Mari kita kembali ke dua hari lalu. Sehari sebelum Ali tidak pulang ke rumah.
Pagi itu Raib memang pergi bekerja dengan Ali. Tapi, setelah satu jam bekerja dia izin keluar. Mama mengabari bahwa seseorang ingin bertemu dengannya, perempuan. Namanya April.
Raib pergi ke Klan Bumi sendirian dengan Buku Kehidupan. Pergi ke café yang telah disebutkan oleh April.
Aduh, Raib deg-degan. Ada perlu apa April sampai ingin bertemu dengannya? Mendengar nama April saja biasanya Raib langsung bete sendiri.
Sampai di Klan Bumi, Raib pergi ke café menggunakan taksi. Masih bertanya-tanya mengapa April mengajaknya bertemu.
Café itu terletak agak jauh dari rumah Raib. Ini masih pukul sembilan pagi, tapi café tersebut sudah buka. Mereka menyediakan menu breakfast.
"Raib!" April melambaikan tangan.
Raib tersenyum, balas melambai. Idih, sok akrab. Batin Raib.
Dia duduk di depan April.
"Kamu sudah sarapan, Ra?" tanyanya.
"Sudah."
Ternyata April belum sarapan. Dia memesan makanan. Raib hanya memesan macaron dan minuman.
"Kenapa kamu ingin bertemu denganku, April?" Raib langsung bertanya.
"Aku ingin bicara tentang Ali."
Tubuh Raib langsung lemas. Tuh kan, benar. Dia segera memencet tablet tipisnya diam-diam, merekam percakapan mereka. Berjaga-jaga.
"Maaf ya, Ra. Beberapa hari ini Ali sibuk denganku."
"Iya, tidak apa-apa, April."
April menghembuskan nafas pelan, "Aku mau menikah. Dengan cowok pilihan Papaku."
Raib terdiam sebentar, mencerna kalimat April. "Lalu? Apa hubungannya dengan Ali?"
"Ali kan sahabat baikku, jadi aku ingin menghabiskan waktu dengannya sebelum menikah." April menjelaskan, "Kemarin kami pergi ke pantai berdua di malam hari, kemudian pesta barbeque."
Raib menghela nafas pelan. Bahkan dia tidak pernah jalan-jalan dengan Ali. "Oh."
"Kamu tahu tidak, Ra. Sebelum Ali menikah itu, dia sering membicarakan tentang pernikahan denganku," April mengangkat bahunya.
"Oh ya?"
"Iya. Kita mengobrol tentang, eh, bagaimana kalau jadinya kami menikah. Ali bilang ada rahasia besar yang akan dia sampaikan padaku kalau kami betulan menikah."
Astaga. Tangan Raib mengepal kesal. Aduh, jangan sampai salju berguguran di sekitar mereka. Jadi, sebelum Ali menikahinya, dia sudah punya rencana dengan April?
"Apa Ali memberitahu rahasia besar itu kepadamu, Ra?"
Raib tersenyum kecil, menggeleng. "Aku terlibat dalam rahasia besar itu, April. Dia tidak perlu memberitahuku. Aku sudah mengalaminya sendiri bersama Ali."
April menghempaskan badannya ke kursi, "Rahasia apa itu, Raib?"
"Kukira aku tidak bisa memberitahukannya padamu, April. Itu rahasia antara aku dan Ali. Kamu tidak perlu tahu." Raib menjawab datar.
"Baiklah," April melipat bibirnya. "Tapi kamu tahu tidak, Ra? Sebelum kalian menikah, Ali sama sekali tidak pernah bicara tentangmu saat dia denganku."
"Benarkah? Kalau kuingat-ingat, Ali pernah kok bicara tentangmu. Katanya kamu hanya sekedar teman baik yang kebetulan saja sering curhat kepadanya," Raib tersenyum.
April menatap Raib lamat, tersenyum. "Oh ya?"
"Sepertinya Ali benar. Dia tidak pernah menyebut namaku saat bersamamu, itu mungkin karena kamu kebanyakan curhat, Ali selalu jadi pendengar, tidak pernah balas curhat kepadamu."
Sambil mengangkat bahunya, April berkata, "Mungkin. Eh, apa kamu dan Ali tidak marahan? Dia kan lebih sering bersamaku belakangan ini?"
"Aku percaya pada Ali, April. Meski bertemu dengan orang banyak, Ali tetap pulang kepadaku. Kenapa aku harus marah?"
April mengangguk paham. Percakapan tentang Ali berhenti di situ. Mereka membahas hal lain.
Tapi, setelah berbicang dengan April, Raib jadi makin gelisah. Jika dia dan Ali tidak dijodohkan, apa Ali akan menikahi April?
✦
"Tuh, kamu dengar sendiri kan, Ra? April mau menikah dan ingin menghabiskan waktu bersama teman baiknya!" Ali meletakkan tablet tipis Raib di meja dengan kasar.
"Oh, jadi kamu lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan April dibanding dengan Istrimu?!" Air mata Raib keluar lagi, "Kamu tidak tahu kan, kemarin malam aku menunggumu pulang sampai tertidur. Kamu sama sekali tidak mengabariku!"
"Aku ingin menelpon, tapi aku takut kamu sudah tidur dan telepon itu mengganggumu!" Ali balas berseru.
"Berhenti, Ali. Kalian bahkan sudah pernah membicarakan tentang pernikahan. Jelas sekali kalau kamu betulan terpaksa menikahiku!" Hawa di sekitar mereka jadi lebih dingin, "Dua tahun kita menikah, Ali. Kamu tidak pernah mengajakku jalan-jalan berdua, pergi ke pantai, pesta barbeque. Tapi kamu malah pergi dengan April."
"Itu kan cuma--"
"Apa kamu membayangkan reaksi yang berbeda saat aku tahu fakta itu, Ali? Kamu mau aku sabar, tidak marah, dan tidak kesal saat mendengarnya?" Suara Raib bergetar.
Aduh, Ali jadi merasa super bersalah. Dia meremas rambut berantakan miliknya, menghela nafas kasar.
"Selama ini kamu tidak pernah peduli padaku. Kamu tidak tahu kan kalau selama ini aku betulan mencintaimu, Ali? Bukan sandiwara."
Wajah Ali kaku. Menatap Raib lamat. Kalau itu betulan, eh, seharusnya dari dulu dia tidak ragu untuk melakukan sesuatu pada Raib. Perasaan mereka berdua sama.
"Raib, aku sungguh minta maaf. Tapi--" Ucapan Ali terhenti. Dia tidak bisa berkata-kata lagi.
"Kenapa kamu dulu mau menikah denganku, Ali?" tanya Raib lagi.
Ali tidak menjawab. Masih diam menatap lantai. Merasa sangat bersalah sampai dia tidak bisa menatap mata Raib, sampai tidak bisa bicara.
"Tuh, kamu bahkan tidak punya alasan." Raib menghela nafas kasar, "Aku... Aku membencimu, Ali. Betulan benci!"
"Jangan, Ra..." Ali menggeleng.
"Mulai sekarang kamu lakukan apa saja yang kamu mau. Pergi dengan April, menikah dengannya, bertemu dengannya, aku tidak peduli. Aku mau pergi. Tidak mau melihatmu lagi!"
Dengan langkah kasar Raib ke luar rumah, membanting pintu. Dia meninggalkan jejak gumpalan salju.
"Raib!" Ali hendak berlari mengejar.
Tapi, aduh, sudah terlambat. Entah ke mana perginya Raib dengan teleportasi. Ali jatuh terduduk diantara salju.
Dia tidak mau kehilangan Raib.
━━━━━━━━━━━━━━━
ayo tebak raib kemana, yg bener aku kasih nomor telepon ali 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
roller coaster | raib ali fanfiction
Romanceraib dan ali belum saling suka. mereka hanya menganggap satu sama lain sebagai sahabat baik. lalu, bagaimana jadinya apabila mereka dijodohkan? ✦ semua karakter milik Tere Liye.