Hari sudah mulai sore. Raib keluar dari gedung kantornya. Namun entah kenapa, dia sedang tidak ingin pulang. Dia menatap langit buatan yang berwarna jingga. Kantornya berada di kota bawah tanah Klan Bulan.
Tiba-tiba, ponsel Raib berdering. Itu dari Seli.
"Hai, Ra! Kamu sedang apa?"
"Aku baru saja pulang kerja, Sel. Ada apa?"
"Astaga!" Seli di seberang sana berseru kecil, "Jangan bilang kamu lupa bahwa malam ini akan ada pesta kecil di rumah Ilo?"
Ya ampun! Raib menepuk dahinya. Tentu saja dia lupa. Satu minggu lagi, Ily dan Seli akan menikah. Malam ini adalah malam terakhir mereka boleh bertemu. Mereka harus berpisah sampai upacara pernikahan nanti. Sama seperti Raib dan Ali dulu.
"Aku tidak lupa, Seli," sahut Raib seraya menekan tablet tipis miliknya, pesan taksi online. "Tentu saja aku tidak lupa. Maaf membuatmu khawatir. Mendadak aku diberi pekerjaan penting di kantor."
Seli di seberang sana tertawa kecil, "Tak perlu minta maaf. Pesta itu masih dimulai dua jam lagi. Aku hanya menelpon karena ingin tahu kamu sudah bersiap apa belum."
Tepat pada saat itu, taksi pesanan Raib datang.
"Sudah dulu, Seli. Taksi pesananku sudah datang. Setelah ini aku akan langsung bersiap-siap. Sampai bertemu nanti!"
"Iya, Ra. Bye!"
Sambungan telepon terputus. Taksi segera melaju begitu Raib sudah duduk manis di dalamnya. Puh, Raib menghembuskan nafas pelan, bersandar. Hari ini melelahkan sekali.
Sepuluh menit, hampir saja Raib tertidur. Taksi telah berhenti di depan rumahnya.
"Terima kasih! Jangan lupa diberi bintang lima, ya!"
Raib mengangguk. Tidak membalas. Dia membuka pintu rumah, mendapati gelap di sekeliling.
"Ali?" Raib berseru.
Hei? Kenapa Ali tidak ada di rumah? Jam segini seharusnya dia sudah datang.
"Ali? Kamu sudah pulang?" Perlahan, Raib membuka pintu kamar Ali. Kosong.
"Ada apa, Raib?"
"Eh!" Raib berseru kaget. Kemudian mendesah kesal. Lihatlah penampilan Ali yang lebih mirip pengemis dibandingkan seorang profesor.
"Kenapa mencariku? Kamu butuh sesuatu?"
Raib menggeleng, "Kamu harus segera bersiap-siap. Malam ini ada pesta di rumah Ilo, kalau kamu lupa."
Ali mengangguk, tidak banyak bicara. Dia menutup pintu kamar dengan keras setelah masuk.
Aduh, kenapa Ali terlihat kesal? Apa Raib membuat kesalahan? Apa Raib menyinggungnya? Tangan Raib terangkat, hendak mengetuk pintu kamar Ali. Namun urung, dia menurunkan lagi tangannya. Untuk sekarang, itu bukan tindakan yang tepat.
Sementara di balik pintu, Ali juga hendak membuka kembali pintu kamarnya. Apa dia terlalu keras menutup pintu? Apa Raib kebingungan karena tindakannya barusan?
Aduh, Ali mengusap wajahnya. Pernikahan adalah hal yang sulit.
✦
Mari kita kembali ke dua tahun lalu.
Pertemuan itu berlangsung singkat. Namun keputusan dari pertemuan tersebut sudah bulat. Tidak ada yang membantah, protes, atau tidak setuju.
Raib dan Ali akan dijodohkan.
Keturunan murni dari Klan Bulan sekaligus Klan Aldebaran, dipertemukan dengan keturunan bangsawan Klan Bulan sekaligus pemilik darah ceros.
Entah apa ambisi dari orang-orang tua itu. Mereka ingin melihat keturunan dari dua sahabat ini. Pasti dia akan jadi petarung hebat.
Raib tidak bisa membantah. Mama dan Papanya terlihat senang dengan keputusan ini. Juga Tazk, dia yang terlihat paling bersemangat.
Ibu Ali--Eli--juga tidak keberatan. Dia sudah menyukai Raib dari dulu. Ali tentu tidak bisa membantah Ibunya. Dia tidak ingin membuat Ibunya sedih.
"Raib dan Ali juga tidak masalah, kan? Mereka saling menyukai," Av tersenyum di ujung meja.
Sebagai balasan, Raib dan Ali sama-sama tersenyum kecil.
"Tuh kan, mereka memang sangat serasi." Eli menambahkan.
"Anak kalian pasti akan hebat. Sama hebatnya dengan kalian. Pun sama hebatnya dengan kakek-neneknya." Miss Selena tersenyum kecil pada Tazk yang duduk di sampingnya.
Diam-diam, Raib menggunakan teknik sugesti miliknya. Dia tidak boleh marah melihat Miss Selena dan Ayahnya kembali dekat.
"Eh, bolehkah aku dan Ra ke luar sebentar?" Ali mengangkat tangannya.
"Tentu saja. Silakan Ali, Raib," Av mengangguk.
Raib mengikuti Ali ke luar Perpustakaan Sentral. Malam hari, tidak ada pengunjung datang. Perpustakaan sudah tutup. Mereka berdiri di taman perpustakaan, menatap bulan artifisial yang menggantung di langit.
"Kamu... setuju dengan pernikahan ini, Ra?" Ali tidak basa-basi lagi.
Raib menghela nafasnya pelan. Menurutnya, pernikahan adalah hal sakral yang bisa dilakukan sekali seumur hidup. Dia bukan Seli yang dengan mudahnya mengenali perasaan suka. Dan sekarang, Raib tidak tahu dia sedang menyukai siapa.
Apalagi Ali, si biang kerok aneh ini. Dia memperlakukan semua orang terdekatnya dengan sama. Ali seperti dilahirkan tanpa memiliki perasaan cinta.
"Aku... baik-baik saja, Ali. Kalau memang ini yang Mama dan Papa inginkan, aku akan menerimanya. Bagaimana denganmu?"
Ali nyengir, mengusap rambutnya. "Bagaimana aku bisa menolak jika Ibuku tersenyum sedemikian rupa ketika melihat kita bersama, Ra?"
Raib mengangguk. Dia juga melihat senyum itu.
"Jadi, kita berdua sama-sama setuju dengan pernikahan ini, kan?" Ali bertanya sekali lagi.
Dan seperti biasanya, Raib hanya bisa mengangguk tidak berdaya.
"Kita akan jadi suami istri lho, Ra. Apa kamu baik-baik saja dengan fakta itu?"
"Iya..." Raib menunduk, menatap rerumputan yang diinjaknya.
Dia tidak masalah dengan fakta bahwa Ali dan dia akan menjadi suami istri. Masalahnya adalah, orang-orang ingin melihat keturunan mereka. Raib menggerutu. Apakah dibenak mereka menikah hanya tentang keturunan saja? Lagipula umur mereka masih 22 tahun.
"Semakin dingin di luar sini. Ayo kembali, Ra."
Tidak mau. Raib menggigit bibirnya, menatap punggung Ali yang menjauh. Apa dia harus menghabiskan sisa hidupnya dengan si kusut itu?
━━━━━━━━━━━━━━━haii aku kembali dengan ff baru
xixixi semoga kalian suka yaa <3
KAMU SEDANG MEMBACA
roller coaster | raib ali fanfiction
Romanceraib dan ali belum saling suka. mereka hanya menganggap satu sama lain sebagai sahabat baik. lalu, bagaimana jadinya apabila mereka dijodohkan? ✦ semua karakter milik Tere Liye.