"Raib, kamu sendiri sedang sedih tapi malah menghibur orang lain," Ali tiba-tiba memeluk Raib begitu mereka sampai di rumah.
Wajah Raib memerah. Ali barusan memeluknya?
"Justru itu, aku mendengarkan cerita Seli supaya lupa dengan masalahku." Raib balas memeluk Ali.
Sekarang wajah Ali yang memerah karena Raib balas memeluknya. Untung saja Raib sedang dipeluk, jadi dia tidak dapat melihat wajah kemerahan Ali.
"Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, jadi aku tidak perlu menanyakan keadaanmu, kan? Nanti kamu malah berbohong padaku, jawabnya baik-baik saja padahal tidak..." Ali mencium bau lavender dari rambut Raib.
Raib tertawa kecil. Benar juga. Kalau Ali bertanya tentang keadaannya, Raib pasti akan berbohong bahwa dia baik-baik saja. "Iya. Terima kasih, Ali."
"Kalau ada apa-apa kamu bercerita padaku ya, Raib. Aku ingin mulai sekarang kamu cerita tentang apapun kepadaku kalau ada sesuatu yang mengganjal. Jangan dipendam sendiri."
Dada Raib berdetak kencang. Yang bicara barusan betulan Ali? Aduh, jangan sampai Ali mendengar detak jantung Raib.
"Eh, Ali..."
"Ya?"
"Apa aku boleh memelukmu lebih lama lagi?"
Ali terkekeh, mengeratkan pelukannya. "Tentu saja. Berpelukan sepanjang malam pun aku tidak masalah, Raib."
Alih-alih menjawab, Raib malah menyembunyikan wajahnya di dada Ali. Dia menangis. Raib sudah menahan tangisannya sejak Selena dan Tazk memutuskan untuk menikah.
Rasanya hangat ketika air mata Raib tumpah di baju Ali. Si kusut itu mengelus rambut Raib, mengecup puncak kepalanya.
Setelah tahu bahwa ayah kandungnya akan menikah dengan orang yang membuat ibunya meninggal, kemudian dia mendapat fakta baru bahwa sahabatnya juga tengah sakit hati. Raib benar-benar tengah dilanda badai.
Lima menit mereka berada dalam posisi itu, Raib sudah tidak menangis lagi. Sudah lega.
"Maaf, Ali. Bajumu jadi basah," Raib melepaskan pelukannya, menghapus sisa air mata.
"Tidak masalah, Ra."
Dengan senyum lebar Ali melepas bajunya yang sedikit basah, membuat wajah Raib memerah padam. "Ali!"
"Eh, maaf. Aku lupa." Ali berlari kecil menuju kamarnya, ganti baju.
Kalau dilihat-lihat, Ali imut juga. Raib tertawa kecil. Eh, barusan Ali juga mengecup puncak kepalanya. Membuat Raib jadi berpikir dua kali untuk keramas. Nanti kalau kena air bekas ciumnya hilang.
Sadar dari lamunannya, Raib berjalan ke kamarnya untuk mandi. Walau dia suka mandi uap di Klan Bulan yang praktis, tapi Raib juga kangen berendam air panas di bathtub rumahnya. Merenung sambil berendam adalah hal terbaik di dunia.
Malam hari, Raib memutuskan untuk memesan makanan dari luar. Dia sedang malas memasak, sedang ingin menonton tv bersama Ali sambil memakan lidi-lidi panjang.
Tv mereka sih, menyala. Tapi Raib dan Ali memilih untuk berbincang dari pada menonton sinetron dari Klan Bulan yang sama tidak jelasnya dengan sinetron Klan Bumi.
"Kupikir Ily sangat mencintai Seli seperti Seli mencintainya, tapi ternyata tidak," Raib menunduk.
"Seperti itulah kehidupan, Raib. Orang yang kamu kira saling mencintai, nyatanya tidak. Begitu pula orang yang kamu kira tidak punya perasaan apa-apa, bisa jadi malah punya rasa cinta yang lebih besar, lebih tulus. Kamu hanya perlu melihatnya lebih dekat lagi," Ali bicara sambil menatap lekat Raib.
Raib masih menunduk. Otaknya sedang penuh pikiran.
"Tapi kenapa Ily tetap menikahi Seli meski dia tidak begitu cinta pada Seli?" Raib mendesah sebal.
"Mungkin karena orang yang dicintai Ily sudah punya suami." Ali menjawab dengan kesal, mengunyah lidi panjang miliknya kuat-kuat.
Jawaban Ali membuat Raib semakin bingung, "Kamu tahu dari mana, Ali?"
"Tidak tahu. Asal menebak saja." Ali mengangkat bahu, "Atau mungkin karena Ily tahu bahwa perasaanya tidak akan pernah berbalas, jadi dia memilih untuk menikahi Seli dari pada sakit hati terus."
"Tapi itu jahat..." Raib menggigit bibir bawahnya.
Hubungan Seli dan Ily yang selama ini dia kira romantis, penuh cinta, ternyata adalah kebohongan. Entah siapa perempuan yang disukai Ily, tapi semoga Ily akan membalas perasaan Seli suatu saat nanti.
"Dunia ini penuh kebohongan ya, Raib," Ali tersenyum.
Raib mengangguk, "Tapi kamu tidak akan berbohong padaku kan, Ali?"
"Tergantung."
"Tergantung?"
"Ya." Ali tersenyum jahil, "Mungkin suatu saat aku akan berbohong, mengatakan padamu bahwa aku melihat kecoak masuk kamarmu sehingga kamu meminta untuk tidur denganku karena kamu takut kecoak."
Eh? Wajah Raib memerah untuk kesekian kalinya. "Kamu tidak perlu bohong untuk itu, Ali..."
Ali tertawa, "Begitu ya?"
"Ngomong-ngomong...." Raib memperbaiki posisi duduknya, "Eh, bagaimana sih rasanya jatuh cinta, Ali?"
Tubuh Ali menegang. Bertanya-tanya kenapa Raib tiba-tiba menanyakan hal itu. Jika Raib bertanya tentang bagaimana rasanya jatuh cinta, apa itu berarti selama ini dia tidak mencintainya?
"Menurutku, jatuh cinta itu ketika kamu bersedia melakukan apapun untuknya, kamu suka apapun tentangnya, bahkan jika itu sesuatu yang buruk sekalipun. Juga, eh, kamu akan berdebar setiap kali berada di dekatnya."
"Kita dan Seli bersahabat, juga rela melakukan apapun untuk satu sama lain."
Ali menghela nafasnya. "Itu berbeda, Raib. Memangnya kamu berdebar kalau berada di dekat Seli?"
"Iya."
"Eh?" Ali melotot kaget.
"Kalau Seli sedang menggodaku, aku berdebar." Raib menunduk malu, "Itu artinya aku berdebar kalau di dekat Seli, kan?"
Ali tertawa, menggeleng. "Bukan berdebar yang seperti itu, Ra. Tapi seperti ini..."
Perlahan Ali menarik tubuh Raib mendekat, meletakkan telinga Raib di dadanya, tepat di jantung. Kemudian Ali memeluk Raib seperti sedang menggendong bayi. "Kamu dengar, Ra?"
"Dengar apa?"
"Debaran jantungku. Dengar?"
Wajah Raib memerah lagi. Debaran ini sama persis dengan debaran jantung miliknya. Tubuh Raib mendadak bersinar, rambutnya terkibas. Malu.
Ali tertawa, "Manisnya..."
Raib bergegas melepaskan diri dari pelukan Ali. "Eh, Ali, aku ingin pulang saja ke Mama..."
Mendengar kalimat Raib, Ali menghentikan tawanya. Apa maksud Raib? Dia tidak ingin tinggal dengannya lagi?
Itu mendadak sekali.
━━━━━━━━━━━━━━━
KAMU SEDANG MEMBACA
roller coaster | raib ali fanfiction
Roman d'amourraib dan ali belum saling suka. mereka hanya menganggap satu sama lain sebagai sahabat baik. lalu, bagaimana jadinya apabila mereka dijodohkan? ✦ semua karakter milik Tere Liye.