BONCHAP

4.2K 240 65
                                    



Suara tangisan bayi memenuhi kamar Raib dan Ali. Si biang kerok itu bingung. Raib sedang mandi, dan bayi mereka tidak mau berhenti menangis. Bahkan dia menolak saat Ali memberinya susu. Aduh, apa yang harus dilakukannya?

Bayi yang dilahirkan Raib delapan bulan lalu adalah seorang perempuan. Namanya Lia. Matanya indah seperti milik Raib. Tapi hidung mancungnya mirip Ali. Terlihat cantik.

Di umur delapan bulan ini, Lia sangat suka berceloteh. Dan kekuatan yang dimilikinya tidak terduga. Lia pintar melakukan teleportasi dan menghilang, bahkan dia bisa berubah menjadi harimau putih saat merasa takut. Lia adalah ceros, sama seperti ayahnya.

Karena itulah, Ali membuatkan Lia sebuah gelang penangkal kekuatan. Untuk saat ini, kekuatan Lia akan ditahan sampai dia dewasa, bisa mengendalikan kekuatannya.

"Lia, sayangnya Mama dan Papa, diam dulu, ya? Setidaknya sampai Mama selesai mandi. Aduh, jangan menangis terus," Ali menggerak-gerakkan boneka kesayangan Lia.

Dia memang jenius, tapi dia sungguh bodoh jika berhadapan dengan anak kecil dan seorang perempuan.

"Heh, Raib susah payah mengandungmu, kemudian mengeluarkanmu dari tubuhnya dan kamu membuat Raib kelelahan terus. Kamu tidak dilahirkan untuk menangis sepanjang waktu. Diam dong, Lia. Minum susunya." Ali berbisik pelan agar Raib tidak mendengarnya, kemudian memaksa Lia minum susu buatannya.

Lia menangis makin keras. Dia kan tidak haus, hanya bosan, ingin jalan-jalan. Seharusnya Ali menggendong Lia, mengajaknya pergi ke halaman rumah. Beres. Tapi apa daya Ali yang hanya tahu kalau bayi menangis, maka beri saja susu, semua masalah beres (ini pemikiran Ali sebelum punya anak).

Tidak lama, Raib keluar dari kamar mandi dengan terburu-buru. "Aduh, Lia Sayang, kamu diapakan sama Papa? Hm?"

Bayi kecil itu mengangkat tangannya, minta gendong Raib. Padahal Raib masih pakai kimono mandi, belum ganti baju, belum juga pakai skincare. Lia lebih penting. Suara tangisan bayi itu terdengar sampai kamar mandi, Raib tidak tega.

"Sini Sayang, mau Mama gendong? Lihat kupu-kupu di halaman, yuk?" Dengan gerakan pelan, Raib menggendong Lia dengan selendang, menimang-nimang bayinya. Mereka berjalan menuju halaman rumah yang sejuk, penuh bunga.

Lia langsung diam begitu berada dalam gendongan Raib, tersenyum kecil melihat wajah Ibunya. Berceloteh. Kalau ada penerjemah bayi, Lia akan bilang begini, "Mama, tadi Papa marah-marah karena aku menangis terus. Padahal aku menangis karena bosan, apalagi lihat rambut berantakan Papa, aku tidak suka. Lebih suka lihat Mama yang selalu rapi."

Tapi nasib, tidak ada penerjemah bayi sampai sekarang. Jadi Raib hanya berpikir kalau Lia sedang bicara tidak jelas, tidak ada artinya. Padahal Lia sedang memuji Raib.

"Ini curang!" Ali tiba-tiba cemberut. "Dari tadi sudah kuhibur tapi tetap menangis, begitu digendong Raib langsung berhenti menangis, berceloteh."

"Kamu harus lebih perhatian, Ali. Bayi menangis bisa jadi karena banyak hal, bukan karena ingin susu saja," Raib tertawa.

Lia berceloteh lagi. Setuju dengan Mamanya.

"Papapapapaapapapa~" Lia menggerakkan tangannya ke pipi Raib.

"Ini Mama, Sayang. Bukan Papa."

Inilah masalah lain dalam drama per-bayi-an di rumah tangga Raib dan Ali. Lia bisa mengatakan 'papa' dengan mudah, tapi belum sekalipun dia memanggil 'mama'. Padahal Raib yang mengandung, melahirkan, merawatnya. Tapi Lia lebih sering memanggil Papa. Raib jadi sebal sendiri.

"Lia mau sama Papa?" Ali mencoba tersenyum, menengadahkan tangan.

Tapi bayi itu berteriak keras, menolak. Digendong Papa rasanya tidak nyaman. Papa kan masih amatir.

roller coaster | raib ali fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang