f

3.1K 257 54
                                    



Pernikahan selalu menjadi hari yang menyenangkan, mengharukan, sekaligus melelahkan.

Acara pernikahan Seli di Klan Bumi diadakan tengah hari. Raib dan Ali kebagian menjadi penerima tamu. Miss Selena memuji bahwa mereka berdua lebih tampak seperti pengantin dari pada Seli dan Ily.

"Selamat, Seliiiii!" Raib berlari memeluk Seli setelah acara pernikahan selesai.

Lagi-lagi, Seli menangis menatap Raib. Entah kenapa, tangisan itu terlihat sedih di mata Raib. Itu bukan tangisan bahagia. Tapi Seli memaksa untuk tersenyum, "Akhirnya aku menikah, Raib."

"Bagaimana rasanya?" Raib bertanya.

"Melelahkan."

"Tepat sekali!" Raib tertawa lebar, "Kamu butuh sesuatu? Mau kutemani membersihkan makeup?"

Seli menggeleng kecil, "Tidak perlu. Kamu harus istirahat untuk acara besok, Raib. Lagipula lihat saja Ali, dia terlihat tidak sabar memelukmu."

"Apasih Seli..." wajah Raib memerah, melirik Ali di pojok ruangan. Memang betul, Ali sedang menatapnya.

Ily berjalan mendekati Raib dan Seli, "Tuh Seli, suamimu..."

Seli tidak jadi melanjutkan tangisnya, malah tertawa seperti orang gila.

Melihatnya, Ily tersenyum canggung.

"Yang sabar, Ily. Lama-lama dia akan jinak sendiri."

Ily tertawa lebar, mengelus puncak kepala Raib, "Terima kasih atas bantuanmu dan Ali hari ini, Raib."

Raib tersenyum tulus, "Tidak perlu berterima kasih, aku dan Ali dengan senang hati akan membantu kalian."

"Sayang, ayo pulang," Ali tiba-tiba datang, memeluk pinggang Raib.

Wajah Raib mendadak seperti terbakar. Rasanya jutaan kupu-kupu baru saja terbang melewati perutnya. "Eh, baiklah. Seli, Ily, kami pulang dulu. Hari ini kalian terlihat sangat cantik dan tampan."

Ali tidak memberi Raib kesempatan untuk berbicara lagi. Mereka segera pergi ke mobil, kembali ke rumah Raib.

"Kamu jangan sering-sering dekat dengan Ily, Ra." Ali membuka percakapan.

Jalanan sepi. Hari sudah terlalu malam. Ali menyetir dengan kecepatan sedang.

"Kenapa?"

"Karena dia sudah menikah dengan Seli. Memangnya kamu tidak merasa sungkan kalau dekat-dekat dengan Ily?" Ali berkata santai.

"Tapi kamu juga sering dekat-dekat dengan Seli, Ali."

"Itu berbeda. Seli memang sifatnya begitu."

Raib terdiam.

"Ali... aku ingin bertanya."

"Silakan, Raib."

"Apa kamu pernah menyukai Seli, Ali? Meskipun itu hanya sedikiiiiit saja?"

Ali diam sebentar, kemudian dia tertawa sambil menggeleng. "Tidak pernah. Bagiku, Seli hanya seperti seorang adik yang suka bertanya tidak jelas."

Sebenarnya Raib masih ingin bertanya. "Kalau begitu bagaimana denganku, Ali?" Namun, mulut tersebut bungkam hingga mereka sampai di rumah.

Pertanyaan itu tidak pernah terucap.

Raib berbaring di ranjang kamarnya setelah mandi dan beres-beres. Acara hari ini melelahkan. Tapi semua belum usai. Besok Seli dan Ily akan menikah di Klan Bulan.

Ali masuk ke kamar, hanya memakai handuk di bagian bawahnya, "Berbaringlah menghadap tembok kalau kamu tidak ingin ketagihan melihatku, Ra."

Puh. Raib menghela nafasnya pelan, berbaring menghadap tembok. Beberapa menit setelahnya, terasa Ali ikut berbaring di sebelah Raib.

roller coaster | raib ali fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang