu bertanya masih dengan mengelus wajah mark, membuat sangempunya wajah hanya terdiam atas prilaku orang tersebut.

Mark tak dapat melihat wajah orang di balik topeng hitam itu tetapi ia dapat melihat mata orang itu yang secara langsung membuatnya mengerutkan alis binggung.

"kau mengigat ku?"








To Be Continue.

Haii🧤

Nah di chapter yang ini ada semakin faham??, kalo gak, gak apa, sejujur nya emang itu yang aku mau, bikin kalian jadi bingung hehe..

Dan Sesuai dengan hashtag, ini cerita berbau horror, yaa walaupun menurutku gak ada horror-horror nya:')

Dan kalo ada yang mau di tanyain tanya ajah gak apa:) oke

Very strange pregnancy ft. NoMark [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang